Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S2 ( Bab 28 )
Kimmy tersenyum menatap makan siang kiriman dari Alfath. Baru saja, seorang kurir mengantarkan ke kantornya. Jangan membayangkan jika tempat dia bekerja adalah kantor besar yang ada di gedung pencakar langit. Dia dengan beberapa staf hanya bekerja di sebuah bangunan dua tingkat yang bisa dibilang kecil. Tempat ini memang hanya fokus pada managemen saja, sementara tempat produksi, ada di lokasi lain.
Kimmy baru merintis brand Kims Fashion sejak beberapa bulan yang lalu bersama temannya yang bernama Sinta. Berawal dengan pertemuannya dengan Sinta, seorang designer yang menempuh pendidikan di US. Kimmy mengurusi managemen, sementara Sinta bagian design. Dia tak menyangka, jika bisa sangat klop dengan Sinta meski belum lama kenal.
Ceklek
Pintu ruangan yang tiba-tiba dibuka dari luar, membuat Kimmy langsung mengangkat wajah. Siapa lagi yang berani membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk kalau bukan Sinta, temannya itu memang sedikit minim akhlak, namun sebenarnya hatinya baik.
"Cieeee... yang baru dapat kiriman makan siang," goda Sinta sambil berjalan mendekat ke meja Kimmy.
Kimmy heran, bagaimana Sinta bisa tahu soal ini, seingatnya tidak ada wanita itu saat dia menerima kiriman makanan tadi. Dia menutup makanan yang masih baru dia makan beberapa suap.
"Loh, kok langsung ditutup, takut aku minta ya?" sepertinya Sinta belum puas menggoda. Dia berjalan ke samping Kimmy, tangannya terulur hendak membuka kotak yang baru saja ditutup.
Kimmy mendelik sambil memukul punggung tangan Sinta. "Mau ngapain?"
"Ngincip dikit."
"Enak aja." Kimmy menjauhkan makanan tersebut dari jangkauan Sinta.
"Pelit amat sih, biasanya juga berbagi makanan sama aku."
"Khusus ini, gak boleh."
"Cie... spesial banget kayaknya. Padahal itu cuma ayam katsu yang restonya di deket sini juga ada loh," Sinta terkekeh pelan.
"Karena restonya dekat, mending kamu beli aja langsung kesana. Atau kalau enggak, nih." Kimmy memberikan ponselnya pada Sinta. "Pesen pakai ponsel aku, aku bayarin sekalian."
Sinta senyum-senyum sendiri. Dia makin yakin, jika makanan itu dari orang yang spesial, karena gak mungkin, dia ngincip dikit aja gak boleh. "Dari siapa sih, kepo."
"Semakin sedikit yang kamu tahu se_"
"Semakin aku kepo," lanjut Sinta sambil ekikikan. "Dari siapa sih? Rendy ya?"
"Ish apaan sih, kok tiba-tiba Rendy," Kimmy tersenyum geli.
"Dia kan naksir kamu, Kim. Kamunya aja yang nutup mata nutup telinga, nutup hati juga, pura-pura gak tahu. Eh, tapi beneran dari Randy ya?" Jiwa kepo Sinta meronta-ronta sebelum mendapatkan jawaban ya pasti
"Bukan."
"Lalu siapa?"
"Pokoknya dari orang."
"Ya iyalah, masa dari setan," Sinta memutar kedua bola matanya malas. "Dari siapa sih, buruan dong kasih tahu," dia menarik-narik lengan Kimmy agar cewek itu risih dan segera memberi tahu. Tapi sayangnya, Kimmy hanya senyum-senyum, tak mau memberi tahu. Astaga, makin penasaran kan dia.
"Menyebalkan," sewot Sinta. Dari ekspresi awal yang kesal, tiba-tiba senyum wanita itu merekah. "Jangan-jangan, dari Pak Al ya?"
Kimmy terkejut mengetahui kalau Sinta bisa menebak dengan tepat.
"Iya, pasti dari Pak Al," ujar Sinta yakin. "Kalian pasti ada sesuatu, iya kan?"
"Dih, sok tahu." Senyum malu-malu Kimmy membuat Sinta langsung tahu, jika tebakannya seratus persen tepat. "Eh, ngomong-ngomong, kalian udah lama kenal ya?"
Belum sempat Kimmy menjawab, ponselnya yang ada tepat di hadapan Sinta berdering. Di layar, tertulis Al yang bagian kanan dan kirinya, ada emoticon love.
"Cie.... panjang umur banget, langsung nelpon si pujaan hati. Mana namanya dikasih lope lope segala pula."
Pipi Kimmy bersemu merah karena malu. Tak mau Alfath menunggu lama, dia segera menjawab panggilan tersebut.
"Assalamu'alaikum, Al."
"Waalaikumsalam," sahut Alfath.
"Pak Al, kok cuma Kimmy doang yang dikirimin makan siang, aku enggak," seru Sinta. Sontak saja, Kimmy langsung memelototi temannya tersebut. Gak diajak ngomong, main ikut aja.
Terdengar suara kekehan Alfath dari seberang sana. "Udah dimakan?" tanya pria itu.
Sinta yang tak ada akhlak, bukannya pergi, malah ikut mendekatkan telinga di ponsel, pengen denger juga.
"Udah."
"Pak Al, aku mau ngincip gak dibolehin sama Kim," lagi-lagi, Sinta bersuara, membuat Kimmy langsung menutup layar ponselnya dengan telapak tangan. Namun sepertinya, Alfath terlanjur mendengar, terbukti dari suara tawa pria itu.
"Dua jam lagi, aku udah pulang, langsung aku jemput ke tempat kerja kamu ya," ujar Alfath.
"Terserah kamu aja."
"Pak Al, makanannya dikekepin mulu sama Kim, aku gak boleh ngincip, sespesial itu loh. Sinta masih belum puas merecoki.
"Ish, berisik," Kimmy mendelik kesal, sementara Sinta cekikikan.
"Udah ya, Al, aku tutup dulu." Kimmy takut, Sinta kembali bikin dia malu di depan Alfath. "Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Kimmy langsung mencubit lengan Sinta sambil melotot setelah sambungan telepon terputus. "Kamu bikin aku malu aja tahu gak?"
"Cie.. malu... " Sinta malah menggoda. "Biar Pak Al tahu, kalau dia spesial buat kamu. Siapa tahu langsung dihalalin. Kasihan liat kamu sendiri mulu, sendal aja punya pasangan."