NovelToon NovelToon
RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: LennyMarlina

“Apakah kau sedang berusaha untuk mengakhiri hidupmu?”

Celphius menemukan seorang gadis yang di buang seseorang di dalam hutan dalam kondisi tubuh yang sudah memprihatinkan. Suatu ketika saat Celphius membawanya pulang ke rumah, terjadi keanehan misterius pada gadis itu di mana setiap pulang dari luar, tubuh gadis itu sudah di penuhi dengan darah dan kamar yang berantakan. Ingin mencari tahu sumber masalah itu, Celphius pun memasang kamera tersembunyi di kamar gadis itu dan hasilnya membuat bibirnya menganga!

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LennyMarlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Nama Aslimu?

Ruby hanya ditinggalkan sendirian setelah Vernon memutuskan untuk kembali ke kantor menemui atasannya. Dan Ruby disuruh untuk menjamu mereka semua, orang-orang yang katanya teman Celphius.

Di antara mereka bertiga, dua di antaranya paling sering memandangi Ruby secara diam-diam dan ketika Ruby tidak sengaja membalas tatapan mereka, orang-orang itu malah justru memalingkan wajah ke arah yang lain.

‘Suasana di sini agak aneh. Kenapa mereka melihatku dengan tatapan seperti itu? Apa mereka memiliki niat untuk menyakitiku sampai menatapku dengan tatapan barusan?’ gumam Ruby membatin dalam hatinya.

Bagaimanapun juga, Ruby tetap harus berhati-hati dengan beberapa orang asing yang pertama kali di lihatnya itu. Dia pernah mengalami kesulitan dalam hidupnya dengan bertemu orang-orang yang memiliki niatan buruk.

Gilbert yang merasa ada yang aneh dengan tatapan teman-temannya ketika melihat Ruby membuat suasana menjadi terasa hening dan menyeramkan. Apalagi Ruby yang terlihat tidak nyaman dengan suasana itu.

‘Gerah sekali.’

Ruby memejamkan matanya, merasakan aura panas yang menyerang tubuhnya dan menjadi berkeringat padahal AC sejak tadi menyala. Mungkin hanya Ruby yang merasakan kepanasan sedangkan mereka semua tidak apa-apa.

“Jika kau merasa tidak nyaman sebaiknya kau kembali ke kamarmu. Tidak usah menjamu kami karena kami bisa melakukannya sendiri,” ucap Gilbert, orang pertama yang memulai percakapan dengan mengusir Ruby.

Hal itu sontak membuat Ronan dan Jarrel menoleh pada temannya. Sampai Jarrel berbisik, “Kenapa kau mengatakan itu? Bagaimana jika dia benar-benar masuk ke kamarnya? Aku jadi tidak bisa memandanginya.”

Gilbert bahkan tidak peduli. “Jika kau terus melihatnya dengan tatapan yang bisa membuatnya merasa tidak nyaman, percuma saja dia berada di sini.” Dia hanya ingin Ruby merasa nyaman dan aman bersama mereka.

“Kapan aku melakukan itu?”

Sudah melakukannya tetapi tidak mau mengaku. Tatapan Jarrel tadi seperti ingin menyerang Ruby tanpa basa-basi tanpa memikirkan suasana bersamanya. Hal itu bisa mengakibatkan Ruby menjadi takut kepada mereka.

“Mm ... Celphius mengatakan agar aku bisa menjamu kalian dengan baik dan menemani kalian semua, jadi, aku tidak bisa pergi begitu saja ..., ” lirih Ruby merasa tidak nyaman kalau harus meninggalkan tempatnya.

Bukan karena alasan tidak sopan atau yang melibatkan tata tertib ketika kedatangan tamu, tetapi Ruby hanya melakukan apa yang Celphius perintahkan padanya. Jika penolongnya menyuruh itu, Ruby tidak boleh melawan.

“Sepertinya kau sangat dekat dengan Bos sampai mau melakukan apa pun yang Bos perintahkan.” Gilbert merasakan hal semacam itu. “Kalau boleh tahu, sudah sejak kapan kau mengenal Bos kami?”

‘Kenapa dia bertanya seperti itu?’ Entah apa yang harus Ruby katakan untuk menjawabnya. Apakah tidak apa-apa jika dia mengatakan kalau dirinya bertemu Celphius itu ketika saat hari pembuangannya di suatu hutan?

PLAK!

Jarrel tiba-tiba memukul Gilbert. “Apa yang kau lakukan sekarang? Kau membuatnya menjadi ketakutan sampai tidak bisa menjawab! Sudah, hentikan! Tatapanmu itu lebih menyeramkan daripada yang kulakukan, tahu!”

“Benar! Berhentilah membuatnya ketakutan!” Ronan juga ikut membela Jarrel karena keduanya sama-sama memiliki keuntungan dalam menatap Ruby. Salah satu keuntungan itu adalah jantung mereka menjadi berdebar.

Sehingga Gilbert tidak bisa berkata-kata jika kedua temannya sudah menghakiminya seperti itu. Gilbert memilih untuk membaringkan dirinya di sofa panjang karena masih dalam tahap pemulihan pasca- operasi.

“Ah, jangan terlalu dipikirkan ucapannya yang kurang ajar tadi. Bocah itu memang kadang sangat menyebalkan. Kau tidak perlu mengurusinya,” ucap Jarrel. Padahal usianya lebih muda daripada Gilbert dan Ronan.

“Iya, aku akan melupakannya.” Hanya menjawab seadanya mungkin bukan suatu kesalahan besar. Lagi pula, Ruby tak tahu harus mengatakan apa.

Ronan mencoba membuat suasana hari ini menjadi sangat berkesan untuk Ruby. “Mm ... apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?” Dengan bertanya bisa membuat mereka menjadi semakin dekat dan menjadi cukup akrab.

“Iya, boleh.”

“Kalau aku boleh tahu ... siapa nama aslimu? Jika kau merasa tidak keberatan kau boleh menceritakan apa pun yang membuatmu merasa terbebani padaku. Kita bahkan bisa menjadi keluarga,” senyum Ronan menggoda.

Itu terdengar sangat rahasia, bahkan kepada Celphius yang sudah menolongnya saja Ruby tidak pernah mau bercerita soal apa pun mengenai hidupnya. Apalagi ini kepada orang yang bahkan belum satu hari di temui olehnya?

“Nama asliku ... ” Ruby merasa ada yang aneh dalam diri lelaki yang menanyakan namanya itu. Seharusnya nama 'Ruby' sudah cukup untuk menjawab tetapi kenapa harus melibatkan nama asli? “ ... aku tidak punya nama asli.”

“Apa?” Ronan dan Jarrel berucap secara bersamaan lalu saling memandang dan kemudian tertawa bersama akibat terlalu senang. Ronan berbicara sambil terkekeh, “Tidak mungkin kau tidak punya nama asli, Ruby, hahaha!”

Sepertinya tidak ada yang mau menganggap gurauan tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. Ruby pun menjadi terlihat tidak peduli dan hanya menjawab seadanya saja untuk menutupi identitas alisnya.

Karena rasanya walaupun ia mencoba menjawab dengan jujur sekalipun, mereka semua tidak akan pernah mengerti apa yang selama ini ia derita. Terkadang orang seperti itu hanya akan peduli saat mereka ingin saja.

“Haha!” Jarrel menghapus genangan air mata kebahagiaan dalam sudut matanya itu sembari bertanya, “Memangnya sebagus dan secantik apa nama aslimu itu sampai kau benar-benar harus merahasiakannya dengan ketat?”

Pertanyaan itu keterlaluan sekali sampai Ruby tidak bisa berkata-kata. Gadis itu terdiam, mau melawan pun rasanya tidak bisa. Dia hanya bisa diam dan memandangi semuanya sampai Gilbert berjalan pun tetap dipandangi.

Mendadak ...

“ARRGGHHH!! TELINGAKU!! LEPASKAN! LEPAAS!” Ronan dan Jarrel berteriak histeris saat merasakan telinga mereka ditarik oleh sesuatu. Gilbert memberikan hukuman ringan. Kelakuan temannya sudah melewati batas.

“Bukankah ini sudah waktunya bagi kalian untuk berhenti berbincang-bincang dengannya? Kalian bahkan lebih mengerikan daripada yang kulakukan tadi,” ucap Gilbert mengulangi kalimat yang Jarrel katakan tadi.

“Mohon permisi sebentar.”

Lalu, Gilbert semakin menarik telinga kedua temannya dan membawa mereka sangat jauh dari tempat Ruby berada. Yang seperti itu harus dijauhkan. Jangan biarkan mereka bersatu dan membicarakan hal-hal yang aneh.

Ruby pun tidak tampak keberatan dengan apa yang Gilbert lakukan untuk menghukum teman-temannya. Sampailah mereka di luar rumah dan di situlah Gilbert melepaskan jeweran di telinga keduanya. Huu, melelahkan sekali.

“Argh! Apa yang kau lakukan?!” Jarrel memprotes aksi nekat Gilbert yang menarik mereka keluar rumah tanpa melakukan aba-aba apa pun.

“Kenapa juga sampai menjewer telinga kami? Apa yang akan Ruby pikirkan kalau kau memperlakukan kami seperti tadi?” Ronan juga ikutan protes karena memang sikap Gilbert merusak pandangan Ruby padanya.

“Seharusnya kalian berpikir kalau sikap kalian tadi sudah sangat keterlaluan. Untuk apa menanyakan namanya segala? Kau mau lebih akrab dengannya?” tanya Gilbert merasa kecewa dengan apa yang mereka lakukan.

“Apa, sih? Kami hanya bertanya soal namanya saja, kok. Itu bukan masalah besar yang harus dipermasalahkan seperti ini. Kau sangat berlebihan sekali,” sahut Jarrel masih merasa tidak bersalah setelah membuat Ruby tak nyaman.

Itu sama saja dengan membuat masalah. “Kalian seharusnya lebih memperhatikan raut wajahnya yang tak nyaman itu! Tapi kalian malah sibuk mentertawakannya dengan tanpa merasa bersalah telah menyakiti hatinya!”

Ronan dan Jarrel saling pandang memandang. Tadi memang mereka berdua tertawa karena merasa lucu Ruby tidak mau mengatakan nama aslinya. Tetapi, mereka tidak berpikir bahwa sebenarnya itu menyakiti Ruby.

Dan sekarang mereka menjadi banyak terdiam dengan berbagai pikiran yang muncul setelah Gilbert mengatakan kalau Ruby merasa tidak nyaman dan sakit hati. Sungguh, mereka berdua tidak kepikiran soal itu.

“Astaga! Tanpa sadar kita sudah menyakiti perasaannya! Padahal dia dengan senang hati menemani kita mengobrol tapi kita malah mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman,” celoteh Jarrel menyesalinya.

“Kita harus meminta maaf padanya. Jangan sampai Ruby membenci kita hanya karena kita sudah mengatakan sesuatu yang tidak boleh dikatakan,” imbuh Ronan menyetujui apa yang dikatakan oleh temannya itu.

Lalu, keduanya berlari menuju ke dalam rumah untuk menemui Ruby yang sempat ditinggalkan sebentar untuk mengobrol. Tetapi, sesampainya di sana, rupanya Ruby sudah tidak berada di tempatnya saat kembali.

“Di mana dia?” tanya Jarrel.

“Sepertinya dia marah dan masuk ke dalam kamar. Pintu kamarnya juga tertutup dan pastinya Ruby merasa sakit hati dengan perlakuan kita,” lirih Ronan memasang raut wajah sedihnya ketika rasa menyesal itu datang.

Keduanya bingung harus melakukan apa untuk mendapatkan permintaan maaf dari Ruby. Rasa menyesal memang selalu saja datang terlambat dan menyadarkan pikiran seseorang setelah melakukan sesuatu yang buruk.

.

.

.

Celphius menyelesaikan tugas rapat dengan dewan direksi untuk membahas tentang berbagai operasi bisnis yang saat ini sedang dijalankan. Karena ada masalah saat penjualan, jadi perusahaan harus mengadakan rapat itu.

Tadinya dia tidak mau melakukannya karena berpikir ayahnya yang merupakan seorang CEO di perusahaan itu akan bertanggung jawab atas rapat itu. Namun sayangnya, meskipun ada CEO, dia tetap harus ikut.

CUUR!

Vernon menuangkan wadah air putih pada sebuah gelas kosong yang bening untuk mendinginkan kepala sang atasan yang terlihat tidak karuan. Sang bodyguard yang tahu situasi atasannya sangat pengertian dan cekatan.

“Silakan di minum, Tuan.”

Tanpa basa-basi, Celphius langsung meneguk air putih tersebut dan menyisakan setengahnya. Perasaannya sudah agak mendingan setelah meminum air. Rupanya itulah yang sejak tadi diinginkan oleh kepalanya.

“Jika Anda ingin beristirahat sebentar saya akan keluar demi menjaga ketenangan Anda,” ucapnya karena tidak mau mengganggu kenyamanan sang atasan yang sedang membutuhkan sebuah ketenangan hidup.

“Apa kau sudah mengurus para cecunguk-cecunguk itu? Kudengar kalau mereka tidak bisa masuk ke dalam rumah karena Ruby tidak membuka pintunya,” ucap Celphius bertanya soal masalah mendesak tadi.

“Semuanya sudah terurus dengan baik, Tuan. Nona Ruby juga menjalankan perintah Anda untuk menjamu mereka dengan baik. Saya sudah melihatnya di komputer tadi,” jawab Vernon mengatakan laporan masalah tadi.

“Apa tidak ada masalah saat kau memantaunya?” tanya Celphius yang lalu menyalakan komputer miliknya yang sudah tersambung dengan kamera di rumah. Tiba-tiba, alisnya berkerut, “Sedang apa mereka semua?”

“Sepertinya karena mereka menanyakan hal-hal yang mengandung privasi kepada Nona Ruby, Nona Ruby merasa tidak nyaman dan langsung masuk ke kamarnya saat mereka berada di tempat lain,” ungkap Vernon.

Celphius bertanya-tanya soal apa yang rekan-rekannya lakukan kepada Ruby sampai gadis itu bisa merasa tidak nyaman dan langsung masuk ke kamar ketika suasananya sedang sangat sepi. Sepertinya ada yang terjadi.

“Keluar.”

“Baik.”

Setelah memutuskan untuk mengusir Vernon dari ruangannya, Celphius melanjutkan menonton keberadaan Ruby yang duduk sendirian di dalam kamarnya. Di atas tempat tidur, ia duduk memeluk kedua kakinya.

Terus memperhatikan gadis itu dengan saksama tanpa melewatkan satu detik pun momen yang Ruby lakukan sendirian dalam kamar itu. Walaupun merasa seperti kesepian tetapi tidak tampak seperti kesepian.

Ruby seperti memiliki teman tak kasatmata yang membuatnya betah sendirian dalam kondisi ruangan yang gelap dan penuh keheningan. Terkadang dia merasa kasihan akan kondisi Ruby yang tidak mudah bergaul.

Trauma di masa lalu mengubah kepribadian Ruby yang memang sama sekali tidak pernah diketahui oleh Celphius sebelum mereka bertemu. Tetapi itulah sudut pandangnya yang membuatnya percaya sikap Ruby telah berubah.

Celphius semakin tidak sabar untuk mengetahui informasi seputar kehidupan Ruby dan tentang keluarganya. Hanya mengandalkan Vernon saja juga percuma. Dia harus menghubungi teman lama untuk membantunya.

BERSAMBUNG

1
Glamours Style
mana lanjutannya ka?
Abi Zar
keren kak
Abi Zar: trimaksih kak
total 1 replies
Sunraku
Recommend
Sunraku
Lanjut Mba/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!