Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Memperbaiki diri.
Tolong untuk sabar mengikuti alur cerita. Berikan ruang untuk melebarkan karya..!! Percayakan pada authornya..!!
🌹🌹🌹
Pak Abri tiba di tempat. Melihat kisruhnya keadaan, beliau pun segera menikahkan putrinya dengan Letnan Raka. Beliau juga berunding untuk menyelesaikan perkara besar yang tengah terjadi menerpa keluarga mereka.
Tak ingin lagi ada keributan, Papa Abri membuat surat mutasi agar Letnan Hanggar bisa memimpin suatu daerah. Kecakapan Letnan Hanggar 'mendesak' semua pihak agar Letnan Hanggar menduduki jabatan tersebut meskipun dirinya mengalami tunda pangkat sebagai sanksi hukumannya.
Kini hanyalah nama besar Letnan Hanggar, ilmu, kemampuan serta prestasi yang mampu menyelamatkan dirinya di muka militer. Sebagai ganti kedudukan nya saat ini, Papa Abri menaikan status Letnan Raka menjadi Dantim.
...
Setelah menemani Arlian hingga malam, Bang Hanggar segera menemui istri keduanya. Namun saat itu Bang Hanggar melihat Fanya sedang mual di kamar mandi. Perasaannya sebagai laki-laki pun menjadi tidak tega.
"Sudah minum obat anti mual?"
"Nggak usah sok baik..!!" Ucap ketus Fanya.
Kaki Fanya gemetar, wajahnya dua kali lebih pucat dari sebelumnya.
"Kita harus ke rumah sakit kota. Kamu tidak bisa seperti ini terus, ndhuk." Kata Bang Hanggar melemahkan nada suaranya dan tidak lagi menggubris ucap ketus Fanya padanya.
Fanya menoleh mendengar sapaan itu. Sapaan yang dulu sering di dengarnya semasa kecil. Sesaat kemudian Fanya kembali mual dan muntah hebat membuat Bang Hanggar panik setengah mati.
Bang Hanggar hendak membantunya dan membawanya ke kamar tapi Fanya tak hentinya menolak usahanya.
"Kamu nggak bisa begini terus, ndhuk. Bahaya..!!"
"Fanya nggak apa-apa." Jawab Fanya di sela sisa tenaganya.
Bang Hanggar tidak peduli, ia mengangkat Fanya menuju ke kamar.
:
"Kalau memang harus di pasang infus, ya lakukan saja..!! Kenapa kalian lambat sekali?????" Bentak Bang Hanggar pada seluruh team kesehatan hingga Bang Bowo dan dokter Sarah ikut terkena imbasnya. "Kalian disini juga di kirim untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan warga. Sekarang ada 'rakyatmu' yang juga butuh pertolongan, kenapa kalian tidak turun tangan????"
"Masalahnya 'obat' tersebut habis dan kami masih memesannya. Apa kau kira mudah saja mengirim log kesehatan??" Jawab Bang Bowo lebih tenang sebab kepanikan Bang Hanggar tidak akan baik jika di sahut dengan emosi.
Belum juga perdebatan tersebut usai, terdengar suara Fanya kembali mual. Perut istri kedua Letnan Hanggar tersebut sama sekali tidak terisi makanan dan minuman sedikit pun. Bang Hanggar segera menuju kamar Fanya.
~
"Ini yang di perut juga lapar. Makan ya, ndhuk..!!"
Fanya terus menggeleng. Baru mendengar kata 'makan' saja perutnya sudah terasa di aduk kuat.
Bang Hanggar mengusap kening Fanya. Tak terasa air matanya menetes di pipi. "Kalau sakit.. bilang, ndhuk..!! Saya tidak tau apa yang kamu rasakan. Saya tidak tau harus berbuat apa untuk meringankan beban mu membawa bayi saya..!!"
Bang Axcel dan Bang Prawira mengintip dari balik pintu, agaknya mereka penasaran bagaimana sikap seorang Hanggar setelah melalui segala prahara.
"Dulu Arlian memang mual, tapi tidak parah seperti adikmu. Lian juga tidak rewel, mungkin tau Papanya sedang jauh." Kata Bang Axcel.
"Apa aman sampai persalinan?? Aku takut sekali, istriku sudah mau melahirkan." Bisik Bang Prawira.
"Aman, Lian pakai tindakan operasi. Sampai lahiran pun tidak ada masalah yang mengkhawatirkan." Jawab Bang Axcel sambil terus mengintip keadaan di dalam kamar.
"Kalau begitu biar istriku pakai tindakan operasi saja. Aku nggak berani lihat darah."
Bang Axcel menoleh pada sahabatnya. Ia tidak menyangka seorang Prawira yang gagah berani di medan perang dan bersumbu pendek sama seperti Hanggar bisa bermental lemah melihat darah sang istri.
"Apalah kau ini. Darah istrimu juga gara-gara kelakuanmu, dasar mental tempe." Ejek Bang Axcel.
~
Bang Hanggar mengusap wajahnya, sungguh dirinya frustasi melihat keadaan Fanya. Sekujur tubuh Fanya dingin, tubuh istri keduanya itu lemas tanpa tenaga, bibirnya pucat membiru. Setiap dirinya berusaha menyuapi Fanya, istrinya itu selalu memuntahkan makanan bahkan lebih parah dari makanan yang masuk ke lambung.
"Hhhkkk.."
Dengan sigap Bang Hanggar kembali membantu Fanya namun kali ini darah segar yang keluar dari mulutnya.
"Bowoooooo..!!!!!!!!!!" Teriak Bang Hanggar. "Kamu jangan diam saja, ndhuk..!!! Kamu mau balas saya, kan???? Cepat sehat..!! Kamu bisa tusuk saya..!!" Kata Bang Hanggar, wajahnya sampai ikut pucat karena panik.
Bang Bowo menerobos masuk dan segera memeriksa keadaan Fanya.
"Muntah darah ya?? Lambungnya sudah luka, Gar. Istrimu mengalami hyperemesis gravidarum. Kita harus segera membawanya ke kota. Tapi mobil yang bisa di pakai ke kota sedang di bawa patroli. Kalau pakai mobil biasa, takut ada goncangan. Istrimu masih hamil muda." Jawab Bang Bowo memberi penjelasan.
"Suruh kembali salah satu. Aku mau membawa Arlian dan Fanya sekaligus ke rumah sakit kota..!!" Perintah Bang Hanggar.
"Hanya bisa salah satu." Kata Bang Rumbu yang paham keadaan medan sekitar.
Sebenarnya Bang Hanggar juga paham akan keadaan namun dirinya tidak bisa meninggalkan salah satu istrinya. Arlian ataupun Fanya sama-sama membutuhkan perawatan medis khusus.
"Bawa Lian. Fanya baik-baik saja..!!" Kata Fanya di ambang sisa tenaganya.
braaaakkk...
Bang Hanggar menggebrak meja sekuatnya. Ia sudah tidak tahan lagi dengan situasi yang membuatnya nyaris gila.
"Apa begitu caranya hidup di dunia?????? Selalu ikhlas, pasrah dan menerima segala keadaan. Kamu jangan buat saya serba salah..!!!!!!! Batin saya tersiksa melihatmu seperti ini, saya ini sudah sangat berdosa besar pada kalian berdua. Tolong ndhuk, rasanya saya mau mati.. hati saya juga sakit melihat kalian seperti ini..!!" Bentak Bang Hanggar tak tahan lagi menghadapi situasi pelik.
Fanya berusaha kuat meraih jemari suaminya kemudian ia menggenggamnya seerat mungkin. "Semua badan Fanya sakit, nafas Fanya sesak. Fanya tidak kuat lagi, Mas..!!"
Mendengarnya, hati Bang Hanggar terasa terbanting ke bumi. Ia tidak menyangka bisa 'kesakitan' melihat istrinya tanpa daya.
Bang Hanggar mengecup kening Fanya kemudian memeluknya. "Mas Gar pasti akan menyelamatkan kamu, apapun resikonya. Tahan sedikit, ndhuk..!!"
...
Dengan kuasa perintah terakhir, Bang Hanggar membawa Arlian dan Fanya ke rumah sakit kota. Ia sampai mengurut pangkal hidungnya. Rasanya tak sanggup melihat kondisi kedua istrinya terutama Fanya yang berada di antara hidup dan mati.
"Dantim mau roti, saya lihat Dantim belum makan apapun sejak pagi." Kata mudi yang membantu Bang Hanggar membawa Arlian dan Fanya ke rumah sakit di kota.
"Mau makan bagaimana kalau istri saya seperti ini. Jangankan mau makan, nafas saja saya merasa sangat bersalah." Jawab Bang Hanggar.
"Ijin Dantim..!! Hidup manusia tidak ada yang suci, tidak ada juga yang tidak membuat kesalahan. Jalani semua dengan ikhlas dan apapun yang telah terjadi, jadikanlah sebagai pengalaman dan pelajaran hidup." Ujar mudi Bang Hanggar.
"Terima kasih, kamu benar. Kini tanggung jawab saya sebagai suami jadi lebih besar. Saya harus kuat membimbing mereka. Terus terang saya ini suami yang gagal, tapi saya akan terus berusaha memperbaiki diri. Karena kalau tidak, seumur hidup saya akan menyesalinya." Jawab Bang Hanggar.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.