Amora Tithania Genovieve atau sering di panggil Mora, telah mati karena pembulyan yang di terimanya di sekolah.
Tiba - tiba sosok jiwa bergentayangan yang kebetulan bernama Mora juga, masuk kedalam tubuh Mora yang mati.
Mora yang kembali hidup itu akhirnya bertekad untuk membalaskan dendam atas pembulyan yang di terima oleh Mora yang telah mati, sebelum dia membalaskan dendamnya sendiri.
Akankah orang - orang sadar bahwa Mora bukanlah Mora?? Dan bisakah Mora mendapatkan keadilan atas Mora yang sudah mati?
BACA A GIRL ENTANGLED IN MEMORIES, untuk mengikuti kisah ini dari awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 22. Bukan Romeo & Juliet.
Mora akhirnya duduk di depan Brandon, Brandon pun semakin senang karena dia duduk lebih dekat dengan Mora. Bahkan Brandon bisa mencium aroma wangi Mora yang membuatnya tak henti - hentinya ingin mengendus.
Pelajaran berjalan normal, sampai akhirnya jam istirahat tiba semua orang pun keluar dari kelas. Rubi, Anete dan Kyomi tampak buru - buru keluar dari kelas seakan takut dengan sesuatu.
'Makan apa ya? Rasanya aku masih terbayang bau anyir dari sandwich bacon tadi pagi.' Batin Mora sembari menepuk pelan perutnya.
"Anak kita lapar, ya?" Suara Brandon yang begitu dekat mengejutkan Mora, spontan Mora pun menampol kepala Brandon.
"Adeh! Sakit, Mora." Ujar Brandon, sembari mengusap kepalanya.
"Salahmu sendiri tiba - tiba bicara di dekat telinga! Terus tadi kamu bilang apa? Coba aku ingin dengar." Ujar Mora dengan kesal.
"Hehe, anak kita." Ujar Brandon.
"Nenek moyangmu! Bicara aneh - aneh lagi, aku tidak keberatan memutar kepalamu." Ujar Mora sambil menirukan gaya memutar kepala.
"Iya - iya, galak sekali." Ujar Brandon.
Mora pun bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas, Brandon pun langsung mengikuti Mora. Tapi setelah keluar dari pintu kelas tiba - tiba Brandon di cegat oleh ketiga teman nya.
"Eit! Eit! Eit! Tunggu dulu bro, mau kemana buru - buru begitu?" Tanya Tiko.
"Ish! Kalian kenapa menghalangi jalanku, aku sedang mengejar Mora." Ujar Brandon kesal.
"Sadar bro, latihan.. kamu itu kapten basket, gimana nasib tim kita kalau kamu tidak ada." Ujar Revan.
Seketika Brandon ingat, hari ini jadwalnya dia latihan basket. Tapi dia enggan jauh dari Mora.
"Ayo, seret dia." Ujar Andi. Revan dan Tiko mencekal kedua tangan Brandon dan menyeretnya mundur.
"Tapi.."
"Tidak ada tapi, Mora tidak akan lari kemana - mana, dan juga.. tidak ada yang berani mendekati dia, karena satu sekolah juga tahu kamu mengejar Mora." Ujar Andi.
"Tidak! Moraaa..." Teriak Brandon. Mora sampai berbalik badan dan melihat apa yang terjadi sampai Brandon berteriak begitu keras memanggil namanya, bahkan orang - orang yang ada di sekitaran sana juga menengok.
'Astaga, menggelikan.' Batin Mora, ketika melihat Brandon yang di seret seakan tidak mau pergi.
Bagaikan Romeo yang di seret untuk meninggalkan Juliet nya, Brandon melambai - lambaikan tangan nya. Sementara Tiko dan Revan menyeret nya dengan susah payah.
Bedanya, jika di dongeng Romeo dan Juliet keduanya enggan berpisah, di sini Mora hanya berdiri diam sambil menatap betapa menggelikannya bocah - bocah yang sering membuat onar itu.
"What ever! Lebih baik aku makan baso." Gumam Mora lalu berbalik dan kembali berjalan menuju kantin.
"Lihat? Mora tidak peduli padamu. Stop ber akting seolah kalian Romeo dan Juliet, Brandon yang malang." Ujar Andi sambil terkekeh.
"Sialan kau." Ujar Brandon dengan mata tajam pada Andi.
"Ayo, lanjut seret dia." Ujar Andi pada Revan dan Tiko.
"Morraa.. kamu jahat sekali membiarkan aku di seret.. Mora.." Ujar Brandon merengek, tapi Mora tidak peduli.
Sementara saat ini di tempat lain..
Leah sedang berdiri menatap luar jendela kamarnya dengan diam, tiba - tiba Leah berbalik dan mengamuk. Dia menyapu semua alat make up, kosmetik dan sebagainya yang berada di atas meja riasnya dengan kedua tangannya sampai semuanya berserakan.
Tak hanya itu, Leah juga memecahkan kaca meja riasnya menggunakan botol parfum, sampai botol parfum itu pecah bersamaan dengan kaca meja riasnya lalu tiba - tiba Leah menangis.
"Kenapa tiba - tiba begini, kenapa papa melakukan ini!!! Aku benci papa, aku benci papa!!" Teriak Leah, lalu terisak.
Leah bahkan mengobrak abrik ranjangnya, sampai akhirnya dia terhenti ketika melihat foto keluarganya. Foto itu terdapat dirinya, ibunya dan ayahnya, dia adalah putri semata wayang kedua orang tuanya, tapi itu hanya seharusnya..
Seharusnya Leah menjadi putri tunggal satu - satunya jika saja ayahnya tidak berselingkuh dan memiliki seorang anak lagi bersama perempuan lain. Leah semakin marah, dia lantas melempar foto keluarga itu ke dinding dan pecah berantakan.
"AAARRRGGHH!!!! AKU BENCI PAPA!!" Teriak Leah.
Di hari ulang tahun nya, dia harus mendapat kejutan yang sangat mengejutkan bahkan tidak akan pernah dia lupakan, Leah harus mengetahui fakta bahwa dirinya memiliki saudari lain ibu yang berbeda hanya satu tahun darinya.
______________
Singkat cerita, Mora selesai sekolah dan dia sedang menunggu supirnya di Lobby. Dia yang tidak fokus karena bermain ponsel sampai - sampai dia salah memasuki mobil orang lain yang kebetulan sama, baru setelah dia duduk di dalam mobil dia terkejut karena ada orang asing.
"Siapa anda? Kenapa anda ada di mobilku?" Tanya Mora, posisinya mobil itu belum jalan.
"Kamu tidak salah berkata? Ini mobilku." Ujar pria yang di dalam mobil itu yang ternyata adalah Byanazriel.
Mora lantas melihat kesekeliling mobil itu dan dia melihat supir yang mengemudikan mobil itu juga bukan supirnya.
'Astaga, aku salah masuk mobil.' Batin Mora.
"Ee.. Hehe, maaf. Aku tidak memperhatikan lebih dulu, ini memang bukan mobilku." Ujar Mora pada Byan dengan senyum tidak enak.
'Kenapa wajah pria ini tidak asing? Ada wajah pria ini di ingatan Mora.' Batin Mora.
"Tidak masalah, wajar salah masuk mobil, banyak mobil yang sejenis." Ujar Byan dengan senyum manisnya.
"Kalau begitu saya permisi, sekali lagi saya minta maaf." Ujar Mora, Mora hendak turun tapi tiba - tiba Byan menahan tangannya.
'Apa - apaan woy! Minta di hajar.' Batin Mora.
"Maaf, di rambutmu ada daun." Ucap Byan sembari menunjukan daun yang sebelumnya menempel di rambut Mora.
"Terimakasih." Ujar Mora, ia tersenyum lalu turun dari mobil itu.
Byan tersenyum manis setelah mendapatkan senyuman dari Mora, dia bahkan menghirup sisa wangi aroma tubuh Mora yang masih tertinggal di mobilnya.
"Sepertinya dia memang jodoh tuan, tanpa tuan panggil dia masuk sendiri ke mobil." Ujar Lodi.
"Fokus saja menyetir." Ujar Byan, kembali ke mode kulkas.
"Lalu telpon anak itu untuk cepat keluar, urusanku sangat banyak." Ujar Byan.
"Baik, tuan." Sahut Lodi, tapi belum juga Lodi menelepon, pintu mobil kembali terbuka dan orang yang di tunggu Byan akhirnya datang juga.
"Paman, kenapa paman harus menjemputku? Aku bawa motor sendiri." Ujar nya.
Orang itu adalah Brandon. Wahh... siapa sangka bocah tengil incaran Leah dan seluruh siswi sekolah adalah keponakan Byan yang sedingin es di kutub utara.
"Cerewet, kalau paman tidak datang menjemputmu memangnya kamu mau pulang. Papamu menitipkan mu pada paman, jadi jangan banyak tingkah." Ujar Byan.
"Pulang ke mansion." Ujar Byan pada Lodi.
"Hah! Kenapa ke mansion? aku tidak mau ke mansion, paman." Ujar Brandon keberatan.
"Brandon, usiamu sudah delapan belas tahun, bisakah kamu tidak kekanak - kanakan lagi?" Ujar Byan.
"Kapan aku tidak di nilai kekanak - kanakan oleh paman, apapun yang aku lalukan selalu di nilai kekanak - kanakan." Ujar Brandon, lalu duduk diam menatap luar jendela.
Brandon adalah anak Lodra. Masih ingat Lodra? Kakak angkat Ryn, ibunya Byan. Lodra akhirnya menikah dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta ketika dia sedang menjalankan pekerjaan nya di luar negeri, tepatnya di negeri tirai bambu.
Lodra menikah di sana dan tinggal di sana pada tahun - tahun itu, tapi Naas besar terjadi ketika ternyata wanita yang Lodra nikahi rupanya adalah seorang agen pembunuh yang sedang di buru oleh atasannya karena di tuduh berkhianat.
Lodra yang mencintai istrinya pun tidak mau jika sampai istrinya celaka, akhirnya Lodra pergi untuk melindungi istrinya dan menitipkan Brandon kecil berusia 5 tahun pada Byan yang kebetulan sedang mengunjungi Lodra saat itu.
Dan sampai sekarang Brandon tidak tahu apakah ayah dan ibunya masih hidup atau tidak, ketika dia bertanya pada Byan, Byan selalu bilang belum mendapat kabar.
"Kamu marah?" Tanya Byan, walau dia dingin tapi dia punya caranya sendiri untuk menunjukan kasih sayang.
"Aku hanya tidak mau pulang ke mansion paman, di sana terlalu besar untukku." Ujar Brandon.
"Suka atau tidak, mulai sekarang kamu akan tinggal di mansion dengan paman." Ujar Byan, Brandon hanya bisa menghela nafas mendengarnya.
...TO BE CONTINUED.....
Maaf, jangan marah ya thor... Bukan bermaksud menggurui. Aq hanya sekedar mengeluarkan isi hati setelah membaca novelmu, thor... ☺🙏 krn pernah ada othor lain yg gak terima dengan komenku. Loch kok aq malah jadi curcol 🤭✌