Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Saya gila karena kamu"
Nada sedang mengerjakan tugas laporan yang belum selesai kemarin. Gadis itu memakai kacamata serta rambut yang di cempol, membuat aura seksi dari gadis itu memancar, ia terfokus menatap laptop dan jemarinya sedang sibuk mengetik. Saga pun masuk kedalam rumah, membawa galon air yang baru ia beli, melihat istrinya yang sedang sibuk menatap laptop, tidak sadar kalau Saga sudah pulang.
"Kalau ada maling masuk rumah, mungkin gak bakalan ketauan, terus ambilin semua barang di sini sampai habis pun kamu gak bakalan tau. Sefokus itu kamu belajarnya"
"Eh," pekik Nada yang kaget, mendengar suara Saga, ia pun memutar tubuhnya ke arah suara itu berada. "Om Saga uda dari tadi pulangnya?"
"Baru aja" Saga mengangkat galon untuk ia letakkan di dispenser. Saga angkat galon mah gampang, ibarat angkat botol air mineral.
Saga pun langsung duduk di samping Nada. Sementara Nada kembali fokus ke tugasnya. Saga ikut menatap layar laptop yang ada di hadapan Nada, lalu beralih menatap Nada. Ia memandang satu persatu area wajah Nada.
Ia menatap mata Nada yang memiliki bulu mata yang lentik, hidung Nada yang tidak terlalu mancung, bibir tebal yang terlihat begitu manis. Lalu mata liarnya melihat area leher Nada, seketika ia menelan salivanya. Ia teringat akan mimpi malam itu.
"Astagfirullah" batinnya, ia tersadar dari pikirannya yang mulai gila dan menggelengkan kepalanya.
Otak Saga sudah mulai terkontaminasi permisa.
Nada yang menyadari Saga sedang menggelengkan kepalanya pun menoleh. "Om kenapa? Sakit?" Nada refleks memegang kening Saga.
Seketika wajah Saga memanas, dadanya naik turun merasakan detak jantungnya yang mulai tidak normal. Buru-buru Saga menepis tangan Nada. "Saya gak papa"
Nada mengerucutkan bibirnya. "Om gak suka Nada pengang ya?" Nada bertanya karena Saga menepis tangannya.
"Bukan begitu Nada"
"Halah, bilang aja Om, biar saya tau diri!" Nada menutup laptopnya dan masuk ke dalam kamar.
"Yah ngambek dia" Gumam Saga. Saga mengacak-acak rambutnya frustasi.
Saga menyusul Nada yang masuk ke dalam kamar. Ia melihat Nada yang sudah membaringkan tubuhnya di tas ranjang. "Tugas kamu uda siap?"
"Gak tau"
"Besok kamu di hukum dosen lo kalau gak siap"
"Biarin" jawab Nada masih ketus.
"Beneran biarin?"
"Gak usah pedulikan aku!"
"Nada" panggil Saga lembut.
Tapi Nada tidak menjawabnya.
"Nada"
Masih diam.
"Nada"
Hening.
Saga membuang nafasnya kasar. "He bocil!"
Nada membulatkan matanya, mendengar Saga memanggilnya bocil. Nada pun duduk dari tidurnya. Wah ni Om kacang ijo ngajakin ribut apa gimana sih?
"Apa si om-om?" Balas Nada kesal.
Saga terkekeh.
"Ketawa?! Gak lucu tau!"
"Abisnya kamu, di panggil dengan nama gak mau jawab, giliran saya panggil bocil langsung bangkit. Kan lucu"
Nada mendengus kesal.
"Tugas kamu uda selesai?"
"Belum" sahut Nada masih kesal.
"Belum siap kok uda tiduran?"
"Otaknya capek buat mikir" jawab Nada sekenanya.
"Ya udah, gak usah punya otak aja sekalian, supaya gak capek" balas Saga lebih sekenanya.
"Kalau gak punya otak, gak usah idup aja sekalian"
"Jangan dong, nanti kalau kamu mati, yang jadi istri saya siapa?" Goda Saga pada Nada dengan senyuman genitnya.
"Noh, banyak cewek-cewek yang ngantri di luar nunggu dudanya Om" Bohong itu hanya omong kosong, yang ada nangis kejer ai Nada kalau sempet Saga berpaling.
"Ah, saya mana mau"
"Jadi Om maunya apa?"
"Maunya saya-" Saga menggantung ucapannya "Itu kamu" lanjutnya.
Mereka pun saling menatap satu sama lain. Pipi Nada mulai memerah seperti buah apel.
"Saya suka kalau lihat pipi kamu merona seperti sekarang" ucap Saga lagi.
Membuat sang empunya makin tidak karuan, Nada menjadi salah tingkah.
Saga pun tertawa, melihat Nada yang salah tingkah itu.
"Om lagi stres atau gimana si? Ketawa mulu"
"Bukan, saya bukan stres" ucap Saga yang suka menggantungkan ucapannya.
"Jadi apa?" Tanya Nada penasaran.
"Saya gila, karena kamu"
Mata mereka saling bertemu kembali. Nada sesegera mungkin mengalihkan pandangannya kali ini. Ia tidak ingin Saga menarik ulur perasaanya lagi. "Terus aja Om gila sama aku, kalau bisa sampai tergila-gila sekalian" ucap Nada, lalu menarik selimut, menutupi tubuhnya.
Didalam selimut, Nada benar-benar seperti orang gila senyum-senyum sendiri. Padahal dia seneng, tapi karena Saga kerjaannya tarik ulur, Nada jadi sedikit kesal.
Hilih, sok jual mahal si Nada.
Sementara Saga juga sama seperti Nada gilanya. ia senyum-senyum sendiri. Apa Saga mulai jatuh cinta dengan Nada? ah entahlah, cuma Saga yang tau perasaannya.
Benar saja, Nada sudah ketiduran, karena kelelahan dengan kegiatan selama satu hari ini. Saga tidak ingin membangunkannya, ia malah mengambil laptop Nada mengerjakan tugas laporan Nada yang belum selesai. Ia mulai mengetik tombol-tombol keyboard laptop itu. Entah bisa atau tidak, Saga begitu teliti mengerjakannya. Sampailah jam 2 dini hari, Saga baru selesai, ia meregangkan tubuhnya, yang terasa pegal karena dari jam 9 tadi berkutat di depan laptop.
Saga menghela nafas lega "Besok Nada tinggal kumpulin"
Saga baru pulang dari masjid menjalankan ibadah subuh, masih bercengkrama dengan tetangganya, Letda Darma. Tiba-tiba,
"AKKKHHH!!!" Pekik Nada di pagi buta.
Saga yang mendengar Nada berteriak sontak, berlari menemui istrinya.
"Ada apa Nada?" setibanya Saga di dalam kamar.
"Mati aku Om!!" Nada memegang keningnya, wajahnya sudah tidak karuan lagi berantakannya.
"Gak, kamu masih hidup kok" Saga terkekeh, ia pikir Nada sedang bercanda.
"Iiih aku serius Om!!"
"Lah kan memang iya Nada, kamu masih hidup"
"Iih Om mah bikin aku tambah kesel!"
Saga pun menatap Nada "Iya iya, saya minta maaf. Kamu kenapa hm?"
"Aku belum selesai ngerjain tugas laporan ku" mimik wajahnya berubah sendu, matanya sudah berkaca-kaca.
Saga menahan tawanya melihat kepanikan Nada saat itu, Nada tidak tau kalau Saga sudah menyelesaikan tugasnya. Ia langsung berpikir untuk menjahili Nada.
"Kan kemarin malam saya sudah bilang, untuk kerjakan tugas kamu, kamu malah bilang otaknya capek mikir"
Nada memegang keningnya yang merasa sakit sekarang. "Jadi gimana dong om?"
"Gak usah masuk kuliah hari ini"
"Tapi Om, nanti aku gak dapet nilai dong"
"Ya mau gimana lagi? Kalau kamu gak mau nilai kamu hilang, serahin aja laporan kamu yang belum selesai itu" Saga pun melepas sarung yang ia kenakan.
Nada mengambil laptopnya. Ia melihat tugas laporan yang ia kerjakan kemarin malam. "Eh! Loh, kok?!" Ucap Nada yang bingung melihat laporannya sudah selesai.
"Kenapa?" Tanya Saga yang masih berpura-pura.
"Laporan aku uda selesai Om, siapa yang selesaiin?" Nada melihat Saga yang melepas baju kokonya.
"Saya" jawabnya santai.
Nada pun membulatkan matanya. "Lah jadi Om tadi nakut-nakutin aku toh"
"Eh tunggu dulu, om Serius? Om Saga yang ngerjain? Emang Om Saga bisa?"
"Ya kamu bisa periksa sendiri!" Saga pun keluar dari dalam kamar.
Nada terdiam, memeriksa kembali laporan yang ada di dalam laptopnya. Padahal Nada sendiri yang belajar ilmu kedokteran aja bingung mengerjakannya, kepalanya bahkan akan pecah. Lah Saga, dengan gampangnya menyelesaikan itu semua.
Emang otak suaminya itu tidak bisa di remehkan.
"Kok Om bisa ngerjainnya?"
"Berpikir dong"
"Aneh, Om kan tentara, belajarnya itu bela diri, pegang senjata, nembak. Mana ada belajar ilmu kedokteran"
"Kamu pikir saya ini bodoh? kamu meremehkan otak saya? Saya satu malam belajar dari buku-buku yang kamu punya. Dan saya ini perwira kalau kamu lupa".
Nada manggut-manggut "Berarti Om Saga pinter dong, belajar satu malam. Langsung bisa buat laporan"
Saga pun terdiam.
Nada menghampiri Saga yang sedang menyemir sepatunya. " Makasih Om suami yang ganteng" Nada pun memeluk tubuh Saga dari belakang.
Saga pun menghentikan kegiatannya, kaget karena Nada tiba-tiba memeluknya. Tubuhnya menegang tapi ia coba biasa saja "Iya sama-sama" Saga pun tersenyum dan akhirnya menikmatinya.
Kan gak papa ya, nikmati di peluk istri sendiri. Dapat pahala.
"Eh, Mas mau Nada buatkan teh?" Nada melepaskan pelukan tersebut, wajahnya di buat semanis mungkin.
Seketika Saga memutar kepalanya ke Nada yang berada di belakangnya. "Ada maunya aja mas, gak ada maunya Om"
Nada terkekeh mendengar ucapan Saga, "Jadi mau gak mas?"
Saga menggelengkan kepalanya. "Gak, saya puasa"