Pengantin Pengganti

"Silahkan paket honeymoon untuk Bapak Sulthan Anggara yudha dan Ibu Belinda Astari, petugas kami akan mengantar."

Belinda dan Angga saling berpandangan heran, mereka hanya akan menginap sehari bukan memesan paket honeymoon. 

"Ga salah mbak?"

"Sudah ada di sistem kami Bapak, Ibu ini adalah hadiah dari pemilik hotel ini, mohon di tunggu sebentar kamar sedang di persiapankan."

Belinda tertawa dia hampir lupa kalau kini Denis adalah pemilik resmi hotel Mulia, tadinya Belinda berencana menginap karena hotel mulia lokasinya lebih dekat dengan rumah Adit untuk acara makan malam esok hari. 

"Oke sampaikan banyak Terima kasih untuk pemilik hotel ini!"

Belinda menggandeng tangan suaminya yang masih kebingungan. 

"Ayo sayang kita honeymoon sesi pertama,ga usah bingung hotel ini milik Denis,"

setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka masuk ke kamar, keduanya sangat takjub dengan hadiah yang di berikan oleh Denis. 

Kamar dengan tipe termahal, ruang tamu yang menyatu dengan pantry terdapat berbagai minuman dan makanan disana. Ruang tengah dengan sofa yang nyaman di lengkapi dengan bioskop mini terhubung langsung dengan pintu ke arah luar menuju balkon yang terdapat sebuah private pool. 

Menuju kamar utama tempat tidur yang luas dan terdapat hiasan bunga di atasnya menyambut kedatangan mereka, ada sebuah amplop segera di buka oleh Belinda dan saat di baca ternyata pesan dari Denis yang mengatakan kalau mereka bebas menginap sampai bosan. 

" semoga kamu mendapatkan jodoh yang baik juga Denis, eh! Kenapa jadi melow gini sih."

"Kenapa? Ada yang mengganggu pikiran kamu? Tadi kan udah janji mau cerita di hotel."

Angga yang kini memeluk istrinya dari belakang mengendus aroma yang akhir-akhir ini sangat membuatnya candu. 

"Mau berendam di jacuzzi?" Tanya Belinda. 

Tanpa menjawab Angga langsung menggendong istrinya ke kamar mandi. 

Malam panjang lagi untuk pengantin baru yang sedang kasmaran. 

***

Tiba di bandara Ngurah Rai, Indira sengaja tak mengabarkan pada Max kalau dia akan menyusul nya. Dengan menaiki taxi dia sudah tahu Max pasti berasa di villa nya. 

Akhir-akhir ini emosinya sedang tidak baik, apalagi upayanya untuk memisahkan Angga dan Belinda selalu gagal. 

Hanya Maxime Dewantara yang bisa selalu membuatnya tenang. Sampai di villa Indira hanya di sambut oleh penjaga Max tidak ada. Saat akan mengeluarkan gawainya terdengar deru mobil masuk ke garasi. 

"Itu pasti dia."

Indira menunggu maxime di sebuah sofa panjang berada di ruang tamu, Max terkejut karena mendapati gadisnya sudah menunggunya dengan cemas. Untung saja tadi Max memutuskan kembali ke villa setelah pertemuan dengan beberapa investor. 

"Are you okay?" Max menarik Indira dalam pelukannya. 

Berada dalam dekapan Max Indira selalu bisa menemukan ketenangan. Tapi, dia tak pernah menyadari bahwa selama inj Max lah benar-benar mencintainya, yang selalu ada dan siap memberikan apapun yang dia minta. Dia terlalu sibuk mengejar obsesi nya anehnya Maxime tidak pernah keberatan membantu Indira. 

"Apa kamu mau pergi?" Tanya Indira masih belum mau melepas pelukannya. 

"Tadi aku meeting dengan investor untuk resort baru aku, sebenarnya mereka mengajak untuk bersenang-senang tapi entahlah aku malas ingin pulang, ternyata kamu sudah menunggu. Kenapa ga ngasih kabar hmm?" Tanya Max terus mengecupi pucuk kepala Indira. 

"Entahlah aku merasa merindukan mu, aroma tubuhmu!"

"Kamu pasti capek, mau berendam air hangat?"

Indira hanya mengangguk, Max menggandengnya ke arah kamar. Tak ingin bertanya terlalu banyak Max sangat paham apa yang saat ini Indira butuhkan. 

Di dalam bathtub mereka berendam air hangat, Dengan lembut Max memijat pundak Indira saat tubuhnya relax Indira akan bercerita. 

"Max, Angga sama sekali tidak terpengaruh bahkan mereka makin mesra. Kapan kamu akan bermain-main dengan wanita itu?"

"Sabar ya sayang tunggu semua urusanku disini selesai baru kita fikirkan langkah selanjutnya. Kamu, tidak usah kembali ke Jakarta temani aku disini, mau?"

"Baiklah.tapi, apa rencanamu?"

"Kamu hanya tahu beres, biar aku yang bekerja."

Indira memejamkan matanya menikmati pijatan Max, akhir-akhir ini dia merasa tubuhnya mudah sekali lelah apalagi saat keinginannya tidak tercapai membuat emosi nya gampang meledak. 

Indira memutar tubuhnya, kini mereka berhadapan. 

"Kenapa kamu mau melakukam ini untukku?"

Max mengusap lembut pipi Indira, di kecupnya bibir yang selalu membuatnya bergairah. 

" aku merasa bahagia saat melihatmu bahagia dan mendapatkan apa yang kamu mau. Aku pun akan ikut bersedih saat kamu sedih."

Entahlah cinta macam apa yang Maxime berikan untuk Indira. 

***

Sinar matahari sore menyapu wajah cantik tertidur di sofa besar depan jendela, Belinda sengaja membuka lebar gorden kamar untuk menikmati pemandangan Ibukota. 

Tak tega membangunkan istrinya terlihat kelelahan, ya kelelahan bagimana tidak saat semua spot dicoba. Angga terkikik saat mengingat nya, Sesi curhat plus-plus semalam bersambung pagi ini benar-benar menguras emosi dan tenaga. 

mengingat itu Angga kembali bertanya apa benar Haikal yang di maksud istrinya adalah Haikal yang dia kenal. 

"Apa mungkin dia?" Gumamnya.