NovelToon NovelToon
Gendis, Cinta Diambang Batas

Gendis, Cinta Diambang Batas

Status: tamat
Genre:Dosen / Nikahmuda / Beda Usia / Romansa / Tamat
Popularitas:170.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Re_Putri

Waktu memberi batasan pada dunia yang tidak sempurna. Dan waktulah yang terkadang menjawab setelah keegoisan seseorang mengecohkan sebuah kenyataan yang sebenarnya.

Ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan membuat Gendis Ayunda menerima keputusan untuk menikahi Bramasta Dewangga.

Pernikahan mereka yang terjalin tanpa rasa cinta itu harus terkoyak dengan kedatangan wanita yang ternyata sudah menempati hati Bram sejak lama. Seruni adalah sosok yang dicintai Bram sejak dulu. Bahkan wanita itulah yang membuatnya bersemangat untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Pilihan antara hubungan pernikahan atau cinta itu menjadi pertarungan hebat bagi Bram.

Memilih cinta yang terus berkobar dalam hatinya atau memilih sebuah hubungan yang harus dia pertanggung jawabkan pada Tuhan yang akan menjadi pilihannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Re_Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bimbang

"Gendis, pelankan suara televisinya." teriak Bram dari ruang belajar yang ada di sudut unit apartemennya. Ruangan yang didesain cukup simple dengan beberapa rak buku yang menghiasi dinding dan di tengah-tengahnya terdapat meja khusus untuk menggambar rancangan mesin.

Lelaki yang kini berada di depan meja gambar itu, tidak bisa berkonsentrasi dengan rangkaian gambar yang sedang dia kerjakan. Sebenarnya, Bram tidak bisa fokus bukan hanya karena suara televisinya saja, tapi Gendis yang sejak tadi mondar mandir membuat lelaki itu gagal berkonsentrasi.

"Mas Bram, besok libur! Sekali-kali menikmati hidup ini." balas Gendis sambil menyuap sesendok puding yang sempat dia buat sepulang membeli bakso.

Bram menghela nafas dengan kasar, sekali lagi inilah perbedaan Gendis dengannya. Gadis itu terlalu santai dalam menyikapi hidup. Dia dan Gendis memang dua kepribadian yang bertolak belakang.

Lelaki yang memilih meninggalkan ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku yang berjajar di rak itu memilih berjalan ke arah Gendis yang masih terlihat asyik menonton televisi.

Bram mendudukkan tubuhnya di dekat Gendis dan merebut mangkuk serta sendok untuk menyuap isinya.

"Mas Bram, di kulkas masih ada." protes Gendis saat Bram menyuap beberapa kali puding miliknya.

"Kalau begitu kamu ambilkan untuk Mas." titah Bram membuat Gendis mengerucutkan bibir hingga terlihat monyong.

"Ya sudah, Mas, habiskan saja isi mangkukmu." ujar Bram dengan mengambil sesuap lagi dan melirik Gendis. Lelaki itu masih memegang mangkuk puding milik Gendis.

Saat melihat istrinya menghentakkan kaki saat melangkah ke dapur. Bram terkekeh melihatnya. Dia baru menyadari istimewanya Gendis. Gadis itu mampu membuat hidupnya yang terkesan serius itu berubah menjadi santai. Dua kepribadian yang berbeda tapi saling melengkapi.

"Silahakan, Mas!" tuntun Bram saat Gendis menyerahkan mangkuk berisi puding dengan membisu.

"Silahkan Mas Bram, sayang! " sambut Gendis dengan muka masam. Gadis itu langsung mendudukkan tubuhnya kembali di sofa seperti semula dan mengambil kembali pudingnya.

"Hahahaa.... " Bram benar benar tergelak. Lelaki yang biasa tersenyum tipis itu tertawa hingga matanya berkaca-kaca saat melihat wajah masam Gendis.

Manis dan asam yang bercampur membuat Gendis terlihat menggemaskan bagi Bram.

"Mas Bram, Diam! Ini dramanya sedih bukan lucu." protes Gendis dengan mencubit perut Bram, sementara matanya masih fokus pada drama korea yang sejak tadi dia tonton.

"Iya-ya, Mas, diam." ucap Bram, kemudian menikmati puding di sebelah Gendis sambil membuka ponselnya.

Beberapa pesan mulai dia baca.

' Aku ke apartemen, Mas Bram. Tapi sepertinya Mas Bram pergi.'

'Kapan kita bisa bertemu, sebentar lagi aku akan ikut study banding ke luar kota selama seminggu.'

Pesan dari Seruni membuat wajah Bram terlihat serius. Dia belum siap bertemu Seruni sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Bram merasa Seruni mulai mendesaknya.

'Bram, liburan pulang kerumah ya. Ibu kangen dengan kalian.'

Pesan selanjutnya dikirim oleh Bu Harun. Dia juga melihat beberapa panggilan tak terjawab dari dua nomer itu.

Semua seolah menjadi beban bagi Bram. Ketika terombang-ambing seperti ini, dia seperti mempermainkan banyak perasaan termasuk perasaannya sendiri yang kini semakin tidak menentu.

"Hik. hik... kenapa endingnya jelek banget."

"Tau begini aku nggak mau nonton! "gerutu Gendis membuat Bram hanya menggelengkan kepala.

"Kamu biasanya sudah tidur, Ndis." sambut Bram sambil melihat jam yang menggantung di dinding ruangan.

"Aku belum ngantuk, Mas." jawab Gendis.

"Mas, sampai kapan kita seperti ini? " tanya Gendis yang tiba-tiba berubah serius. Gadis itu merasa lelah dengan batasan yang di buat untuk perasaannya.

Dia takut kekagumannya pada lelaki yang hampir mendekati sempurna itu berubah menjadi perasaan yang tidak bisa dia kendalikan lagi.

"Maksud kamu apa? " Bram balik bertanya, entah kenapa pertanyaan Gendis seperti mengusik perasaannya.

"Sampai kapan pernikahan ini?"

"Apa kamu tersiksa bersamaku? Apa kamu tidak tahan denganku? Atau kamu menyukai lelaki lain? " sela Bram. Seketika, ada rasa yang tidak biasa saat mendengar pertanyaan Gendis yang seperti itu. Aliran darahnya seketika terasa panas hingga dia terlihat menegang.

"Bukan, Mas."

"Berhentilah berfikir yang aneh-aneh!" tegas Bram kemudian pergi meninggalkan Gendis dan berjalan ke belakang.

Moodnya langsung berubah tidak nyaman. Hatinya seolah mendorongnya untuk mengatakan jika dirinya menikah bukan untuk berpisah. Meskipun, hatinya masih ada Seruni. Gadis yang selama ini paling mengerti dirinya.

Bram, menghembuskan nafasnya dengan kasar, membayangkan berpisah dengan Gendis terasa sangat berat, hari-harinya sudah terbiasa bersama dengan Gendis.

Entah sudah berapa menit lelaki berwajah datar itu berada di dapur, dari membuat kopi sampai menghabiskannya dengan pikiran-pikiran yang membuatnya semakin gelisah.

Lelaki yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong itu kembali melihat Gendis. Apa gadis itu sudah masuk ke kamar atau belum.

Terlihat Gendis meringkuk di sofa. Wajahnya terlihat tenang dengan bibir mungil yang menghias begitu menawan. Memang diakuinya, dia tidak pernah bosan melihat wajah Gendis yang sangat manis.

Tidak tega membangunkan istrinya, Bram pun memilih menggendongnya masuk ke dalam kamar. Kamar yang berstatus milik istrinya terlihat sedikit berbeda dengan sprei berwarna pink dan bermotif floral.

"Feminim banget. " gumam Bram sambil meletakkan tubuh mungil itu di atas ranjang, yang mana sejak ada Gendis, dia tidak pernah menidurinya. Bram memang memilih tidur di sofa yang ada di depan tv sebelum dia khilaf.

Saat akan meninggalkan Gendis, gerakan Bram terhenti. Dengan masih tertidur, Gendis menahan lengan Bram untuk menjadi bantalan.

Bram yang tidak tega untuk menarik tangannya pun mulai merebahkan diri di tempat tidur yang sudah dirindukan tubuhnya. Sangat nyaman, hingga tak selang beberapa menit dirinya menyusul Gendis yang sudah pulas.

"Hik... hik... hik... " suara isakan terdengar samar-samar hingga membangunkan lelaki yang merasa baru saja memejamkan mata.

Bram terdiam sejenak mengumpulkan seluruh kesadarannya. Gendis memang menangis, tapi dia tidak tahu penyebabnya. Semalam, bukankan Gendis sendiri yang menahan lengannya untuk tidak menjauh.

"Ndis, kenapa? Kamu sendiri yang menahan Mas Bram untuk tetap di sini." ujar Bram sambil melihat jam yang menggantung di dinding kamar.

"Hik.. hik.. hik.. " isakan itu terdengar lebih kencang.

"Ndis, kamu kenapa? Cerita ke Mas." tanya Bram sambil membalikkan tubuh Gendis dengan lengannya yang sudah terasa kesemutan.

"Kenapa?" tanya Bram dengan penasaran. Masih pagi -pagi buta, Gendis tiba-tiba sudah menangis sesenggukan.

"Kamu mimpi buruk?" selidik Bram tapi dijawab gelengan kepala dan isak tangis.

"Ayo cerita ke Mas!" desak Bram yang tidak tahu lagi cara menenangkan istrinya.

"Biasanya aku bangun agak siang. Semua udah ada Mama. Sekarang tidak lagi Hik... hik... hik... " jelas Gendis tersamar dengan isakannya.

"Hemmm... terus...?" sambut Bram.

"Setelah keluar kamar..."suara gendis tergagap.

"Sudah ada teh hangat dan makanan. Aku tidak perlu memasak, tidak usah mencuci. hik... hik... hik..."

"Hemmm.... dan... " sela Bram.

"Sekarang harus masak, bikin sarapan, nyiapain baju Mas Bram...."

"Harus bangun pagi hik... hik... hik..." Gendis curhat sambil sesenggukan.

"Aku masih ngantuk, aku masih lelah, aku juga jenuh hik hik hik... " lanjut Gendis membuat Bram tersenyum dia bisa mengerti proses yang dilalui Gendis saat ini.

Lengan kekar itu menarik tubuh mungil itu untuk mendekat, mendekapnya seolah ingin memberikan rasa nyaman tanpa harus mengatakan apapun.

Beberapa saat kemudian isak tangis Gendis mereda, hingga lelaki yang merasakan jantungnya berdebar itu meregangkan pelukannya, memberi jarak hanya untuk menatap mata indah yang sudah basah itu.

"Hari ini kita liburan yuk! " ajak Bram membuat balik menatap mata Bram.

"Iya, kita naik jetsky biar seru." Bram kembali meyakinkan Gendis, membuat gadis itu semakin menatapnya lekat.

"Nggak mau ya?" goda Bram.

"Mau... " lirih Bram kemudian tersenyum.

"Ayo bangun kita Salat Subuh terus persiapan." lanjut Bram membuat Gendis langsung beranjak dan duduk untuk segera memulai liburan hari ini.

Bram tersenyum, dia tahu mungkin istrinya hanya merasa jenuh bukan lelah. Kenyataannya saat diajak liburan dengan kegiatan yang melelahkan pun Gendis terlihat sangat bersemangat.

1
Asrian Efendi Pohan
huh.. kaburrrr
Asrian Efendi Pohan
Hhhhh, pegal hatiku baca novel ini 😩
Oyah Karlinaa
bagus suka suka pokonya😘💪
gah ara
😢😢😢😢😢😢😢😢😢😭😭😭😢
gah ara
suka....part ini...kena mental kamu bram
gah ara
gendis ih.... aama kek aku..ketika tdk punya orang tua
gah ara
😢😢😢😢
Fitri Ummu Arsyaqila
Luar biasa
Bonot Nort
mntap
Dian Dara Yanti
❤🩷❤
Jetva
ini knapa si Bram nyaman terus ama si Seruni...ga sadar" dia...
Jetva
lebih hormat teman dr pd istri...
reti
terima kasih kak uda bikin cerita bagus 🙏🙏🙏
Rosmiati 52
Luar biasa
Rosmiati 52
ceritanya menarik...lanjut thor
Hana Roichati
Seruni peelaakor, kucing dikasih ikan ya langsung haapp
Azzam Azzam
bukan cinta semu yang membawaku kesini
Rita Susanti
cerita yg bagus kak semangat terus kak ditunggu cerita yg lainnya
Hana Roichati
😭😭😭 teganya kau bram, pshal gendis sudah mulai menyesuaikan kedewasaannya
Hana Roichati
Bram harus terus terang sama seruni klu sdh nikah biar tidak berlanjut terus selingkuhnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!