Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 6
Sementara itu di Ruang kerja, Rosa duduk dengan lemas, rasanya beban berat semakin terasa di pundaknya, dan Jeny yang melihat hal itu segera menemani.
"Ngapain?" tanya Jeny, yang masih mengunyah makanan di mulutnya, gak peduli Rosa yang masih belum memasukkan apapun di perutnya siang ini.
"Pusing gue, gak semangat kerja" ucap Rosa dengan wajah tanpa pancaran sinar kehidupan.
"Lapar kali, sudah makan?"
"Kenyang" jawab Rosa malas dan menyandarkan punggungnya.
"Makan lah Ros, asam lambung nanti lo"
Rosa hanya menghela nafasnya, gimana mau makan kalau perutnya saja sudah terasa penuh sesak, seperti habis makan kambing seguling-gulingnya.
"Gak nafsu Jen"
"Masak sih, coba cari cogan yang telan-jang depan lo, masih bilang gak nafsu?"
"Jendol!" teriak Rosa kesal juga lama-lama.
Ngakak akhirnya, sementara Rosa sudah memindai kelakuan Jeny dengan sorot mata yang tajam, berharap ikut merasakan luka dan kebingungannya, tapi hasilnya_Nol.
Di tengah hiruk pikuk kelakuan dua wanita yang absurt itu, datang satu lagi wanita dengan gaya santai melangkah cepat dan sedikit berlari ke arahnya.
"Aku datang!" teriaknya.
Brug!
"Aduh Kamfred, sembarangan saja nabrak orang, lecet-lecet ni!" teriak Jeny.
"Ish lebay, ini oleh-olehnya, ini kan yang Lo tunggu"
"Asik, makasih ya Freya sayang" langsung bener tuh manggilnya.
Sementara Rosa hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah laku Jeny yang kegirangan seperti anak kecil yang dapat permen se pabrik-pabriknya.
"Kok kesini, bukannya lo cuti?" tanya Rosa heran melihat sahabat satunya lagi datang dengan pakaian santai dan wajahnya yang tersenyum indah.
"Hem, penasaran gue, gak betah gak ketemu kalian berdua, apalagi baca cuap-cuap di Group Whatsap, gimana-gimana?, loe dapat promosi Ros, selamat ya?!" heboh bener Freya tanpa tau kalau sahabatnya itu lagi kena mental.
"Dia lagi gak nafsu" sahut Jeny yang lagi asih buka bingkisan dari hasil malak Freya jauh hari sebelum berangkat cuti liburan.
"Masa sih?, kenapa emang?" tanya Freya heran.
"Lo bisa bayangin gak Frey, besok gue udah harus nge gantiin tugas Bu Yulia"
"Kan bagus dong, naik pasti gaji Lo!"
"Ck, naik sih iya, mati juga!" sahut Rosa dengan wajah serius dan putus asa.
Freya langsung tertawa, bersahutan dengan Jeny, sementara Rosa hanya mendelik tak percaya, dua sahabat laknat nya benar-benar tak berperasaan.
"Sudah, memang Tuan Demitri se menyeramkan itu ya, bukannya dia tuh sosok sempurna di mata semua wanita, ya memang kalau dalam kerja seperti Sniper"
"Dan gue sasarannya" sahut Rosa dengan wajah malasnya.
Ngakak, Jeny sampai memegang perutnya, begitu juga dengan Freya, namun aktivitas menyenangkan itu seketika berubah saat terlihat Duo R berjalan mendekat.
"Ehem, sorry, ganggu ni?" sapa Radit yang memasang senyum untuk korbannya yang tak lain adalah Rosa.
"Masih jam istirahat pak" Rosa menjawab singkat tanpa menoleh, sepertinya api dendamnya masih belum padam karena permohonan bantuan di tolak.
"Ini darurat Ros, jadi sekali lagi maaf, karena kita harus merepotkan mu"
Seketika Rosa melihat kearah Radit dan Romi bergantian, ada kecurigaan yang tak mengenakkan, sementara Freya segera menepi dan berlari pergi untuk segera pulang karena sungkan.
"Ada apa pak?" tanya Rosa pelan dan penuh penekanan.
Radit menyodorkan se gebok arsip yang dari tadi berada di tangannya, jelas Rosa mendelik seketika, apa-apaan ini, dua jam lagi sudah pulang bukan?, apa duo dedemit di depannya ini lupa?, batin Rosa.
"Sebenarnya itu tanggung jawab Yulia, tapi kamu tau kan bagaimana keadaanya, tega?" ucap Romi mendramatisasi hingga Rosa tak bisa lagi untuk melayangkan gugatan.
"Tapi pak, sebanyak ini?" tanya Rosa yang masih tercengang melihat tumpukan berkas yang sudah beralih cepat ke mejanya.
"Yap, dan harus selesai hari ini juga, Tuan Demitri sabar menunggu sampai malam nanti"
Sabar?, harus di selesaikan malam ini juga di bilang sabar?, dasar Bos edyan!, teriak Rosa dalam hati, namun apalah daya nasib seorang pegawai, ya harus nurut tanpa bisa banyak nuntut.
Hanya bisa mendesah perlahan, tak bertanya lagi atau pun berucap, rasanya Rosa sudah di ambang kepasrahan tingkat tinggi, hingga Jeny segera mengambil alih situasi.
"Baik pak Romi, pak Radit, akan kami selesaikan" ucap Jeny yang hanya mendapat lirikan saja dari Rosa.
"Okey, kalau begitu kami kembali, dan jangan lupa, malam ini ya?, jangan sampai ada kata lain lagi"
"Siap pak" Kembali Jeny yang menjawabnya, sedangkan Rosa sudah berada di depan laptopnya, tangannya sudah siap bekerja dengan paksa, Dasar Romusa!
Jeny tak berani bertanya, ataupun sekedar menggoda, sepertinya mood sahabat seper kereannya sedang dalam mode ingin memborbardir gedung tempat kerjanya.
Dan pada akhirnya mereka berdua bekerja dengan cukup serius, Rosa melihat kembali semua isi surat perjanjian dan kontrak, memang banyak sekali typo yang ada, hanya mendesah memaklumi jika nyatanya Yulia memang dalam keadaan sakit saat mengerjakannya.
Sampai di jam tujuh malam, Jika Rosa memang tipe wanita pekerja keras yang terbiasa dengan jam lembur karena perintah bu yulia, berbeda dengan Jeny yang sudah menguap lebih dari sepuluh kali.
"Udah Lo pulang aja dulu, biar aku yang selesai kan Jen, itu mulut Lo keseringan nguap bisa kayak kudanil"
"Asem, gak selebar itu juga mulut gue kali Ros, robek itu namanya"
Kali ini Rosa tertawa, sudah capek dari tdi diam-diaman aja, tambah gak waras nanti otaknya.
"Yaudah deh, gua gak kuat lagi Ros, pulang duluan ya?, Lo gak papa?" Jeny jelas mengkhawatirkan nya, dengan wajah memelas, berharap Rosa menjawab sesuai yang dinginkan, dan alhasil_
"Udah pulang sono, ini tinggal dikit juga palingan satu dua jam udah kelar, gak usah khawatir" ucap Rosa meyakinkan sahabatnya,.seketika ada senyuman yang merekah, seperti bunga mawar di pagi hari yang tersiram air satu kendi.
"Berani kan Lo?" tanya Jeny lagi, yang sebenarnya sih gak tega, tapi dirinya juga tak kuasa memaksakan diri karena tenaganya sudah habis sama sekali, di tambah matanya yang sedari tadi protes minta untuk merem.
"Apaan sih, berani lah, disini terang gini, masak iya harus takut"
"Bukan pada manusia, tapi yang lainnya Ros" Dasar teman laknat ya, udah mau pulang duluan masih juga ngomong sembarangan, bisa-bisa demit yang ada disekitarnya tersinggung, di tuduh yang bukan-bukan padahal dia gak pernah ganggu Rosa.
"Diem!, setan ogah ketemu gue yang malang ini, takut ketularan nasib kayak gua, udah deh ah, pulang sana!" usir Rosa dari pada harus mendengar celoteh yang bisa membuyarkan mood nya.
Jeny terkikik sebelum akhirnya meninggalkan tempatnya, badan dan matanya sudah tak kuat menanggung lelah.
Jangan lupa like vote komen dan tonton iklannya.
Bersambung.
kenapa gak diambil tuh pakaian mehong , mendampingi si Dedemit butuh penampilan yang wow...
Apa kata Dedemit tadi? pakaian mantan tunangannya? wah wah wah... Dedemit kagum sama penampilan rosa atau ingat sang mantan...
Lanjuut thoorrr 😍😍
kenapa gak diambil tuh pakaian mehong , mendampingi si Dedemit butuh penampilan yang wow...
Apa kata Dedemit tadi? pakaian mantan tunangannya? wah wah wah... Dedemit kagum sama penampilan rosa atau ingat sang mantan...
Lanjuut thoorrr 😍😍
🤦🤦🤦