Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
"Aku kecewa karena suamiku sendiri berniat menjandakan aku demi membahagiakan wanita lain."
Pelangi Faranisa, seorang gadis taat agama yang dijodohkan dengan pria brutal. Di malam resepsi pernikahan, ia dipermalukan oleh suaminya sendiri yang pergi tanpa permisi dan lebih memilih mabuk-mabukan.
Pemberontak, pembangkang, pembuat onar dan pemabuk berat. Itulah gambaran sosok Awan Wisnu Dewanto.
"Kamu tidak usah terlalu percaya diri! Aku tidak akan pernah tertarik denganmu, meskipun kamu tidak memakai apa-apa di hadapanku!" ~ Awan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Sudah Berubah!
“Awan, tunggu!”
Priska berlari kecil mengikuti langkah kaki Awan yang cepat. Selepas rapat, Awan meninggalkan ruangan tanpa memerdulikan keberadaan Priska.
Mereka berhenti di depan sebuah ruangan berpintu kaca setelah Priska berhasil menarik lengan kanannya.
“Ada apa lagi, Pris? Aku ada banyak pekerjaan sekarang!”
Untuk pertama kalinya luntur kepercayaan diri Priska. Tak pernah sebelumnya Awan menolaknya seperti ini. Dulu, jangankan hanya untuk sebuah pekerjaan. Awan bahkan pernah rela meninggalkan rumah dan segala fasilitas mewah dari keluarganya saat hubungannya dengan Priska ditentang sang ayah. Namun, kini semuanya berbeda.
Apakah kehadiran Pelangi benar-benar membawa pengaruh besar dalam kehidupan mantan kekasihnya itu?
“Kamu benar-benar sudah berubah! Bahkan kamu tidak punya waktu untuk aku.”
Awan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Lima menit!”
Rahang Priska terbuka lebar mendengar jawaban itu. “What? Lima menit?”
Hal apa yang bisa dibicarakan dengan waktu singkat yang disediakan Awan untuknya. Priska benar-benar dibuat ternganga dengan sikap Awan.
“Tiga menit!” Akal sehat priska langsung kembali setelah Awan menyebutkan sisa waktu yang dimilikinya. Wanita itu gelagapan dan bola mata yang memutar. Waktu singkat yang diberikan Awan memaksanya berpikir cepat.
“Aku butuh status yang jelas! Aku mau kamu memilih antara aku atau istri kamu!” Akhirnya kalimat itu terucap, disusul oleh hela napas kasar dari Awan.
“Hanya itu?” Sebuah pertanyaan balasan yang membuat Priska kehilangan kata-kata.
"Maksud kamu apa, Awan?"
"Kamu menyusul aku cuma untuk bilang itu?"
Priska masih terheran menatapnya. "Iya. Aku memang butuh status yang jelas untuk hubungan kita. Kamu yang minta aku menunggu."
Awan mendengus kasar.
"Pris, aku memang pernah bilang belum bisa melupakan kamu. Tapi aku tidak pernah menjanjikan apapun kepada kamu, apalagi untuk menceraikan Pelangi."
Napas Priska menjadi lebih cepat. Tidak terima dengan apa yang terucap dari mulut Awan.
"Tapi Awan, kamu memang tidak mencintai dia, kan? Kamu tenang saja, aku sudah bicara dengan ibu kamu. Dia juga tidak suka sama Pelangi. Ibu kamu bilang akan membantu kita untuk bicara langsung dengan dia dan memintanya meninggalkan kamu. Dan kita bisa bersama kembali.”
Bola mata Awan seketika melebar mendengar ucapan Priska. Kini ia mengerti semuanya, tentang alasan yang membuat Pelangi bersedih.
"Maksud kamu, ibuku sudah mendatangi Pelangi dan memintanya meninggalkan aku?"
"Iya," jawab Priska dengan yakin. "Kamu lihat, kan? Ibu aja setuju dengan hubungan kita."
Rasanya Awan tak dapat mempercayai pendengarannya sendiri. "Kamu sudah gila, Pris!"
Priska terkejut. "Apa, kamu bilang aku sudah gila? Awan, aku hanya mempertahankan milikku!"
“Milikmu?" Awan menghembuskan napas kasar. Bicara dengan Priska sama saja dengan membuang waktu. Wanita itu sangat keras kepala sejak dulu. "Maaf, aku benar-benar sibuk. Kita bisa bicara lain kali. Waktu lima menitmu sudah habis.” Awan langsung masuk ke ruangannya meninggalkan Priska dan mengunci pintu dari dalam.
Membuat Priska membeku di sana. "Secepat inikah Awan berubah? Aku harus melakukan sesuatu."
_
Sementara Awan menjatuhkan tubuhnya di kursi dengan pikiran yang terus tertuju kepada Pelangi. Ia menghela napas panjang.
"Ibu pasti bicara yang kasar terhadap Pelangi sampai menangis dan meminta izin pulang ke rumah orang tuanya."
Awan melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjuk angka dua belas. Awan pun mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menghubungi sebuah nomor.
Ia menunggu beberapa saat hingga panggilan terhubung.
"Assalamu'alaikum, Ayah!"
Senyap! Sepertinya Ayah Fery terkejut karena mendengar ucapan salam dari putranya untuk pertama kali. Biasanya Awan tak pernah memberi salam.
"Wa'alaikumsalam, Awan."
"Ayah dimana sekarang?"
"Ayah masih di rumah, tadi ada tamu penting. Sekarang baru mau ke kantor. Kamu kenapa, Wan?"
"Aku mau bicara hal penting. Aku akan ke rumah sekarang. Kebetulan sudah jam istirahat"
Ayah Fery tampak terkejut. Sebab tak biasanya Awan ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya.
"Baiklah, ayah tunggu di rumah."
Panggilan terputus. Awan segera bangkit dan keluar dari ruangannya.
..........
Ayah Fery masih duduk di ruangannya dengan sebuah laptop di meja ketika Bik Minah masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa.
"Ada apa, Bik Minah?"
"Itu, Pak. Den Awan datang. Dia ngamuk cari ibu!" sahut wanita itu dengan wajah panik.
"Awan ngamuk? Memang ada masalah apa?"
..........