Alfa adalah anak miskin yang sering di bully oleh teman SMA-nya. Bukan inginnya menjadi anak miskin, tapi takdir yang menentukannya. Sang ayah duluan di jemput oleh sang Maha Kuasa, dan saat ini Ibunya sakit parah. Ia bingung mencari uang di mana untuk pengobatan ibunya. Sebelum ia mendapatkan uang, ibunya meninggal dunia. Saat pemakaman ibunya, ia mendapat Sebuah sistem Keberkahan di makam ibunya. Dan tentu saja Sistem mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Yang penasaran dengan kisahnya yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
627
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
...Happy Reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
"Sepertinya dia tidak di rumah, apa yang kita lakukan?" tanya Abang Morgan kepada Morgan, sambil memandang sekeliling rumah Alfa yang sederhana. Morgan memandang rumah Alfa dengan mata yang marah, ia masih kesal karena Alfa telah menamparnya sebelumnya.
"Robohkan saja rumahnya! Dia berani menampar ku! Aku tidak akan buat dia hidup dengan tenang!" ucap Morgan kesal, sambil mengepalkan tinjunya. Abang Morgan memandang Morgan dengan mata yang was-was, ia tidak ingin Morgan melakukan sesuatu yang berlebihan.
"Janganlah, nanti dia mau tinggal di mana," ucap teman Abang Morgan itu, sambil mencoba menenangkan Morgan.
"Kita tidak bisa seenaknya merusak rumah orang lain, itu tidak adil." ucap yang lain.
Morgan memandang mereka dengan mata yang masih marah. "Aku tidak peduli! Dia sudah membuat aku malu, merendahkan ku! Aku tidak akan membiarkannya! Lagian rumah dia sudah reot, mana ada orang tinggal di sini," ucap Morgan menendang tiang penahan genteng dengan keras.
Dan tiba-tiba kayu itu patah dan rumah itu roboh ke bawah, mereka tak sempat melarikan diri. Genteng dan kayu-kayu runtuh menimpa mereka, menimbulkan suara keras dan debu yang mengepul. Morgan dan teman-temannya terkejut dan berusaha melindungi diri mereka dari reruntuhan.
Abang Morgan berteriak, "Morgan, apa yang telah kamu lakukan?! Kita harus keluar dari sini!" Morgan berusaha bergerak, tapi kakinya terjepit di bawah reruntuhan. Ia berteriak kesakitan dan mencoba melepaskan diri.
"Bang! Kaki ku terjepit!" teriak Morgan dengan suara yang penuh kesakitan. Abang Morgan yang juga terjepit di bawah reruntuhan memandang Morgan dengan mata yang kesal.
"Kamu sih! Ngapain juga pakai acara tendang rumah ini segala! Akhirnya kita yang terluka!" omel Abang Morgan kesakitan dan kesal, sambil mencoba melepaskan diri dari reruntuhan. Morgan mencoba menarik kakinya yang terjepit, tapi tidak berhasil.
"Kurang ajar! Alfa ini, Dia sudah menampar ku tadi, sekarang rumah dia pun menyusahkan ku!" omel Morgan dengan nada yang masih marah, sambil terus mencoba melepaskan diri. Abang Morgan memandang Morgan dengan mata yang tidak sabar.
"Dasar kamu! Karena kamu semua ini kita jadi seperti ini! Sekarang kita harus keluar dari sini dulu!" kata Abang Morgan dengan nada yang tegas. Morgan terus berusaha melepaskan diri, tapi kakinya masih terjepit.
Mereka berusaha keluar dari reruntuhan itu, perlahan-lahan merangkak di antara reruntuhan itu, kaki dan tangan mereka luka-luka karena tanpa pelindung. Debu dan kayu-kayu yang tajam membuat mereka semakin kesakitan. Setelah beberapa saat, mereka pun akhirnya keluar dari reruntuhan itu sambil terduduk di tanah setelah berjuang untuk keluar.
"Aduh, sakit banget," ucap salah satu teman Abang Morgan yang terluka karena paku di lengannya, darah mengalir cukup banyak. Ia memegang lengannya yang terluka dengan wajah yang pucat. Abang Morgan memandang temannya dengan mata yang khawatir.
"Kita harus segera membersihkan luka ini, sebelum infeksi," kata Abang Morgan dengan nada yang serius. Morgan yang masih kesakitan karena kakinya terjepit memandang Abang Morgan dengan mata yang tidak sabar.
"Kita harus cari Alfa dulu, dia yang menyebabkan semua ini," kata Morgan dengan nada yang masih marah. Abang Morgan memandang Morgan dengan mata yang tidak setuju.
"Kita harus prioritaskan luka kita dulu, Morgan. Kita tidak bisa melakukan apa-apa jika kita sendiri terluka parah," kata Abang Morgan dengan nada yang tegas.
Morgan memandang Abang Morgan dengan mata yang masih marah, tapi ia tahu bahwa Abang Morgan benar.
Akhirnya mereka pun naik ke atas motor untuk segera menuju ke rumah sakit. Morgan masih kesakitan karena kakinya terjepit, tapi amarahnya terhadap Alfa tidak pernah reda.
"Tunggu saja kau Alfa, aku akan membuat kau membayar ini 2x lipat!" ucap Morgan belum bisa meredakan amarahnya, sambil memandang ke arah rumah Alfa yang telah roboh.
Abang Morgan memandang Morgan dengan mata yang was-was, ia tidak ingin Morgan melakukan sesuatu yang berlebihan.
"Morgan, kita harus menyembuhkan luka kita dulu," kata Abang Morgan dengan nada yang bijak.
Morgan memandang Abang Morgan dengan mata yang masih marah. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba meredakan amarahnya. "Aku akan membuat Alfa membayar ini, aku tidak akan membiarkannya lolos," kata Morgan dengan nada yang dingin.
Mereka pun berangkat ke rumah sakit, meninggalkan rumah Alfa yang telah roboh di belakang mereka.
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
baru jumpa untuk 2x
tidak apa la athor punya cerita
semangat