Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
“Kalau tau itu yang terjadi, seharusnya kamu tidak lakukan itu. Karena Raksa sedang tidak stabil. Selain permasalahan yang dia miliki, Raksa mempunyai kontrol emosi yang kurang baik. Diamnya Raksa selama ini hanya menutupi rasa obsesinya,” jelas Bima.
Larisa menutup mulutnya tak percaya. Ia tidak menyangka jika Raksa yang diceritakan Anin, sangat berbeda dengan versi Bima. Bahkan lebih mengerikan versi Bima jika Raksa benar melakukan hal itu.
“Sekarang bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Jika yang kamu katakan benar, aku takut jika Raksa akan nekat.” Larisa menjadi khawatir sekarang. Bagaimana tidak, ia pikir Raksa adalah orang yang santai, tidak memiliki sifat obsesi.
Jika ia tau dari awal, ia pasti akan melerai Raksa dan Anin. “Semoga mereka bisa mengatasinya, meskipun Raksa terkesan obsesi, aku yakin dia tidak akan melukai Anin. Dia sangat mencintainya, dan memilih menjauh dari Anin demi kebaikannya, meskipun kita tau jika situasi saat ini sudah berbeda. Penyakit yang dialami Raksa belum tentu benar. Dan setelah itu—”
“Apa? Apa yang akan pak Raksa lakukan?” Larisa menjadi sangat khawatir setelah Bima menggantungkan ucapannya.
“Setelah ini Raksa pasti akan berjuang untuk dapatkan Anin kembali. Dia memang obsesi, tapi dia sangat mencintai Anin. Raksa bisa melakukan apa saja untuk Anin, bahkan melindunginya.”
“Aku harap seperti itu.” Larisa memeluk Bima. “Sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita susul mereka?”
“Sebenarnya aku ingin, hanya saja biarkan mereka yang selesaikan masalah mereka sendiri. Jika memang diperlukan kita akan ambil tindakan.” Larisa mengangguk paham.
Beberapa menit yang lalu...
Raksa mencoba mengajak bicara Anin, tapi Anin sama sekali tidak merespon. Dan hal itu terjadi sampai sebelum kedatangan Larisa dan Bima.
Anin sudah cukup muak karena Raksa terus berbicara. Ia sangat kesal, karena Raksa plin plan dengan ucapannya sendiri. Sebelumnya Raksa akan menunggu dirinya, tapi yang dilakukan justru sebaliknya.
Raksa terus saja mengatakan maaf dan ingin bicara dengan Anin. Selain itu, Anin juga sudah mengatakan jika hari ini ia tidak bisa. Anin juga memberitahu Raksa, jika dia ada waktu dan siap untuk bicara, ia sendiri yang akan memberitahu Raksa.
Anin yang terlalu kesal memilih untuk beranjak untuk menyimpan beberapa laporan yang baru saja ia kerjakan, di lemari dekat ranjang.
Namun, saat akan berbalik Raksa berada di belakangnya langsung mendorong Anin jatuh ke atas ranjang.
“Raksa!!” pekik Anin.
“Aku sudah cukup sabar, tidak bisakah kita bicara? Jika harus menunggu kamu ada waktu, entah kapan kamu akan meluangkan waktu. Mungkin saja kamu akan terus menghindariku,” ucap raksa yang menahan tangan Anin.
Anin berusaha menarik tangannya dari cengkraman Raksa.
“Menyingkir!! Lepaskan aku! Jika kamu seperti ini, aku tidak akan mau bicara dengan kamu!” ancamnya.
“Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, dan aku akan melakukan apa yang aku anggap benar. Selama ini aku menjauhimu karena aku pikir penyakitku sangat berbahaya. Jika tidak, aku tidak akan pernah melakukan semua itu. Aku mencintaimu, dan akan selalu seperti itu!” tegasnya.
“Aku tidak peduli! Lepaskan aku!” Anin terus memberontak agar Raksa melepaskannya.
Raksa seolah menulikan pendengarannya. Ia mendekatkan wajahnya bersiap untuk mencium Anin.
Bersamaan dengan itu pintu ruangan Anin terbuka, mereka berdua melihat Larisa dan Bima. Melihat posisi mereka, Larisa berbalik dan menutup mata bima.
Anin pergi kesuatu tempat yang bahkan Larisa sendiri tidak tau. Karena ia baru saja menemukan tempat ini di rumah sakit tempatnya bekerja saat ini.
Sekarang, Anin sedang duduk di balik pohon besar dan juga rindang. Tempatnya jauh dari kata ramai, hanya ada beberapa orang yang lewat. Itupun hanya perawat, karena tempatnya jauh dari jangkauan pasien dan juga keluarga pasien yang datang untuk menjenguk.
Anin mengusap air matanya, lalu pandangannya beralih dengan dua laporan yang ia pegang. “Lupakan yang membuatmu kesal, Anin. Sekarang fokus untuk pekerjaanmu, selain suamimu, dia juga pasienmu,” ucap Anin pada dirinya sendiri.
Anin membuka laporan hasil laboratorium milik Anin. Sejujurnya Anin membutuhkan Bima saat ini untuk membantunya memahami semua laporannya.
“Meskipun aku paham, tapi aku tidak yakin dengan pengetahuanku. Aku hanya mempelajarinya sekilas. Sepertinya aku harus menemui dokter Bima. Untuk sekarang aku akan melihat hasilnya, apakah Raksa benar mengidap penyakit seperti diagnosa dokter sebelumnya.”
Anin meminta Bima agar Raksa melakukan pemeriksaan menyeluruh, baik organ dalam hingga ke kulitnya. Dan sekarang, hasil pemeriksaan kulit Raksa sudah ada di depannya.
“Hasilnya masih tetap sama, hanya ada beberapa yang beda. Mungkin karena pengaruh asupan yang masuk ke dalam tubuhnya.”
Anin mulai menganalisa laporannya, dan benar saja. Semua hasilnya masih tetap sama, itu artinya Raksa tidak memiliki penyakit yang selama ini ia sembunyikan.
“Itu artinya Raksa memiliki masalah dalam pencernaannya. Dan seperti dugaanku, pencernaannya sensitif sehingga membuat Raksa mengalami ruam dan bintik merah. Itu artinya ada beberapa jenis makanan yang menjadi pantangannya.”
Anin mulai memahami permasalahan yang dialami oleh Raksa. Dan sekarang, ia harus mencari Bima untuk membantunya memeriksa semua laporannya.
“Tapi, bagaimana jika saat ini Raksa bersama dengan Bima?” gumamnya. Anin menggelengkan kepalanya.
“Tidak! Tidak! Aku harus profesional! Untuk masalah Raksa, aku akan menyelesaikannya nanti saat semuanya sudah sangat jelas.”
Anin melihat sekitar, ia masih enggan untuk beranjak. Anin justru menyandarkan kepalanya, memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menerpa dirinya.
Suasana sejuk saat ini membuatnya sedikit lebih tenang. Saat ini, isi kepala Anin sangat berisik memikirkan apa yang harus ia lakukan saat di rumah nanti.
Tidak mungkin jika Anin tidak pulang, apalagi setelah melihat sikap Raksa padanya. Ia sangat yakin jika Raksa bisa melakukan hal yang nekat.
“Tunggu beberapa menit lagi, aku butuh waktu untuk meyakinkan diri. Menghadapi Raksa, sepertinya membutuhkan tenaga yang ekstra.”
Disisi lain, Raksa berlarian kesana kemari mencari sosok istrinya. Raksa sudah menyusuri lorong rumah sakit, tapi tidak melihat keberadaan Anin.
Sampai dimana dua orang berjalan menghampirinya. Wajah Raksa terlihat sangat frustasi, karena tidak menemukan keberadaan Anin.
“Raksa! Kamu disini? Apa jadwalmu dimajukan hari ini?” tanya Ardhan yang datang bersama dengan Meira.
Raksa tidak menjawab pertanyaan Ardhan, ia terus saja melihat sekeliling guna mencari sosok yang paling ia cintai dan lindungi.
Meira menatap bingung Raksa yang begitu khawatir. Ia mengikuti arah pandang Raksa, yang sepertinya sedang mencari seseorang.
“Sepertinya dia sedang mencari seseorang. Lihat saja wajahnya yang terlihat cemas dan khawatir, matanya juga merah,” bisik Meira pada Ardhan.
Ardhan memastikan kondisi Raksa setelah mendengar apa yang dikatakan Meira. Dan benar saja, Raksa begitu khawatir.
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,