Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13.
"Ini Gerakan Kedua!" seru Yao Huang, meningkatkan kecepatan serangannya.
Yao Huang berputar, melancarkan tendangan rendah yang cepat dan kuat, langsung mengincar rusuk Yao Ming.
Tendangan itu membelah udara, membawa serta getaran energi internal yang jauh lebih kental daripada tinju sebelumnya. Ia ingin serangan ini membuat Yao Ming terhuyung-huyung dan menunjukkan bahwa ia hampir mencapai batasnya.
Yao Ming melihat tendangan itu datang. Sesuai rencananya, ia harus menunjukkan perjuangan yang ekstrem.
Ia melakukan manuver menghindar yang sangat cepat, menggunakan teknik melangkah Thunder Fist untuk menarik tubuhnya ke belakang.
Ia nyaris berhasil menghindar sempurna.
Namun, di detik terakhir, ia sengaja memperlambat gerakannya sedikit.
WHUSS!
Tendangan Yao Huang meleset dari target utamanya—rusuk—tetapi ujung sepatu bot Yao Huang yang diperkuat oleh energi internal berhasil menggores keras pipi Yao Ming yang paling dekat.
Rasa panas dan sakit seketika menjalari pipi Yao Ming.
Sebuah garis merah tipis muncul, dan setetes darah segar mulai mengalir turun dari goresan itu.
Yao Ming terhuyung dua langkah ke belakang, lebih karena akting dan keterkejutannya daripada karena kerusakan parah. Ia menekan luka di pipinya dengan tangan, tampak terengah-engah dan kelelahan total.
"Hah... hah..." Yao Ming bernapas dengan berat, menampilkan ekspresi seolah ia baru saja lolos dari kematian.
Melihat adiknya terluka dan kelelahan, senyum kepuasan muncul di wajah Yao Huang.
"Lihat," batin Yao Huang meremehkan. "Gerakan pertama hanya kebetulan. Gerakan kedua sudah membuatnya terluka. Kekuatannya telah mencapai batas."
Rasa ketegangan yang tadi sempat muncul di benak Yao Huang kini mereda, digantikan oleh arogansi. Hiburan ini berhasil.
"Sudah cukup, Saudara Ketiga," kata Yao Huang, nadanya kini lebih lembut, terdengar seperti seorang kakak yang memberi pelajaran. "Kau tidak perlu melanjutkan. Kau sudah membuktikan bahwa kau telah bangun, tapi itu saja."
Yao Ming menggelengkan kepala, aktingnya semakin meyakinkan. "Tidak, Saudara Sulung. Saya sudah berjanji tiga gerakan. Saya... saya akan menyelesaikan perjanjian kita!"
Melihat tekad bodoh itu, Yao Huang mengangkat bahu, menganggapnya sebagai tindakan putus asa seorang pecundang. Ia kini benar-benar yakin bahwa serangan ketiga akan menjadi pukulan telak yang mengakhiri drama ini.
"Baiklah. Jika itu keinginanmu," kata Yao Huang, auranya menguat. "Ini adalah Gerakan Terakhir, Saudara Ketiga. Dan ini akan jauh lebih kuat!"
Yao Ming mengambil posisi, matanya menatap tajam ke arah Yao Huang, siap menyambut pukulan yang sudah ia rencanakan untuk diterima.
Gerakan terakhir!" seru Yao Huang. Ia tidak ingin membuang waktu.
Meskipun ia yakin Yao Ming telah mencapai batas, Yao Huang sedikit meningkatkan kekuatan serangannya dari Gerakan Pertama. Ia menyalurkan Seni Internal yang lebih padat ke tinjunya, membentuk aura tinju berwarna kebiruan yang bergerak cepat, mengincar dada Yao Ming.
Tinju ini cepat, berat, dan ditujukan untuk menjatuhkan Yao Ming secara definitif, mengakhiri pertunjukan ini dengan jelas.
Yao Ming melihat tinju itu datang—tinju yang mampu merusak organ dalam praktisi level menengah. Di matanya, pukulan ini bergerak lambat. Ini adalah bahaya besar, tetapi juga kunci utamanya.
Yao Ming mengumpulkan seluruh sisa kekuatannya, bukan untuk bertahan, melainkan untuk mengatur tubuhnya agar tetap sadar dan menahan kerusakan vital.
Ia berpura-pura mencoba memblokir dengan lengan kirinya, tetapi di detik kritis, ia sengaja 'terlambat' sepersekian detik, membiarkan tinju Yao Huang menembus celah pertahanannya dan menghantam langsung rusuk kirinya.
DUARR!
Suara ledakan energi internal bergema di arena latihan. Benturan itu begitu keras hingga udara di sekitar mereka bergetar.
Seluruh tubuh Yao Ming terpental ke belakang, terlempar tiga meter sebelum punggungnya menghantam tanah dengan keras.
Wajahnya seketika memucat, dan dari sudut bibirnya, mengalir setetes darah.