Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jin Rang
"Jin Rang," kata pemuda itu singkat, memperkenalkan dirinya.
"Apa?" tanya Chen Lin, tidak mengerti.
"Namaku Jin Rang," ulangnya.
"Oh," jawab Chen Lin, nyaris tanpa peduli. Jin Rang hanya menggelengkan kepalanya melihat respon datar yang ia dapatkan setelah susah payah memasak makanan terenak yang pernah Chen Lin makan.
Dua jam kemudian, setelah Chen Lin menyelesaikan sarapan ala restoran yang disiapkan Jin Rang, mereka semua menaiki Bus tua.
Jin Rang hanya terkejut melihat tampilan luar Bus yang bobrok, tetapi tidak meremehkannya. Dari hasil pengawasannya, semua perbekalan Chen Lin yang menggunung ditaruh di dalam Bus.
Logika mengatakan Bus sebesar itu tidak mungkin menampung perbekalan yang seperti bukit kecil; pasti ada ruang tersembunyi.
Namun, ketika ia naik dan melihat interiornya, ia terkejut lagi. Ia kira akan disambut puluhan kursi yang mengelupas dan rusak, tetapi yang ada adalah kamar minimalis yang sangat nyaman.
Walaupun tidak bisa disebut mewah ala hotel bintang lima, desainnya yang rapi dan nyaman sangat cocok untuk berkendara berhari-hari.
Karena kini ia sudah punya supir baru, Chen Lin bisa menonton sambil rebahan di sofa.
Untungnya, selama dua bulan terakhir, ia telah mendownload ratusan film, drama, dan bahkan puluhan novel kiamat untuk menambah referensi nantinya.
Keahlian mengemudi Jin Rang sungguh bagus. Perjalanannya terasa mulus, tidak ada goncangan berarti meskipun jalanan penuh lubang. Kalau Chen Lin yang menyetir, ia pasti akan malas menghindarinya, dan memilih untuk
terobos saja, toh Busnya kuat.
Tak lama kemudian, mereka tiba di pinggir kota, tepat di depan sebuah gudang yang sangat besar.
Ketika pintu gudang dibuka, Chen Lin, Chen Wei, dan bahkan Wen Tao -- yang sudah melihat isi ruang Chen Lin sendiri, terkejut.
Isi gudang itu sungguh luar biasa—perbekalan Jin Rang bagaikan bukit kecil! Jumlahnya jauh lebih banyak daripada persediaan Chen Lin dan Wen Tao jika digabungkan.
Namun, kegembiraan Chen Lin segera berganti rasa takut. Ia membayangkan dirinya harus turun naik membawa semua barang ini. Rasa lelahnya dari belanja kemarin langsung menghantam. Ia segera naik kembali ke Bus.
"Aduh aku sedikit pusing," kata Chen Lin dari dalam Bus, menampakkan kepalanya yang terlihat lucu dari jendela.
"Jadi, aku akan berbaring dulu. Semangat buat kalian!" Ia tak lupa melayangkan pose tinju semangat palsu pada mereka.
Chen Wei ingin mengikuti kakaknya, tetapi selama ini ia diajarkan untuk saling menolong, membuatnya bimbang di depan tumpukan barang.
Jin Rang, melihat kebimbangan si kecil, berkata dengan tenang, "Pergi temani kakakmu. Aku bisa mengatasinya dengan Wen Tao."
Chen Wei menatap mereka dengan perasaan tertekan, tetapi menyadari bahwa kaki dan tangan kecilnya tidak akan bisa banyak membantu. Dengan senang hati, ia melompat naik ke Bus dan memeluk kakaknya.
Jin Rang berkedut. Sungguh Kakak dan adik yang sempurna, mereka memiliki kebijakan yang sama!
"Apa hubungannya denganku! Kenapa aku harus membantumu? Itu barangmu, bukan barangku!" protes Wen Tao dengan marah, tangannya bertolak pinggang. Ia menatap Jin Rang dengan kesal.
Jin Rang tidak terprovokasi. Ia hanya menatap Wen Tao dengan tenang dan berkata, "Seminggu yang lalu, tidakkah kamu ingat kamu mabuk, menabrak sebuah mobil, dan kabur?"
Wen Tao terdiam sejenak, memproses informasi itu, lalu matanya melebar tak percaya. "Itu kamu?!" katanya terbata-bata.
"Apa kau mengancamku dengan itu?" geramnya.
Jin Rang tersenyum tipis, tapi senyumnya terasa dingin dan mematikan. "Pertama, kamu mabuk, padahal kamu masih di bawah umur. Kedua, mobilku penyok karena kamu. Kamu tahu itu adalah Bugatti Chiron, dan biaya perbaikan kerusakannya bisa mencapai $50.000? Ketiga, kamu kabur. Sekarang, bagaimana jika jariku salah pencet dan malah menghubungi Ayahmu, atau kantor polisi?"
Wen Tao terdiam membisu, wajahnya pucat pasi. Ia menyadari ia terjebak total.
"Aku akan membantumu," katanya cepat, mengangkat tangan menyerah. "Tidak perlu menelpon siapa pun."
Polisi dan Ayahnya sama-sama menakutkan!
Pukul 23.30.
Setelah memindahkan semua perbekalan bagaikan bukit dari gudang ke ruang ajaib Bus, Wen Tao merasa tangan dan kakinya sudah tidak pada tempatnya. Ia hanya ingin terbaring kaku.
Namun, ketika ia melihat Jin Rang—setelah membawa karung terakhir—bukannya istirahat, pemuda itu malah lanjut ke dapur mini, memasak.
Wen Tao melebarkan matanya tak percaya. Apakah dia bukan manusia? Dari mana dia mendapatkan stamina untuk memasak setelah kerja rodi? Tapi itu bukan urusannya, Wen Tao hanya ingin rebahan.
Chen Lin juga menatap Jin Rang dengan kagum. Stamina dan kekuatannya bagus. Ia sangat iri, tapi tetap nyaman dalam statusnya sebagai ikan asin yang malas bergerak.
"Hanya untuk kali ini," gumam Chen Lin. Ia bukan orang yang tidak punya hati nurani, ehe. Ia turun dari sofa dan membantu Jin Rang, tetapi bantuannya hanya sebatas mencuci sayuran dan memotongnya.
Sisanya ia serahkan sepenuhnya pada Jin Rang, karena ia tahu, masakan Jin Rang sudah pasti jauh lebih enak. Walaupun bumbunya sama, tapi beda tangan, beda pula rasanya.
Setelah semuanya siap, Jin Rang segera membawa hidangan itu ke meja makan lipat. Ia terdiam sejenak ketika melihat pemandangan di depannya: mereka bertiga, dari yang terbesar hingga yang terkecil, memiliki ekspresi yang sama.
Mata berbinar penuh harap, tangan memegang
sendok dan garpu, siap menyergap makanan.
Melihat Jin Rang hanya diam di tempat, Chen Lin berkata dengan tidak sabar dan nada penuh kepemilikan, "Xiao Rang! Untuk apa kamu diam seperti patung? Ayo cepat, kasihan kamu pasti lelah," katanya dengan ekspresi sangat tidak bersalah.
Wen Tao menutup mukanya dengan malu. Ia baru tahu kalo sepupunya punya keunggulan lain selain pemalas: tidak tahu malu! .
Kasihan? Itu bukan karena Chen Lin kasihan pada Jin Rang, tapi karena perutnya sendiri yang terus berbunyi!
Sementara Chen Wei hanya mengangguk patuh, menganggap semua perkataan kakaknya adalah kebenaran mutlak.
Dasar pengikut buta!
Jin Rang menutup wajahnya dengan satu tangan dan terkekeh pelan.
Chen Lin bingung. Kenapa pemuda itu tertawa? Apakah ada yang lucu dari perkataannya? Ia memikirkannya dengan serius, tetapi tidak menemukan kelucuan sama sekali.
Jin Rang belum pernah bertemu makhluk seberani Chen Lin! Kebanyakan wanita yang bertemu dengannya akan malu atau pura-pura malu, tetapi baru kali ini ia menemukan wanita yang bangga karena ia tidak tahu malu! Dan apa tadi? Xiao Rang? (Panggilan untuk yang lebih muda).
Bukankah ia dua tahun lebih tua darinya?!
Namun, ia hanya tertawa dan tidak mengatakan apa-apa. Ia tetap membawa makanannya ke meja dengan patuh.
Chen Lin menatapnya dengan gembira. Akhirnya ia bisa makan juga! Di meja hanya terdengar bunyi sendok dan garpu yang beradu. Walaupun tidak ada yang berbicara, suasananya terasa hangat dan harmonis.
...****************...
Aku belum terbayang mau pake siapa untuk visual mereka. Kalo kalian ada rekomen, boleh komen yaaa
makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍