BroSis adalah novel fiksi remaja yang menceritakan kisah kakak beradik Koa dan Yoa
Novel ini dikemas seperti mini series di tiap bab-nya yang menampilkan konflik ringan dua bersaudara Ko-Yo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MyNamesEel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
K-POP: Kakak adik POPuler
Sesampainya sekolah, Koa langsung sibuk mencari tempat untuk bisa memarkirkan sepeda kesayangannya. Namun karena mereka datang cukup mepet, tempat parkir strategis sudah terisi. Alhasil, Koa ngomel-ngomel karena mau tak mau harus memarkirkan sepedanya paling ujung dekat tempat sampah, tempat yang juga cukup jauh dari pintu masuk samping sekolah.
"Gue tunggu disini deh, males kalo harus bolak balik jalan." kata Yoa sambil berdiri nangkring di pintu gerbang samping.
"Enak aja Lu. Gua yang parkirin ke pojokan sana, lu enak-enak an disini. Ikut gue kesana," omel Koa.
"Ogah ah. Lagian gue masih berbaik hati nungguin lu disini, daripada nanti lu masuk sendirian."
"Alah, lu malu kan mau masuk ke sekolah sendirian makanya nungguin gua. Pake alasan kasian ma gua. Eh, gue sekolah 2 tahun disini fine-fine aja kalo jalan sendirian mah." kata Koa disambut dengan raut wajah malu adiknya itu.
"Dih, cepetan gih. Bentar lagi jam 7. Tuh anak-anak udah pada siap-siap mau upacara di lapangan." kata Yoa disusul dengan Koa yang bergegas memarkirkan sepeda motornya.
Selepas itu, mereka berdua berjalan beriringan bak pasangan pengantin memasuki altar pernikahan. Berbeda dengan Koa yang melangkah dengan percaya diri, Yoa terlihat ragu sambil menunduk menutupi wajahnya.
"Kenapa lu?" tanya Koa heran melihat kelakukan adiknya itu.
"Udah cepetan jalan!" kata Yoa sambil menyeret lengan seragam kakaknya.
"Di rumah aja lu kayak singa. Disini malu-malu kayak kucing habis kecemplung air comberan," ejek Koa.
Mereka berjalan memasuki lorong-lorong kelas di lantai 1. Sepanjang perjalanan, para siswa siswi asyik berbisik membicarakan dua orang yang berjalan layaknya sepasang kekasih itu.
"WOI, KOKO...," teriak seorang dari arah lantai 3 yang mengagetkan pasangan Ko-Yo.
Dengan serempak mereka menoleh ke arah sumber suara dan disana terdapat dua laki-laki yang mukanya tak asing bagi Koa dan Yoa.
"Assalamualaikum my brother," teriak balik Koa ke arah dua sahabat karibnya itu. Bergegas ia naik ke lantai 3 tempat kelas barunya berada, meninggalkan Yoa yang masih linglung mencari kelasnya.
"Tumben lu jam segini udah datang? Biasanya langganan upacara depan gerbang," kata seorang dengan wajah ke arab-arab-an. Namanya Husein. Berteman dengan Koa semenjak SMP. Ibunya adalah orang asli Solo sedangkan ayahnya adalah peranakan Arab. Jadi tak heran wajahnya khas orang Timur Tengah. Meskipun begitu, lama tinggal di Jawa, membuatnya beradaptasi dengan baik. Baik logat maupun kelakuannya tak beda dengan Koa yang Jawa tulen.
"Sama sapa lu tadi? Pacar baru? Cie, banyak gaya lu. Hari pertama sekolah udah gebet adik kelas," lanjut Uki, satu lagi sahabat Koa yang baru dia kenal saat masuk SMA. Uki, cowok asal blasteran Ambon-Manado yang hobi banget melakukan observasi adik kelas yang menjadi sasaran buat dijadikan pacar baru.
"Pikiran lu ga ada yang lain selain cewek hah?" tanya Koa sambil memukul kepala temannya yang mata keranjang itu.
"Siapa cewek cantik tadi?" tanya Husein kali ini.
"Buta lu pada. Itu tadi kan Yondu," jawab Koa sambil berlalu berjalan menuju kelas barunya dan menaruh ranselnya di salah satu kursi yang masih kosong.
"YOA????" seru Husein dan Uki kaget.
"Perasaan liburan semester kemarin lu ketemu dia pas ke rumah jajalin PS baru gua," kata Koa.
"Waduh, dilihat-lihat adik lu cantik juga Ko," kata Uki.
"Gue hajar lu ya kalo lu sampe ngincer dia. Gue ogah punya adik ipar kayak lu," ancam Koa.
"Kalo adik ipar kayak gua mau ga? Gua kagak mata keranjang kayak si Uki. Plusnya gue hafal Al-Qur'an. Emak gue pandai masak dan bokap gue juragan kain di pasar," kata Husein.
"Hafal Al-Fatihah aja bangga lu! Tiap sholat ga ada surat lain yang lu baca selain Al-Ikhlas sama An-Naas," ejek Uki.
"Sama aja lu pada. Lagian lu liat apa sih di si Yondu? Cantik enggak, menarik juga kagak," kata Koa.
"Waduh, terlalu lu. Eh, adik lu tuh bisa jadi calon cewek populer di sekolah ini dengan kecantikannya itu." kata Husein.
"Bener. Bisa-bisa dia ngalahin kepopuleran lu di sekolah," lanjut Uki.
"Dia cantik tuh model foundation. Lap aja tuh muka dia, pasti hasilnya ga jauh beda lu lap jendela kamar lu yang berdebu. Pake bedak aja, kalo ga sampai tuh muka kinclong kayak porselen ga bakal berhenti nepuk." kata Koa.
"Lu ga tau aja muka adik gue. Sekalipun dibedakin pake bedak pemain kuda lumping, tuh muka ga ada cantik-cantiknya," kata Husein.
"Terserah lu pada deh. Kalo lu tahu kelakuan di rumah, gue jamin lu bakal tarik kembali pujian-pujian lu. Dah ah, ayo turun. Upacara mau mulai. Jangan sampai kena Pak Pa'i lagi ni kita. Ada aja tuh orang kasih pasal ke kita di deadnotenya."
----------------------------------------------------------------------------------
"Sialan lu Koa, bisa-bisanya lu ninggalin gua sendirian disini, gua kan ga tahu kelas gua yang mana," batin Yoa setelah ditinggalkan kakaknya begitu saja.
Ia menengok ke kanan dan kiri seakan mencari jawaban. Namun yang ia lihat malah tatapan sinis dari para siswi perempuan yang tadi berbisik saat ia melintas dengan Koa.
"Ngapain lu disini toleh kanan kiri? Mau nyebrang lu?" tanya seorang cewek yang tak asing bagi Yoa. Jeje, sahabat sekaligus tetangganya yang juga bersekolah disini.
"J-J, syukurlah lo disini," kata Yoa sambil memegang erat tangan Jeje.
"Kayak nemu harta karun aja lu ketemu gue,"
"Hehehe... untung ada lu. Kalo nggak, gue kayak orang bloon disini." kata Yoa.
"Lagian ngapain lu disini bukannya masuk kelas,"
"Gue ga tahu kelas gue yang mana,"
"Lah, si Koa ga kasih tau. Gue lihat tadi lu berangkat boncengan ma dia."
"Tuh, dia lagi berkumpul sama dua temen absurdnya," kata Yoa sambil menunjuk ke arah Koa dan temannya yang memasuki kelas.
"Gue kira lu bakal diantar ke kelas lu. Kelas berapa lu?"
"X-10. Lu kelas berapa?"
"X-9," jawab Jeje sambil menggandeng Yoa berjalan ke arah kelas mereka.
"Ya, ga satu kelas kita." kata Yoa kecewa.
"Emang lu ga bosen sekelas terus ma gue? Udah dari jaman TK sampe SMP kita sekolah bareng. Bahkan SMP 3 tahun kita sekelas. Belum lagi, gue tetangga lu juga. Gue aja empet ketemu muka lu sama Koa." kata Jeje.
"Jangan gitu dong. Lu kan satu-satunya sahabat terbaik gue," kata Yoa.
"Bagus deh kalo lu tahu," kata Jeje bangga.
"Tapi, tuh cewek-cewek tadi kenapa sih pada sinis lihat gue lewat?" tanya Yoa.
"Mereka sinis bukan karena lu lewat. Tapi karena 'dengan siapa' lu lewat," kata Jeje.
"Emang kenapa kalo gue jalan ma si Kodok itu?" tanya Yoa heran.
"Lu ga tau kalo Kodok alias Koa kakak lu itu masuk di list cowok populer di sekolah ini?" tanya Jeje.
"Populer dari mana? Ganteng kagak, pinter apalagi." ejek Yoa.
"Di sekolah sini ga penting lu pinter apa kagak. Yang penting lu ganteng dan keren." kata Jeje.
"Ganteng? Keren? Siapa? Si kodok ngorek itu? Apa standar cowok keren disini serendah itu?"
"Sembarangan. Tapi jujur emang kakak lu emang keren. Meski sama kayak lu, gue juga agak gengsi mengakuinya,"
"Bukan gengsi. Tapi emang dia ga keren sama sekali. Mereka ga tahu aja kelakuan dia di rumah. Kalo mereka tahu, gua yakin gelar cowok populer itu bakal dicabut dan lebih baik dikasikan ke tukang cilok depan sekolah yang jauh lebih ganteng dibanding si Kodok!"
"Terserah lu deh. Udah itu kelas lu. Taruh terus keluar lagi. Gue tunggu lu, kita ke lapangan bareng buat upacara,"
berasa relate banget aku yang punya kakak cowok🥰😆