JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 4 JENNAIRA
" Buat siapa, Bu? " sebenarnya ia tak perlu tau untuk siapa hadiah tersebut, tapi karena Bu Desi sendiri yang memperlihatkan hadiah itu padanya membuat Jenna penasaran.
" Buat hts an aku, " bisik Desi diakhiri kekehan kecil karena mengingat hubungannya yang hanyalah HTS, bukan kekasih sungguhan.
Jenna mengangguk paham, setelah beberapa detik ngeblank mendengar kejujuran wanita cantik itu. Ia hanya tak menyangka wanita secantik dan seberbakat Bu Desi hanya dijadikan HTS ( Hubungan Tanpa Status) .
Setelah antusias menujukkan kotak hadiah yang akan ia berikan untuk laki-laki pujaan hatinya itu, Desi mengajak Jenna untuk ikut dengannya nanti sore Ke mall membeli gaun guna menghadiri pesta ulang tahun HTS nya tersebut.
Karena merasa tak punya nyali untuk menolak, Jenna pun hanya bisa mengiyakan ajakan tersebut. Toh, dirinya tak punya kesibukan setelah pekerjaan nya di sini selesai.
Sore hari, Jenna langsung pergi dengan Desi begitu jam pulang kantor sudah tiba. Dengan pakaian sederhana miliknya, Jenna merasa rendah begitu berjalan di samping wanita cantik dengan pakaian modisnya itu .
Kesenjangan sosial yang amat sangat terlihat. Setibanya di mall, Desi mengajak Jenna untuk makan di salah satu restoran yang ada disana.
Bukan tanpa alasan dirinya mengakrabkan diri pada gadis yang baru dikenalnya beberapa hari ini, Desi amat sangat menyanyangi Jenna seperti adiknya sendiri. Ia merasa tak tega begitu melihat Jenna, bekerja keras diusia nya yang masih sangat muda. Dulu diusia Jenna, Desi masih asik kuliah dan pergi keluyuran dengan teman-temannya.
" Makan yang banyak Jen, menjalani hari-hari yang keras ini kita butuh tenga extra kan?! " ucap Desi yang di angguki oleh Jenna.
Seusai makan mereka berdua langsung menuju butik yang menjual gaun mewah langganan Desi.
" Aku punya langganan butik bagus disini, harganya pun tidak terlalu mahal. " Jelas Desi, ia hanya mencari topik bicara agar tidak ada kecanggungan diantara mereka .
" Semurah-murahnya menurut Bu Desi, pasti sangat mahal menurut saya, " Jenna menyahut yang membuat Desi tertawa, " Kamu ini bisa aja. "
Saat tiba di depan butik yang dibicarakan oleh Bu Desi tadi, Jenna sudah dibuat terpukau dengan isi didalamnya. Baju yang berkilau dan nampak elegan itu dijejer rapi di patung manekin , berbagai model sudah ada disana, dari yang terbuka dan ada juga yang versi hijabers.
" Sini masuk , Jen ! " Desi tertawa geli seraya menarik tangan gadis itu agar tak berdiam diri didepan toko dengan pandangan takjub. Matanya yang tak berkedip sejak beberapa menit yang lalu, membuatnya terlihat lucu.
" Mbak mau beli baju buat nikah? " Tanya Jenna dengan polosnya. Karena sepanjang baju yang ia lihat tampak seperti baju pengantin jika di desa nya bahkan lebih mewah yang ada di butik ini.
" Kamu mau nyindir saya Jen? " Jenna langsung kelabakan begitu mimik wajah wanita dewasa didepannya itu langsung berubah sedih, Apa dirinya salah bertanya? batin Jenna.
" Masih HTS memang bisa menikah? " Lanjut Desi dengan menghela napas berat ketika mengingat hubungannya dengan seorang lelaki yang sangat ia cintai.
" Ehh__ bukan begitu Bu, maaf saya salah bertanya. " Jenna menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Ia hanya spontan saja bertanya seperti itu, bukan bermaksud menyindir.
" Sudahlah tidak usah dipikirkan, saya hanya bercanda tadi, Jen. " Desi tersenyum, supaya gadis itu tak merasa bersalah.
Desi tampak meneliti setiap model gaun yang dilihatnya, kalau kurang cocok dia akan pergi melihat yang lain sampai Jenna bosan dibuatnya. Sudah beberapa kali Desi menanyakan pendapat Jenna, dan menurut Jenna memang belum menemukan baju yang pas sesuai kriteria tubuh wanita dewasa itu.
" Ini bagaimana Jenna? " Desi menunjukkan satu gaun yang terpasang di patung manekin.
Sejenak , Jenna menatap bergantian pada Desi dan patung manekin tersebut. Berusaha mencocokkan gaun yang dinilai bagus oleh wanita itu.
Jenna mengangguk dengan dua jempol ia berikan, " ihhh kamu udah kayak desainer aja , bisa tau mana yang bagus dengan tidak. " Jenna hanya tersenyum.
Badannya sudah lengket dan lelah . Membayangkan air dingin mengguyur seluruh tubuhnya membuat Jenna ingin segera pulang.
Membosankan sekali menemani wanita berbelanja, padahal Jenna juga perempuan. Tapi karena terbatas biaya, ia tak pernah sekalipun shoping baju.
" Sekarang kita cari baju buat kamu , " Ucap Desi membuat Jenna bingung sekaligus bertanya-tanya maksud ucapan Bu Desi tersebut.
" buat apa Bu? " Tanya Jenna disaat wanita dewasa itu tengah berjalan mengitari butik tersebut, mencari baju yang cocok diusia Jenna.
" Kamu akan ikut saya nanti , jadi kita cari baju yang cocok untukmu. "
" Saya nggak bisa Bu, " Jawab Jenna. " kenapa? " Tanya Desi, wajahnya sudah cemberut saja ketika mendengar penolakan Jenna.
" Saya kan besok kerja. Kalau nanti malam ikut Bu Desi, saya bisa telat besok. " Jelas Jenna .
" Iya juga, " Desi mengangguk kecil, kalau telat bisa-bisa gadis kecil itu akan dipecat besok.
" Ya sudahlah yang penting beli dulu bajunya, nanti kalau kamu bisa ikut saya kabarin. " Desi pun mengambil satu gaun berwarna gold untuk dibawanya ke kasir bersama baju pilihannya tadi berwarna merah maroon.
Jenna hanya bisa menggigit bibir nya begitu melihat baju yang katanya itu untuknya terlihat lumayan terbuka, seumur-umur ia tak pernah memakai pakaian seperti itu. Takutnya nanti begitu dipasangkan ke tubuhnya baju itu terlihat buruk.
Pukul tujuh malam ia baru sampai di kontrakannya, ia langsung membersihkan tubuh setelah itu merebahkan tubuhnya keatas kasur. Karena lelah ia sempat memejamkan matanya sebentar dan bangun karena terganggu dering telepon di ponselnya.
Suara seorang wanita tampak memanggilnya diseberang telepon, karena masih mengantuk Jenna tak sempat melihat siapa yang meneleponnya.
" Ya? " sahutnya dengan suara berat.
Mata Jenna seketika melotot dengan tubuh yang langsung terduduk, " Apa tiga puluh menit lagi? " Jenna tersentak di sela kantuknya yang mulai hilang.
Ia sudah menganggap gila wanita diseberang telepon nya, kalau saja bukan atasannya ia akan menolak dengan lantang . Gila saja, ia baru tiba dirumah satu jam yang lalu dan sekarang diberi waktu tiga puluh menit untuk bersiap pergi ke sebuah pesta.
" Baiklah " Jawabnya dengan nada pasrah.
Ia turun dari kasur berjalan menuju paperbag yang ia letakkan di sofa ruang tamu. Karena tadi sudah mandi, ia hanya mencuci muka nya agar kembali segar.
Desi mengubah rencananya yang akan menjemput Jenna tiga puluh menit lagi karena gadis itu bilang tidak bisa berdandan, terpaksa ia harus membawa gadis itu ke salon.
" Disana saya harus ngapain mbak? " tanya Jenna saat ia sudah duduk didalam mobil milik Desi.
Ya, Jenna diprotes saat memanggil wanita itu dengan sebutan ' Bu ' saat diluar jam kantor.
" Gak ngapa-ngapain Jen, kamu cuma ngintilin saya aja. Disana banyak makanan loh, dari yang berat sampai ringan. " jelas Desi, Jenna hanya mengangguk mengiyakan.
Desi menggerakkan jarinya agar gadis itu mendekat, " Satu lagi, banyak pria tampan nan kaya raya disana " bisiknya diakhiri dengan kekehan kecil saat melihat respon Jenna.
Gadis itu memutar matanya malas begitu membahas laki-laki kaya raya . Dirinya seperti punya pergi sendiri dengan orang berduit.