Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Bukan hanya sebuah ciuman saja yang dilakukan kedua insan berstatus sebagai suami istri tersebut, namun tubuh keduanya kini sudah berada diatas ranjang dengan posisi Erik yang berada diatas tubuh Aluna.
Ah...
Aluna mendesah saat tangan Erik menyentuh dadanya tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Apalagi saat tangan itu dengan lihai menurunkan seutas tali di bahu kirinya, hingga sentuhan itu terasa lebih nikmat tanpa adanya penghalang.
Namun saat Aluna tengah menikmati semua sentuhan dan ciuman yang terasa kasar namun memabukkan itu, tiba-tiba saja Erik melepas tautan bibir mereka.
"Jangan pernah memprovokasi ku lagi!" ucap Erik dengan tegas juga dengan tatapan tajam.
Aluna yang masih terkejut dengan ciuman dan sentuhan tiba-tiba yang dilakukan Erik, hanya terdiam sembari mengusap bibirnya yang terasa bengkak dan sedikit sakit karena pria itu tadi menggigit bibirnya saat permainan tadi.
"Kau dengar?" tanya Erik dengan deru napas menggebu menahan gairah yang sudah membuat miliknya begitu mengeras di bawah sana.
Terlebih saat melihat dada kiri Aluna yang terpampang jelas, karena perbuatannya tadi yang menurunkan satu tali lingerie dari tubuh wanita itu. Oh ayolah, Erik pria normal yang pastinya akan bereaksi melihat tubuh sexy milik Aluna. Jika Erik tidak mengingat tunangannya, sudah sejak tadi ia menerkam Aluna untuk menuntaskan hasrat mereka.
"Eh, kau mau kemana?" Aluna menarik tangan Erik yang sudah beranjak dari atas tubuhnya, hingga pria itu terduduk di tempatnya semula.
"Tentu saja keluar dari kamar ini."
Erik tidak ingin khilaf lagi, karena tidak ingin mengkhianati tunangannya.
"Tapi sayang, ini malam pengantin kita. Masa kau keluar," protes Aluna sembari duduk diatas ranjang, lebih tepatnya duduk disamping Erik yang kini berstatus sebagai suaminya.
"Aluna dengar..." Erik terdiam dengan menelan salivanya susah payah, saat melihat kembali dada milik Aluna yang terekspos.
Rupanya wanita itu tidak membenahi lingerie dan membiarkan salah satu dada itu terbuka, memperlihatkan bulatan kecil merah yang membuat air liur Erik hampir terjatuh.
"Benahi lingerie mu itu!" ucap Erik dengan mengalihkan tatapannya.
"Apa yang harus dibenahi?" Aluna berpura-pura tidak mengerti ucapan Erik. "Bukankah jika begini lebih mudah untukmu?" Menarik tangan Erik pada dadanya lalu meremasnya.
Meski terlihat seperti ***-*** dan menjatuhkan harga dirinya dengan menggoda Erik, tapi Aluna tak perduli. Lagi pula yang digoda adalah suaminya sendiri bukan suami orang, jadi sah-sah saja bukan.
"Ck, aku tidak menyangka kau begitu murahan," umpat Erik.
Namun tanpa sadar tangannya justru tidak berhenti diam, terus meremas da-da kencang milik Aluna yang semakin membuat gairahnya terbakar. Padahal tangan Aluna sendiri sudah tidak menahan lengannya.
"Aku juga tak menyangka kau menyukai milikku." Aluna tertawa menatap tangan Erik yang masih asik bermain, dan meremasnya dengan begitu.kuat.
Skak mat.
Erik yang tersadar langsung menarik tangannya, beranjak dari tempat tersebut sebelum semuanya semakin kacau. Namun saat ia mendorong handle, pintu itu tidak terbuka alias terkunci. Padahal seingat Erik pintu itu tidak terkunci sama sekali.
Tak putus asa, Erik pun kembali mendorong pintu tersebut dengan sekuat tenaga, berulang kali. Namun pintu besar dan kokoh itu seakan tidak bergerak sedikitpun.
"Sayang, mau kau dobrak sampai pagi sekali pun pintu itu tidak akan terbuka. Lebih baik kita lanjutkan yang tadi."
Aluna yang sudah berbaring di atas ranjang, mengerlingkan matanya pada Erik. Namun yang digoda justru tak peduli, pria itu lebih memilih menendang pintu kamar dari pada meladeni kegilaan Aluna.