Setelah setahun menikah Jira baru tahu alasan sesungguhnya kenapa Bayu suaminya tidak pernah menyentuh dirinya.
Perjalanan bisnis membuat Jira mengetahui perselingkuhan suaminya. Pengkhianatan yang Bayu lakukan membuat Jira ingin membalas dengan hal yang sama.
Dia pun bermain dengan Angkasa, kakak iparnya. Siapa sangka yang awalnya hanya bermain lama kelamaan menimbulkan cinta diantara mereka. Hingga hubungan terlarang itu menghasilkan benih yang tumbuh di rahim Jira.
Bagaimanakah nasib pernikahan Jira dan Bayu? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Angkasa dengan Jira?
Ikuti terus kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Darah?" ulang Angkasa.
Butuh beberapa detik untuk mencerna kata itu sebelum arah pandang Angkasa tertuju pada sela paha Jira yang mengeluarkan darah.
Panik. Angkasa langsung memakai bajunya. Dia melihat wajah Jira yang memucat dan sedikit bergetar.
Angkasa membantu Jira memakai baju. Setelah itu langsung mengangkat tubuh Jira dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Dia ingin memastikan Jira dan calon anaknya baik-baik saja.
Angkasa berjalan cepat. Nafasnya terengah-engah karena rasa takut yang mulai menyelimuti hatinya.
Di lobby hotel dia bertemu Bastian. Lelaki itu hendak pulang.
"Asa, apa yang terjadi?"
"Mobil, aku butuh mobil sekarang."
"Biar aku antar. Kalian mau kemana?"
"Rumah sakit." Bastian tidak bertanya lagi. Dia berjalan menuju mobil yang sudah terparkir diluar pintu lobby hotel.
Jira meremas baju yang dikenakan oleh Angkasa saat sebuah kontraksi kecil dia rasakan.
"Kau baik-baik saja?" panik Angkasa saat merasakan remasan tangan Jira di kerah kemeja yang ia pakai.
"Entahlah, aku tidak tahu kak. Tapi rasanya sakit." Jira berbicara dengan suara lirih dan sedikit bergetar.
Bastian melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Angkasa duduk di belakang masih dengan posisi menggendong Jira. Wanita itu menyandarkan kepala di bahu Angkasa. Dan mengalungkan tangannya di leher lelaki itu.
Rasa nyeri itu datang lagi. Menusuk tajam di bagian bawah perut. Jira memejamkan mata menahan rasa sakitnya.
"Bertahanlah kita akan segera sampai."
Jira mengangguk lemah. Dalam hati berdoa semoga semua baik-baik saja.
**
Kemarin malam
"Lepas." berontak Selly.
Bastian tetap menarik Selly untuk keluar hotel. Tidak peduli dengan umpatan dan makian yang Selly lontarkan untuk dirinya.
"Bajingan, lepaskan aku. Brengsek. Kau mengacaukan rencanaku."
"Tidak akan. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu."
"Hahaha." Selly tertawa merasa lucu dengan ucapan Bastian.
"Dasar wanita sinting." umpat Bastian. Setelah ini dia harus cuci tangan sebanyak seratus kali karena tangannya menyentuh tangan Selly.
"Ah. Sial. Kau menggigit ku."
Selly melepaskan diri dari Bastian dengan menggigit tangan. Wanita itu berlari menjauh. Bastian mengejar. Dia harus menangkap wanita itu.
"Sial, dia terus mengejar." Selly terus berlari hingga ke jalan raya. Melihat Bastian semakin mendekat Selly nekat menyebrang jalan raya yang penuh dengan kendaraan.
Dan Bruak
Selly tertabrak sebuah mobil. Wajahnya terluka cukup parah karena terkena pecahan kaca. Darah mengalir begitu deras di wajah Selly. Kulit wajah mengelupas. Memperlihatkan tulang pipi sebelah kanan.
Tubuhnya terguling di aspal setelah dihantam mobil dan motor secara bergantian.
Selly kesakitan dengan tubuh yang masih sadar. Dia menjerit minta tolong. "Tolong."
Dia tidak ingin mati sekarang. Dia masih belum puas melihat Jira menderita. Dia hampir berhasil jika bukan karena Bastian yang tiba-tiba datang menggagalkan rencananya.
Bastian terpaku menatap tubuh Selly yang tidak berdaya penuh dengan darah. Terpaksa dia membawa Selly ke rumah sakit. Bastian tidak ingin wanita itu mati begitu saja sebelum mendapat hukuman. Entah dari Angkasa,Stevan atau hukum negara. Yang jelas Selly harus hidup.
Beberapa jam berlalu. Selly terlihat shock dengan wajahnya yang sekarang. Wajah yang dulu cantik sekarang seperti monster. Tidak beraturan dan sangat jelek.
Prang
Selly membanting cermin yang baru saja ia gunakan. Nafasnya tersengal,dadanya naik turun dengan cepat.
"Jira, semua ini salah Jira. Argghh." teriak Selly kemudian meremas rambutnya hingga beberapa helai terlepas karena kuatnya cengkeraman di kepala.
**
Rumah sakit waktu sekarang
Begitu tiba Jira langsung ditangani oleh perawat. Dia dibawa ke ruang gawat darurat. Disana perawat melakukan pengecekan. Salah satunya tekanan darah pasien.
"Tekanan darah tinggi dok."
Dokter menghampiri Jira yang terlihat menahan sakit." Nona, Rileks jangan biarkan jantung Anda berdebar terlalu cepat itu akan mempengaruhi tekanan darah anda."
"Saya tahu anda khawatir. Semua akan baik-baik saja. Tenangkan pikiran dan hati anda. Tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan." Jira mengikuti instruksi dokter.
Perawat kembali melakukan pengukuran tensi darah. "Normal dok."
Sementara Jira ditangani, Bastian dan Angkasa menunggu di luar ruangan. Bastian duduk di kursi besi yang di sediakan oleh pihak rumah sakit. Sedangkan Angkasa berjalan mondar-mandir. Dia cemas, khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan Jira dan calon anaknya.
"Duduklah. Jira pasti baik-baik saja."
"Bagaiman dengan wanita itu."
"Semalam dia kecelakaan dan kau tahu wajahnya sekarang hancur. Itu hukuman dari Tuhan untuk dia. Semoga setelah ini dia sadar dan minta maaf pada Jira."
Angkasa diam. Berbeda dengan Bastian yang berfikir Selly akan tobat. Lelaki itu justru memiliki perasaan tidak enak. Selama Jira bahagia, wanita itu akan selalu muncul sebagai pengganggu.
"Aku rasa tidak." Bastian menatap wajah Angkasa.
"Kau yakin? Dia tidak ada menyesal setelah apa yang dia alami ?"
Angkasa mengangguk.
"Kalau begitu kau harus menjaga Jira dengan baik. Wanita itu pasti kembali dengan berjuta rencana yang bersarang di otak liciknya."
Satu jam berlalu. Dokter keluar dari ruangan. Angkasa menghampiri. Lelaki berjas putih itu menatap Angkasa dengan tenang.
"Bagaimana keadaan mereka dokter?"
Bastian menoleh ke Angkasa. Mereka? Artinya tidak hanya satu nyawa. Melainkan ada nyawa lain. Mungkinkah Jira...
"Wah gercep juga Angkasa. Langsung dibikin melendung anak orang." gumam Bastian sambil menggeleng kan kepala. Tidak percaya Angkasa bisa menghamili seorang wanita.
"Mereka baik-baik saja tuan. Pasien sudah stabil. Dia hanya mengalami perdarahan akibat erosi serviks." kata dokter dengan ramah. Dia menjadi ucapannya agar Angkasa dapat menerima informasi yang dia berikan.
"Erosi serviks?"
Dokter tersenyum ramah. Menjelaskan dengan sabar. "Erosi serviks adalah kondisi dimana jaringan halus pada leher rahim menjadi lebih sensitif dan mudah berdarah. Ini sering terjadi pada ibu hamil karena perubahan hormon yang membuat jaringan serviks menjadi lebih rapuh.
Saat ibu hamil mengalami tekanan atau iritasi seperti jatuh atau kelelahan berlebihan akan memicu perdarahan ringan bahkan sedang."
"Kelelahan bisa jadi pemicu dok?"
"Iya. Yang perlu anda pahami ini tidak selalu berbahaya. Karena perdarahan berasal dari serviks bukan dari plasenta atau janin. Jadi kehamilan masih dalam kondisi aman."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tuan. Selama pasien beristirahat dan mengikuti anjuran medis kehamilan akan baik-baik saja.Kami akan memberi vitamin dan obat penguat kandungan untuk mencegah kontraksi yang tidak diinginkan." sambung dokter dengan begitu profesional dan ramah.
"Terima kasih dokter."
"Pasien akan dipindah ke ruang rawat, setelah itu anda baru boleh menjenguk pasien."
Bastian menepuk pundak Angkasa setelah dokter pergi.
"Aku pikir kau akan menjadi perjaka lapuk setelah kepergian Luna.Ternyata diam-diam menghamili istri orang." sindir Bastian sambil tersenyum.
"Istri orang lebih menggoda. Apalagi masih perawan."
"What??"