Rahasia With Ipar

Happy reading ....

Saat ini Amanda sedang melayani sepasang calon pengantin yang sedang meminta untuk didesain baju untuk acara pernikahannya nanti.

"Mbak, modelnya mau kayak gimana?" tanya Lulu pada calon pengantin wanita.

"Yang gimana aja Mbak, tapi yang ada mutiaranya. Dan saya percaya desainnya Mbak itu cantik," jawab wanita itu sambil memainkan ponselnya.

Lulu pun memberikan beberapa desain baju pengantin yang ia rancang, dan meminta wanita tersebut untuk memilihnya.

"Saya mau yang ini aja ya, tapi nanti dikasih mutiara bisa kan di bagian pinggang dan juga dadanya!" pinta wanita tersebut.

"Oh, bisa Mbak," jawab Lulu sambil tersenyum.

Sementara sang pria juga sedang diukur badannya untuk dibuatkan jas, namun saat pria itu tengah mengukur badan tiba-tiba calon wanitanya berkata.

"Sayang, cepetan dong! Aku mau hangout nih sama teman-teman."

"Iya Sayang, sebentar lagi selesai," ucap pria itu sambil tersenyum manis ke arah wanitanya.

"Ya udah cepetan, lama banget sih!"

Lulu dan juga Amanda menatap satu sama lain, saat melihat raut wajah dari wanita itu yang begitu ketus.

"Ya udah yuk, ini udah selesai. Kamu mau aku anterin atau--"

"Nggak usah. Aku bisa jalan sendiri. Mana aku minta uang!" Wanita itu menengadahkan tangannya.

Kemudian pria tersebut mengeluarkan ATM, lalu memberikannya kepada wanita tersebut yang tak lain adalah calon istrinya. Kemudian dia mengacak rambut wanita itu dan hendak mencium keningnya, namun wanitanya cepat pergi.

Terlihat raut wajah kecewa dari pria tersebut. Namun, ia mencoba untuk bersikap biasa saja di hadapan Amanda dan Lulu.

"Oke Mbak, saya tunggu sampai satu minggu, sebelum hari H sudah jadi ya," ucap pria tersebut kepada Amanda.

"Baik Tuan, saya usahakan sebelum acara sudah selesai," jawab Amanda.

Kemudian pria tersebut pamit dari sana. Setelah kepergiannya, Lulu mendekat ke arah Amanda kemudian dia menyenggol bahwa wanita itu.

"Gue heran deh sama calonnya tadi, pria setampan itu di sia-siain. Lo lihatlah sikapnya tadi! Ya ampun, gila dingin, cuek banget. Kalau gue jadi ceweknya sih udah beruntung banget ya, dan apalagi tadi dia dikasih Black Card. Gila! ATM tanpa batas cuy." Lulu menggelengkan kepalanya.

"Udahlah, mending sekarang lo kerjain deh. Gue mau cek HP dulu, gue hari ini belum cek kegiatannya Mas Darius soalnya," jawab Amanda.

Kemudian dia duduk di sofa lalu menyalakan ponselnya dan mengecek kegiatan sang suami. Namun seketika Amanda terpaku, saat melihat rekaman di mana suami dan juga adiknya akan melakukan hal yang begitu menjijikan.

Namun yang lebih Amanda kaget adalah, kedatangan Haris dan juga Papa mertuanya ke kantor Darius.

Lulu yang sedang mendesain baju seketika menatap ke arah Amanda, sebab sedari tadi wanita itu hanya diam saja.

"Lagi lihatin apa sih?" tanya Lulu sambil duduk di samping sahabatnya.

Tanpa menjawab Amanda pun memberikan ponselnya, membuat Lulu menjadi penasaran. Kemudian dia melihat isi rekaman tersebut dengan sangat serius, sementara Amanda melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan kosong ke arah depan.

"Gila ya! Di kantor aja mereka masih berani melakukan hal sekotor itu? Dan hebatnya lagi, tidak ketahuan sama mertua dan juga adiknya. Padahal mereka sempat menemukan sepatunya si Fitri?" Lulu menggelengkan kepalanya.

Dia juga mendengar percakapan Darius dan juga Fitri. Wanita itu merasa heran kenapa ada manusia sekotor mereka berdua yang tidak malu untuk berselingkuh. Padahal mereka adalah ipar.

"Lalu apa yang bakal lo rencanain lagi untuk membalas kelakuan mereka yang begitu menjijikan?" tanya Lulu.

Amanda terdiam saat mendengar pertanyaan dari Lulu. Bohong jika dia tidak merasakan sakit saat melihat adegan yang begitu membuatnya remuk seketika.

Sekuat-kuatnya wanita ataupun istri, jika melihat suaminya bermain api dengan wanita lain apalagi dengan adiknya sendiri, bagaimana mungkin bisa dia tidak hancur. Bagaimana mungkin bisa dia tidak merasakan sakit.

Walaupun Amanda menahannya, menyembunyikan rasa sakit itu, tetap saja batinnya menangis. Bukan menangis air mata, tapi menangis darah.

"Gue rasanya udah nggak tahan. Gue mau laporin ini sama nyokap dan bokap lo," ucap Lulu sambil bangkit dari duduknya.

Amanda menahan tangan wanita itu. "Jangan! Aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk mereka. Akan ada saatnya bom waktu itu akan meledak, dan saat itu terjadi, mereka tidak akan pernah mempunyai muka. Bahkan hanya untuk bertemu dengan orang lain saja mereka pasti akan malu, kecuali memang keduanya berwajah tembok."

"Memangnya apa yang bakal rencanain?" tanya Lulu yang penasaran dengan kata-kata dari bom waktu sahabatnya.

Kemudian Amanda pun membisikan sesuatu di telinga Lulu, membuat wanita itu seketika manggut-manggut. "Gue setuju. Lo harus mempermalukan mereka di waktu yang tepat," ujar Lulu.

"Makanya untuk sekarang gue harus menutupi dulu aib mereka. Walaupun sejujurnya gue nggak bisa, karena hati ini merasa sakit. Tapi tetap saja gue akan membuat mereka hancur, dan mereka harus merasakan apa yang aku rasakan," ujar Amanda dengan nada yang begitu geram.

.

.

Sore hari Amanda pulang ke rumah, dan dia melihat Fitri sedang duduk meminum teh sambil membaca majalah. Wanita itu enggan menyapa Fitri, karena untuk melihat wajahnya saja rasanya Amanda begitu amat sangat marah.

Bohong jika dia tidak merasa gatal untuk mencabik-cabik wajah Fitri, namun sekuat tenaga Amanda menahan rasa itu.

"Baru pulang, Kak?" tanya Fitri.

"Hmm." Amanda hanya menjawab dengan gumaman saja, kemudian dia melewati Fitri begitu saja.

Melihat sikap Amanda, Fitri sedikit heran, karena tidak biasanya wanita itu hanya bergumam saat menjawab pertanyaan dari seseorang. Namun Fitri mengangkat kedua bahunya saja, ia tidak peduli dengan sikap Amanda.

Setelah membersihkan diri, Amanda berjalan ke arah balkon menatap langit senja yang mulai berganti dengan gelapnya malam.

'Keindahan senja ternyata hanya sementara, begitu pula dengan kebahagiaan yang kurasakan, tidak abadi dan hanya terhitung tahun saja. Kehidupan yang kuimpikan penuh dengan rasa sayang dan cinta, ketika harus musnah dengan sebuah penghianatan yang begitu membuatku hancur.' batin Amanda sambil menatap lurus ke arah depan.

Buliran bening mengalir begitu saja tanpa bisa ia cegah, namun Amanda langsung mengusapnya.d "Tidak Amanda kamu harus kuat. Kamu harus memberikan pelajaran sebelum bom waktu itu meledak," gumam Amanda dengan lirih.

Kemudian dia masuk kembali ke dalam kamar, menyisir rambut, setelah itu berjalan ke lantai bawah. Amanda melihat seorang pelayan tengah membuatkan rujak dan dia sangat yakin jika itu untuk Fitri.

Seketika ide muncul di benaknya. "Bi, tolong ambilkan jepitan saya di kamar di atas laci ya! Tadi saya lupa membawanya," pinta Amanda pada pelayan tersebut.,

"Baik Nona, sebentar biar saya ambilkan," jawab pelayan itu, kemudian meninggalkan rujak yang sedang ia buat.

Lalu Amanda mengambil sesuatu di rak dapur dan menaburkannya di atas sambal, kemudian mengaduknya.

'Ini hanyalah pelajaran kecil, aku juga tidak sejahat itu Fitri, yang bisa membahayakan janin yang ada dalam kandunganmu. Tapi tetap saja, kaun harus mendapatkan balasannya!' batin Amanda sambil tersenyum sinis.

BERSAMBUNG.....