Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tidak terduga.
.
.
.
Ray tiba di perusahaan setelah memarkirkan mobilnya Ray pun keluar dari mobil dan berjalan dengan cool di lobby perusahaan. Para karyawan berbaris menyambut kedatangan CEO mereka.
"Selamat datang tuan muda," sapa Ben ariga dengan tertunduk hormat, para karyawan pun menunduk hormat tak terkecuali cleaning servis juga turut dalam penyambutan CEO muda.
"Ganteng banget dah, bikin ngiler aja," ucap karyawan A.
"Lebih ganteng aslinya daripada fotonya," kata si B.
"Perhatian semuanya, disini saya perkenalkan CEO kita yang sesungguhnya, selama ini beliau selalu bekerja dibalik layar, dan saya yang dipercayakan untuk mengurus semuanya, sekarang CEO kita ini mulai hari ini akan menjabat sebagai CEO diperusaan ini, sekian terimakasih." ucap Ben panjang lebar.
Sedangkan Ray tidak bicara sepatah kata pun, memang pada dasarnya kulkas ya kemana mana pun tetap kulkas. Ray kemudian berlalu dari hadapan para karyawan, Ben pun segera membubarkan mereka untuk kembali bekerja.
Ray masuk kedalam lift didampingi Ben menuju ruang kerjanya. perlahan lift naik menuju lantai 30 dimana ruang CEO berada.
Ray tiba diruangan nya dan langsung duduk dikursi kebesarannya.
"Bagaimana perusahaan selama ini?" tanya Ray.
"Semuanya baik-baik saja tuan muda, dan hari ini jam makan siang kita ada bertemu klien dari luar negeri, beliau mengajak bertemu di restoran xxxx yang ada mall." kata Ben.
"Hmmm, kenapa harus disana?" tanya Ray.
"Biar sekalian makan siang, begitu katanya?" Ben.
"Hmmm baiklah, sekarang lanjutkan pekerjaan paman." ucap Ray dingin.
"Oh ya Paman, jangan lupa siapkan dokumen untuk kita meeting dengan klien nanti." ucap Ray lagi.
"Baik tuan muda," lalu Ben pun pamit undur diri.
Ray berkutat atik laptopnya mencari tahu klien yang akan mereka temui nanti, dan ia mendapati perusahaan itu bersih. Ray tersenyum puas dengan klien nya ini.
Sementara Ren, sedang meninjau lokasi tanah yang nanti akan dibangun perumahan untuk orang orang yang kurang mampu, karena itu keinginannya sejak kecil sebab itu ia memilih membangun perusahaan di bidang properti, Ren bekerja sama dengan Rasya yang mendirikan perusahaan di bidang arsitektur. Baru pertama kali masuk ke perusahaan sudah meninjau lokasi.
"Bagaimana tuan muda? apakah tanah ini cocok untuk membangun perumahan?" tanya asisten pribadi nya.
"Menurut ku cocok, nanti disebelah sana bisa dibangun sekolah SD dan sekolah itu gratis," ucap Ren.
"Oh ya Dam, soal perumahan ini biar saudara ku yang menjadi arsitek nya," kata Ren pada Adam.
"Baik tuan muda," ucap Adam sambil menunduk hormat.
"Sekarang kita kembali ke kantor," kata Ren.
"Baik tuan muda," Adam pun berjalan menuju mobil lalu membukakan pintu mobil tersebut.
"Jalan," perintah Ren setelah keduanya masuk kedalam mobil.
Baru beberapa menit perjalanan, Ren melihat ada seorang gadis berhijab sedang dikepung empat orang preman. Ren memerintahkan Adam untuk menghentikan mobilnya.
Ren segera turun hendak membantu gadis itu tapi terlambat, keempat preman itu sudah terkapar diaspal dalam keadaan meringis menahan rasa sakit.
"Nona tidak ap..." belum sempat Ren melanjutkan kalimatnya sebuah tinjauan sudah mendarat sempurna tepat dihidung Ren.
"Aww," Ren meringis menahan sakit karena dia tidak menyangka akan mendapatkan pukulan yang cukup dahsyat untuk ukuran seorang gadis.
"Kamu pasti teman mereka kan?" tanya gadis itu.
"Bukan Nona, aku hanya ingin membantu kulihat nona dihadang oleh empat orang Preman, jadi aku ingin menolong, sumpah." ucap Ren sambil mengangkat dua jari tangannya, sedangkan tangan yang satunya memegang hidungnya yang terasa berdenyut.
"Gila nih cewek, pukulan udah kaya petinju profesional," batin Ren.
"Tuan muda, tuan tidak apa-apa?" tanya Adam.
"Tidak apa-apa, hanya luka kecil," jawab Ren.
"Maafkan aku tuan, kupikir tuan teman mereka itu," ucap gadis itu merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit sakit kok," ucap Ren.
"Sedikit apanya, tuan sampai berdarah gitu?" gumam Adam dalam hati.
"Eee... sebagai permintaan maaf dariku, biar aku obati luka tuan, mari tuan kerumah ku nanti akan ku obati.," ucap gadis itu.
Oh ya gadis itu bernama Aisyah seorang gadis cantik berhijab, anggun dan lembut tapi jangan coba coba mengganggunya kalau tidak ingin babak belur.
"Nama kamu siapa? rasanya kurang sopan kalau harus memanggil ee atau hei?" tanya Ren.
"Namaku Aisyah tuan," jawab Aisyah.
"Jangan panggil tuan boleh gak?" tanya Ren.
"Tapi tuan tadi memanggil anda tuan," jawab Aisyah.
"Dia bawahan ku, sedangkan kamu bukan jadi beda dong," kata Ren.
"Tapi aku tidak tahu nama tuan, gimana dong?" tanya Aisyah.
"Namaku Rendra panggil saja Ren biar gampang," jawab Ren.
"Baiklah tu eh Ren," kata Aisyah.
"Itu rumahku," kata Aisyah lagi. sedangkan Adam menunggu didalam mobil.
"Mari Ren," ajak Aisyah.
"Ais siapa yang kamu bawa itu nak?" tanya Fatimah ibunya Aisyah.
"Ini teman Ais Bu," jawab Aisyah.
"Sejak kapan kamu berteman dengan laki laki, biasanya kamu paling galak kalau sudah diganggu laki laki," kata Fatimah panjang lebar.
"Sejak tadi karena tanpa sengaja menonjok muka tampannya," ucap Aisyah.
Deg... seketika jantung Ren berdegup kencang hanya karena dibilang tampan oleh seorang gadis, padahal ia sudah terbiasa dengan pujian dari cewek cewek centil, tapi bila Aisyah yang mengatakan itu rasanya berbeda.
"Ada apa denganku?" batin Ren.
Aisyah datang dengan membawa air dingin untuk mengompres hidung mancung milik Ren.
"Oalah ganteng begini kok dibilang penjahat," kata Fatimah setelah melihat wajah Ren.
"Mana Ais tau Bu, Ais langsung tonjok aja, kamu juga kenapa tidak mengelak sih?" tanya Aisyah.
"Gak sempat mengelak, pukulan nya datang tanpa diduga," jawab Ren.
Entahlah ada apa dengan Ren, biasanya pukulan secepat apapun masih sempat ia mengelak, bahkan kecepatan peluru pun dapat ia hindari.
"Aww," Ren meringis saat Aisyah mengompresnya dengan es batu.
"Sakit ya?" tanya Aisyah.
"Enggak, enak," jawab Ren.
Buugh... Aisyah memukul dada bidang Ren. lalu Ren menangkap tangan Aisyah dan pandangan mata mereka bertemu. dengan secepatnya Aisyah mengalihkan pandangan kearah lain.
"Sudah, sekarang boleh pulang," kata Aisyah dengan nada mengusir.
"Jutek amat sih, untung cantik," ucap Ren tanpa sadar, untuk pertama kalinya ia memuji kecantikan cewek, ya walaupun tanpa sadar.
Sedangkan Aisyah sudah tersipu hingga wajahnya memerah. tapi ia berusaha menutupi semua rasa malunya.
Ren pun pamit pulang, dan tidak lupa mencium tangan Fatimah, sedangkan ayahnya Aisyah masih bekerja jadi tidak ada dirumah.
Ren tersenyum ke Aisyah sebelum masuk kedalam mobil, Aisyah pun membalasnya, sedangkan Adam yang melihat gerak gerik bos nya itu hanya bisa tersenyum juga.
"Udah, orangnya sudah pergi tuh, ngapain masih dipintu?" tanya Fatimah menggoda Aisyah.
"Enggak kok Bu, siapa juga yang memandang dia?"
Aisyah.
Semoga visual nya cocok dengan karakternya.
.
.
.