NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:256.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 10.

Sesampainya di dalam kamar, Inara menatap Aksa dengan air muka memelas. Dia tidak ingin berada di dalam satu kamar dengan pria yang tidak dia kenal itu, dia juga tidak ingin kejadian waktu itu terulang lagi.

"Tolong biarkan aku pergi, aku mohon!" Inara mengatupkan kedua telapak tangan, memohon agar pria itu mau melepasnya.

"Kalau aku tidak mau, kau mau apa?" jawab Aksa enteng, lalu menekuk kakinya di sofa.

Inara menautkan alisnya dan bersandar pada permukaan dinding. "Sebenarnya kau siapa? Apa yang kau inginkan dariku? Waktu itu kita bertemu di luar negeri, sekarang bertemu lagi di sini. Apa kau sengaja mengikuti ku?" cerca Inara dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatnya bingung.

"Jangan kepedean, ini hanya kebetulan karena aku ada keperluan di sini. Mana aku tau kalau kau juga ada di sini?" Aksa merentangkan tangan dan menyilang kan kakinya tanpa ekspresi.

Setelah mendengar jawaban Aksa, Inara tak berani bertanya lagi. Dia terdiam dan mematung di tempatnya berdiri tanpa pergerakan sama sekali. Dia masih takut dan trauma dengan kejadian malam itu. Jika pria itu melakukan hal yang sama lagi bagaimana? Hal itu membuat pikiran Inara jadi tak menentu.

Tidak lama, terdengar bunyi bel dari arah luar yang membuat Inara terperanjat. Aksa yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dan segera membukakan pintu.

"Selamat malam Tuan, saya datang mengantarkan pesanan Anda." ucap seorang pegawai dengan ramah, lalu mendorong troli makanan ke hadapan Aksa.

"Terima kasih, biar aku saja." Aksa menarik troli dan memberikan tips pada pegawai itu. Setelah pegawai itu pergi, Aksa langsung menutup pintu dan mendorong troli itu ke arah sofa.

Lalu Aksa duduk dan menatap Inara sambil menyipitkan matanya. "Kemarilah, temani aku makan dulu!" pinta Aksa.

"Tidak usah, kau makan saja sendiri. Setelah itu tolong antar aku pulang!" tolak Inara yang masih setia berdiri di tempatnya.

Aksa mengukir senyum di bibirnya, dia berdiri dan berjalan menghampiri Inara lalu meraih tangannya. "Jangan takut, aku tidak akan kurang ajar padamu!"

"Iya, aku percaya. Kau makan saja, aku akan menunggumu di sini." Inara menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakang.

"Makan dulu, kau pasti lapar kan?" bujuk Aksa, dia kemudian mengusap rambut Inara dan mengacak nya hingga kusut.

Kali ini dia benar-benar tidak tega menyaksikan wajah Inara yang terlihat gusar. Aksa tau semua ini salahnya, tapi dia tidak bisa menyudahi permainan ini. Dia ingin melihat sampai mana Inara sanggup bertahan dalam kondisi seperti ini.

Aksa kembali meraih tangan Inara dan membawanya ke sofa. Setelah Inara duduk, Aksa mengambil piring yang berisi makanan dan menaruhnya di tangan Inara. "Makanlah dulu!"

Inara mengangguk lemah. Mau tidak mau, dia terpaksa menurut dan langsung menyantap makanannya. Sebenarnya dia memang sudah sangat lapar sejak tadi, tapi dia malu mengakuinya.

"Siapa namamu?" tanya Aksa sambil mengunyah makanannya. Akting mulai dimainkan seolah-olah dia tidak mengenal Inara sama sekali.

"Inara," jawab gadis itu.

"Hmm... Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Aksa lagi.

"Magang," jawab Inara singkat.

"Oh, jadi kau masih kuliah. Jurusan apa?" tanya Aksa lagi.

"Kedokteran," sahut Inara.

"Dari mana asal mu?" Aksa bertanya lagi.

"Jakarta," jawab Inara.

"Wow, dari Jakarta tapi malah magang di kota kecil seperti ini. Kenapa tidak magang di pulau Jawa saja?" tanya Aksa lagi.

"Aku sengaja menjauh, gara-gara kejadian malam itu aku diusir dari rumah." jelas Inara.

"Siapa yang mengusir mu?" Aksa menyipitkan matanya.

"Kakakku... Eh, maksudku Kakak angkat. Aku tidak ingin kejadian itu diketahui oleh kedua orang tuaku. Kalau aku tetap tinggal di sana, dia akan menyebarkan video itu. Itulah sebabnya kenapa aku menjauh. Aku hanya ingin menyelesaikan kuliahku secepatnya. Jika nanti aku sudah mendapatkan gelar dokter, aku akan menyicil rumah dan membawa kedua orang tuaku pergi dari rumah itu. Kami tidak mungkin selamanya menumpang di sana." ungkap Inara dengan mata berkaca.

Aksa menghela nafas dan menghentikan suapannya. "Apa kau membenci Kakakmu itu?" Aksa penasaran dan langsung menanyakan itu.

"Sangat, aku sangat membencinya. Dari kecil sampai detik ini dia selalu membenciku tanpa alasan yang jelas, aku bahkan tidak tau salahku dimana. Mungkin karena aku jelek dan menumpang di rumahnya." lirih Inara.

Aksa langsung terdiam setelah mendengar itu. Sekejam itukah dirinya sehingga memupuk kebencian di hati Inara untuknya? Aksa sendiri bingung kenapa dia harus membenci gadis yang duduk di sampingnya itu.

"Terima kasih untuk makanannya, aku pulang dulu. Besok-besok tidak usah menemui aku lagi, aku sudah mengikhlaskan kejadian itu. Biarkan aku melanjutkan hidup dengan caraku sendiri!"

Inara menaruh piring kotor itu di atas troli, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

Setelah Inara menghilang dari pandangannya, Aksa terperangah dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Entah kenapa dia merasa tidak rela melepas Inara pergi darinya. Aksa kemudian berdiri dan berlari menyusul adiknya itu.

"Inara, aku antar ya!" seru Aksa dengan nafas tersengal.

"Tidak perlu, aku jalan kaki saja." sahut Inara, lalu melanjutkan langkahnya.

Kali ini Aksa terpaksa mengalah dan membiarkan Inara berjalan sesuai keinginannya, tapi Aksa tetap membuntutinya dari belakang untuk memastikan Inara selamat sampai kosannya.

Setelah Inara masuk ke dalam kosan, Aksa langsung memutar motornya dan kembali ke novotel untuk beristirahat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam telah pergi, matahari mulai menyingsing menyinari seluruh alam. Sebelum pukul delapan pagi Aksa sudah standby di depan kosan Inara, seringai tipis melengkung di sudut bibirnya saat gadis itu keluar dari balik pintu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Inara menautkan alisnya.

"Pagi Inara," sapa Aksa tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

"Iya, pagi. Apa yang kau lakukan di sini?" Inara bertanya lagi.

"Menjemputmu, memangnya tidak boleh?" Aksa menyipitkan matanya.

"Bukankah sudah ku bilang untuk tidak menemui ku lagi, kenapa tidak mendengar ku?" Inara mengayunkan kakinya. Hal itu membuat Aksa mendengus kesal, dia melompat turun dari motor dan meraih tangan Inara.

"Hei, jangan menyentuhku!" Inara menepis tangan Aksa dengan kasar.

"Kenapa kau ini keras kepala sekali sih? Aku hanya ingin mengantarmu, bukankah kemarin kau bilang sudah tidak punya uang lagi? Lalu bagaimana dengan makan mu?" ucap Aksa mengkhawatirkan keadaan adiknya itu.

"Tidak perlu memikirkan aku, aku bisa mencari pekerjaan sampingan sepulang dari rumah sakit nanti. Kau pergilah, jangan buang waktumu untuk hal yang tidak penting seperti ini!" Inara kembali melanjutkan langkahnya.

"Inara..." Aksa mengerutkan keningnya, lalu dengan cepat menaiki motor dan menyusulnya.

"Inara, jangan seperti anak-anak begini! Ayo, naiklah!" pinta Aksa sambil memepet langkah Inara.

"Kau..." Inara menghentikan langkahnya dan mengepalkan tangannya dengan erat.

"Bolehkah aku membunuhmu? Aku sudah muak melihat wajahmu," geram Inara sambil mengangkat tangannya ingin mencakar muka Aksa, tapi urung dia lakukan karena takut terkena pasal penganiayaan.

"Kenapa berhenti? Ayo, lakukan!" Aksa mengulum senyumannya.

"Aaaaaa..."

Inara benar-benar geram hingga akhirnya meremas lengan Aksa sekuat yang dia bisa.

"Kurang kencang Ra, tidak ada rasanya." ucap Aksa yang terlihat biasa-biasa saja, dia malah tersenyum saat Inara meremas dan memukul lengannya.

"Uhhhhh..."

Inara mendengus kesal dan melengos pergi begitu saja. Dia benar-benar kehilangan akal menghadapi sikap menjengkelkan pria itu.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!