Seorang gadis yang malang dia titipkan di panti asuhan oleh ayahnya sendiri selama bertahun tahun.
Banyak ujian yang pahit yang ia lalui sendirian tanpa sosok ayah di sisinya.
Dan suatu musibah terjadi, membuatnya harus terjebak bersama sosok pria yang terus menyiksanya.
Namun apakah ia sanggup untuk bertahan, di sisi Zein Alexander yang terkenal kejam dan terus menyiksanya?.
Dan bagaimana dia bisa lepas dari Zein Alexander?, apakah Celin akan terus terjebak bersama pria itu?.
Ikuti Kisah Mereka Yuk:
_Gadis Milik Tua Muda Kejam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Les07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Beberapa jam berlalu Zein rasa pelayan itu telah selesai mengerjakan tugasnya. Namun pemandangan yang pertama kali dia lihat di saat membuka pintu kamar membuatnya mengerutkan dahi, terlihat Celin yang tengah tertidur pula di atas sofa.
Zein meradang tersulut emosi "Wah ternyata tuan putri tertidur pulas" dengan raut muka dingin ia menatap gadis itu tajam, entah karena apalah yang membuat Zein sangat membencinya dia juga tidak tau apa alasannya, namun jika melihat wajah Celin membuatnya emosi.
"Ini makanan nya tuan" ucap pelayan dengan sopan.
"Letakan di atas meja, oh ya tolong ambilkan air dari kamar mandi" perintahnya. Pelayan itu langsung mengangguk patuh, tak lama dia kembali dengan gayung yang berisi air di dalamnya.
"Ini tuan" ucapnya seraya memberikan gayung tersebut. Zein langsung menerimanya dengan senyum penuh arti terukir di wajah tampan nya itu.
Byurrr
Dia langsung menumpahkan air tersebut ke wajah Celin. Namun Zein berdecak kesal menggeleng tak percaya karena tidak ada pergerakan sama sekali dari gadis itu, Celin benar benar tidak terusik padahal telah di guyur air dengan sengaja, dia tertidur dengan pulas bak orang mati.
"Bangun kan dia" tegasnya. pelayan itu langsung mengangguk patuh dan segera menghampiri Celin yang terbaring di atas sofa. Pelayang tersebut menepuk nepuk pipi Celin pelan namun seketika dia langsung menatap tuanya gugup. "Tu-tuan" ucap pelayan itu terbata bata
"Ada apa?" Zein mengernyitkan dahi.
"Tubuhnya panas sekali tuan" jawabnya gugup
Zein langsung menghampiri Celin, berjongkok mengulurkan punggung tangannya menyentuh kening gadis itu. "Sstttt, panas sekali" gumamnya. Lalu dia langsung berdiri dengan raut muka biasa saja, seakan tak menunjukan rasa khawatir sama sedikit pun.
"Panggil dokter Ken kemari"
"Ba-baik tuan" jawabnya, lalu pamit undur diri.
Zein menghela nafas kasar "Dasar menyusahkan."
Mau tidak mau dia harus memindahkan Celin ke atas ranjangnya, bukannya tidak ada yang membantunya, namun dia tidak mau orang sembarangan masuk ke dalam kamar pribadinya.
Setelah memindahkannya ke ranjang, Zein menatap wajah pucat yang tertidur lelap itu dengan datar. "Hari ini ku biarkan kau beristirahat, tapi lihat saja besok besok akan ku pastikan kau menangis meraung raung memohon ampun kepadaku."
Setelah mengucapkan itu ia langsung meninggalkan kamar pribadinya menuju ke ruang kerja.
"Hallo ada apa Lex?." jawab William dari seberang telpon, baru saja ia ingin beristirahat karena pekerjaan hari ini sungguh menguras tenaganya, sahabat sekaligus atasannya itu sama sekali tidak membiarkannya beristirahat.
"Temani aku minum"
"Hais bisa tidak kau membiarkanku istirahat sebentar" jawabnya memelas.
"Sekarang atau gajimu bulan ini ku potong" ancam Zein tegas.
"Ya iya baiklah" ucapnya pasrah. Tanpa berkata kata lagi Zein langsung memutuskan sambungan telpon.
"Shitt sialan" desis William, "pantasan tidak ada wanita yang bertahan dengan sikapnya yang semena mena begitu" gerutunya lalu bersiap siap untuk menemui Zein. Ingin sekali William mengumpat di depan pria itu dengan berbagai kata pedas, namun William masih sayang nyawa dan gaji tentunya.
*
"Kau urus dia" ucap Zein datar kepada dokter Ken yang menangani Celin.
"Kenapa dia bisa begini Lex?" tanyanya
Zein menatap sepupunya tajam "Kau tak perlu tau, lakukan saja tugasmu"
"Hais kau ini, anak gadis orang kau buat begini di mana hati nurani mu wahai tuan terhormat!!"
"Kau kejam sekali menyiksanya sampai seperti ini!"
Zein tak menggubris dia langsung beranjak keluar tanpa ingin tahu bagaimana keadaan gadis itu, karena William telah menunggunya sedari tadi.
"Dasar manusia dingin!" gerutu Ken, lalu dia menatap wajah pucat Celin yang terbaring lemah di atas ranjang. Ken menghela nafas setelah selesai memeriksa Celin dia duduk di sofa sembari mengawasi gadis itu.
"Ck aku tak habis pikir dengan kelakuan Zein, untuk apa dia menahan gadis ini di sini, baru kali ini aku melihat dia membawa seorang perempuan. Sebenarnya apa hubungan mereka?" batin Ken dengan pandangan tak lepas dari arah ranjang.
_To Be Continued_
woyy alice enk ajja nuduh sembarangan
lanjut thorr