Dia Anaku

"Anggi" panggil seseorang "Kamu benar Anggi kan, aku nggak salah lihat" orang itu memastikan.

"Fira" Anggi mengangguk tak percaya dia bisa bertemu dengan sahabatnya lalu mereka berpelukan.

"Aku kangen sama kamu, ternyata kamu masih hidup" ucap bahagia Fira.

"Aku juga kangen sama kamu"

"Kamu kemana aja ha?" tanya Fira setelah melepaskan pelukannya.

"Mm ceritanya panjang, Tunggu maksudnya apa aku ternyata masih hidup?"

"Semua orang pikir kamu hanyut disungai dan tidak ditemukan jasadmu, karena ada dompetmu disekitar sungai, ada identitas kartu pelajarmu"

Lalu mereka mencari tempat untuk mengobrol sebentar Anggi menceritakan semua yang terjadi padanya.

Dompetnya terjatuh saat dia pergi tidak tau arah dan tujuan karena waktu itu keadaanya sangat kacau.

"Aku ini kamu anggap sebagai apa hah? kita sahabat Gi seharusnya kamu tidak menanggungnya sendirian" Fira agak kecewa merasa dia tidak dibutuhkan.

"Maafkan aku Fir, waktu itu kamu juga ada masalah"

"Aku juga minta maaf, aku tidak ada disaat sahabatku butuh"

"Nggak papa, mm gimana keadaanya Hanisa"

"Aku juga udah lama nggak kontekan sama dia, tapi terakhir dia baik - baik saja bersama suaminya"

"Lalu apakah kamu tau dimana orang tuaku berada"

"Mereka pindah aku tidak tau mereka ada dimana, tapi aku masih punya no hand pone mamamu aku tidak tau masih bisa dihubungi apa tidak, beliu kasih no ini kalau seandainya aku ada kabar tentangmu langsung suruh hubungi beliu, aku pikir kamu benar - benar pergi meninggalkan kita semua, coba aja hubungi beliu ya" Anggi mengangguk sambil menangis.

"Makasih Fir"

"Kamu banyak berubah" Fira melihat penampilan Anggi walau sederhana tapi terlihat waw.

"Berubah bagaimana dari dulu aku juga begini, kamu juga sampe aku pangling" mereka tersenyum.

"Kamu makin cantik aja, pasti Davin nyesel kalau ketemu lagi sama kamu"

"Nggak Fir aku nggak mau lagi ketemu sama dia"

"Oke" mereka masih kangen - kangenan sampai jam 9 malam Anggi baru pulang.

Sedikit lama Anggi terdiam hanya melihat layar gadgetnya antara memangil atau tidak jujur dia sangat merindukan orang tuanya tapi nggak atau kenapa dia merasa takut.

Diklik tanda memanggil berwarna hijau dan didekatkan ditelingga.

Tuuut.

Tuuut.

Tuuut.

Tanda no masih aktif tidak lama terdengar suara seorang wanita mengangkat panggilanya.

"Hallo" suara serak tapi lembut dari sebrang sana.

Anggi menutup mulutnya dia tidak sanggup meneteskan air matanya, dia menangis tidak bersuara.

"Hallo" ucapnya lagi karena tidak ada jawaban.

"H h hallo" jawab Anggi bergetar mungkin sangking bahagianya dia bisa mendengar suara ibunya.

Dan disebrang sana terlihat seorang wanita paruh baya berbaring lemah diatas kasur wajah yang pucat, mata yang sayu tiba - tiba terbuka lebar mendengar suara yang dia kenali walaupun sudah 17 tahun dia masih mengenali suara yang selama ini dia rindukan.

"A a anggi" sambil bergetar mama Nia menyebut nama anaknya.

"Iya ma ini Anggi"

"Sayang mama merindukanmu"

"Anggi juga sangat merindukan mama, maafkan Anggi ma"

Semenjak kabar tentang anak semata wayangnya dia sakit - sakitan walaupun sakit dia tetep bertahan dia merasa Anggi masih hidup karena sebuah ikatan seorang ibu bisa merasakanya.

Perselisihan antara kedua orang tuanya sudah baik - baik saja, ya semenjak hilangnya Anggi mereka sadar bahwa berharganya anak semata wayang mereka, ego tidak akan membuat kemenangan tapi akan membuat hancurnya sebuah keluarga yang dibangun selama ini.

Dan mereka pindah rumah karena pekerjaan ayahnya lah yang membuat mereka pindah, ayahnya dipindah tugaskan kekota surabaya.

(Aku ikut nangis buat cerita ini🥲kayak kenyataan, aku juga merindukan orang tuaku, Do'a untuk mereka🤲)