NovelToon NovelToon
SISA RASA “Kala Mantan Menggoda”

SISA RASA “Kala Mantan Menggoda”

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Balas Dendam / Wanita Karir / Teman lama bertemu kembali / Pihak Ketiga
Popularitas:460.6k
Nilai: 5
Nama Author: Five Vee

Marsha Aulia mengira, ia tidak akan pernah bertemu kembali dengan sang mantan kekasih. Namun, takdir berkata lain. Pria yang mengkhianatinya itu, justru kini menjadi atasan di tempatnya bekerja. Gadis berusia 27 tahun itu ingin kembali lari, menjauh seperti yang ia lakukan lima tahun lalu. Namun apa daya, ia terikat dengan kontrak kerja yang tak boleh di langgarnya. Apa yang harus Marsha lakukan? Berpura-pura tidak mengenal pria itu? Atau justru kembali menjalin hubungan saat pria yang telah beristri itu mengatakan jika masih sangat mencintainya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Kamu Merayakan Ulang Tahun Gadis Itu.

“Kamu kenapa?” Tanya Chef Robby saat Marsha memutar sedikit badannya untuk melihat ke arah lift yang di tumpangi oleh Aldo.

Marsha menggeleng pelan. Namun hatinya masih penasaran dengan wajah sang asisten General Manager itu. Terlihat tidak asing, dan Marsha merasa pernah bertemu sebelumnya.

‘Apa dia Aldo?’ Batin Marsha menerkanya.

“Apa dia mantan kekasihmu?” Tanya Chef Robby. Dan pertanyaan itu membuat Marsha hampir terjatuh, karena tidak fokus pada lantai yang di pijaknya.

“Hati-hati, Sha.” Chef Robby menahan lengan gadis itu.

“Terimakasih, Chef.”

Karena akan pergi berbelanja berdua, Marsha dan Chef Robby pun menumpang sebuah taksi, menuju salah satu pusat perbelanjaan. Dan berpisah dengan dua rekan senior cook yang memilih kembali ke apartemen mereka.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku, Sha.” Chef Robby kembali berbicara saat mereka telah duduk dengan nyaman di dalam mobil taksi.

“Pertanyaan apa, Chef?” Marsha tidak mendengarkan.

Chef Robby menghela nafas pelan. “Apa pak Revaldo itu mantan kekasihmu?” Ulang pria berusia tiga puluh lima tahun itu.

Kepala Marsha menggeleng pelan. “Aku sendiri tidak yakin, dimana pernah bertemu dengan pak Revaldo sebelumnya?”

Gadis itu mencoba mengingat. Selama tinggal di Bali, ia belum pernah bertemu dengan orang asing. Hanya para rekan kerjanya di hotel.

Lalu ia teringat dengan Aldo. Bukannya pemuda itu berpenampilan culun, dan berkacamata tebal? Atasannya tadi bernama Revaldo, sementara Marsha sendiri tidak tahu nama lengkap Aldo, karena mereka mengambil jurusan yang berbeda. Gadis itu mengenal Aldo karena waktu itu Rafael yang mengenalkan sebagai tetangga kostnya.

Ah, lagi-lagi Marsha teringat dengan mantan kekasihnya itu.

“Mungkin benar kata pak Revaldo tadi, wajah pemuda itu yang pasaran.” Chef Robby menganggapi.

“Pemuda? Maksud Chef, apa dia lebih muda dari Chef?” Tanya Marsha yang masih penasaran dengan sosok asisten General Manager itu.

“Dia masih muda. Di bawah tiga puluh. Setahu aku, dia berteman baik dengan General Manager. Dan sudah menjadi asistennya sebelum pria itu memimpin hotel saat ini.” Chef Robby menjelaskan.

Marsha kembali di buat penasaran oleh ucapan Chef Robby. Gadis itu memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi.

‘Tidak. Pasti hanya sebuah kebetulan. Pak Revaldo hanya mirip dengan Aldo. Bahkan mereka berbeda.’

“Kita sudah sampai, Sha.” Ucap Chef Robby membuyarkan lamunan gadis itu. Mereka pun keluar dari taksi.

Marsha membeli persediaan bahan makanan, mulai dari bumbu-bumbu dapur, sayuran, daging, beras, telur, roti dan susu untuk sarapa, beberapa botol air mineral dan jus jeruk dalam botol. Tak lupa gadis itu membeli mie instan. Makanan favorit semua umat manusia.

Setelah mendapatkan semua barang yang di perlukan, gadis itu pun mendorong troli belanja menuju kasir. Dan kebetulan, Chef Robby juga telah selesai memilih keperluannya.

“Biar aku yang bayar, Sha.” Chef Robby menawarkan, sembari memperlihatkan kartu kredit miliknya. Mereka tengah mengantri di depan kasir, yang sore itu sedikit mengular.

Marsha menggeleng dengan kencang. “Tidak. Terimakasih, Chef.” Ia tidak enak hati. Yang gadis itu beli lumayan banyak. Tidak mungkin menerima traktiran dari Chef Robby.

“Tidak apa-apa, Sha.”

“Tidak. Kalau Chef yang bayar, aku tidak mau lagi pergi belanja sama Chef.” Ucap Marsha dengan nada mengancam.

Mendengar ucapan gadis itu, sudut bibir Chef Robby terangkat. Itu artinya Marsha tidak keberatan jika mereka pergi berdua lagi.

“Baiklah. Aku memilih kita pergi berbelanja lagi.” Pria dewasa itu kemudian mempersilahkan Marsha untuk menghitung belanjaannya terlebih dulu.

\~\~\~

Sandra sedang duduk di ruang keluarga, sembari menggores pensil di atas buku gambar. Membuat desain gaun pengantin atau pun gaun pesta, yang kemudian ia jual kepada para desainer ternama.

Hanya itu yang bisa Sandra lakukan. Keterbatasan fisiknya membuat wanita itu tidak bisa melakukan pekerjaan dengan normal.

Fokus wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu teralihkan saat melihat salah asisten rumah tangganya lewat membawa sapu lidi ke arah ruang kerja sang suami.

“Tunggu.” Wanita itu meletakkan pensilnya. Kemudian mendorong kursi roda menuju asisten rumah itu.

“Ya, Bu?”

“Untuk apa bibi membawa sapu lidi kesana?” Tanya Sandra pada sang asisten rumah.

“Itu Bu, ada sesuatu jatuh ke bawah kolong laci meja kerja bapak. Jadi saya harus pakai sapu ini untuk mengambilnya.” Jelas asisten yang seorang wanita berusia empat puluh tahun itu.

“Apa?” Sandra pun mengikuti langkah wanita paruh baya itu karena penasaran.

Asisten rumah tangga itu berjongkok, kemudian memasukkan sapu lidi di bawah kolong laci, meja kerja Rafael.

“Apa itu?” Tanya Sandra saat wanita paruh baya itu kembali berdiri.

“Lilin ulang tahun, Bu.” Ia menunjukan dua buah lilin berbentuk angka dua dan tujuh yang telah terbakar bagian atasnya.

“Bukannya bapak tidak mau ulang tahunnya dirayakan ya, Bu? Kenapa bisa ada lilin disini?” Tanya wanita paruh baya itu lagi. Meski baru tiga tahun bekerja dengan keluarga Rafael, namun ia sudah mengetahui sedikit banyak kebiasaan para majikannya. Termasuk Rafael yang tak mau merayakan hari kelahirannya.

Sandra mengulurkan tangan, meminta sisa lilin itu. “Bibi boleh pergi.”

Meski ragu, wanita paruh baya itu pun meninggalkan ruang kerja sang majikan. Ada rasa iba yang menyelimuti hatinya kala melihat perubahan raut wajah Sandra. Bukannya tidak tahu, justru para pekerja sangat mengetahui bagaimana hubungan rumah tangga majikan mereka.

Jantung Sandra berdetak lebih cepat. Tangannya gemetar meremat sisa lilin berbentuk angka itu. Ulang tahun Rafael masih dua bulan lagi, lalu untuk apa lilin ini ada di ruang kerja suaminya?

Mata wanita itu memindai sekitar, ia mencari apapun yang bisa memberi petunjuk. Tatapan ibu satu anak itu jatuh pada kalender kecil di atas meja.

Sandra pun mendorong kursi rodanya mendekat, kemudian meraih kalender itu. Di buka lembaran kertas yang telah berlalu. Matanya memanas ketika melihat satu angka di lingkari dengan tinta merah berbentuk hati.

“Cha-Cha.”

Kalender kecil itu pun jatuh di atas pangkuannya. Tanpa terasa air mata Sandra menetes membasahi pipi.

“Kamu merayakan ulang tahun gadis itu. Bahkan sudah sebulan yang lalu.”

Sandra pun tersenyum getir. Rafael tidak pernah mau merayakan hari kelahirannya sendiri, namun pria itu merayakan hari ulang tahun mantan kekasihnya.

“Maamaa.”

Suara teriakan sang putri terdengar, Sandra pun mengusap lelehan air mata di pipinya. Menyimpan kembali kalender di atas meja, kemudian membuang lilin ke dalam tempat sampah yang tersedia di dekat meja kerja. Wanita itu kemudian memutar kursi rodanya keluar.

“Ya, sayang. Mama disini.”

Sang putri pun berlari memeluk lututnya.

“Jangan berlari. Nanti kamu terjatuh.” Ucap Sandra mengusap kepala sang putri. Ia sangat menyayangi Safa. Karena hanya gadis kecil itu yang ia miliki. Pelipur lara hatinya.

“Mau mandi sama mama.” Ucap gadis kecil bernama Safa itu.

“Tentu. Ayo kita ke kamar.” Sandra mengakat tubuh sang putri. Meletakan bocah berusia empat tahun itu di atas pangkuannya.

“Bi, tolong bantu aku ke kamar.” Ucap Sandra yang kesulitan mendorong kursi rodanya sendiri jika Safa ikut di atasnya.

“Iya, Bu.”

1
Kania Rahman
Ahir yg bahagia, trimakasih banyak ceritanya thor sukses dan tetap jaga kesehatan 👍👍💪💪
Rose
ku tunggu karya selanjutnya kak..😍
@Al🌈🌈
Bagus
Muhammad Dimas Prasetyo
terima kasih Thor atas cerita nya
Muhammad Dimas Prasetyo
jangan menggerutu sha nanti anakmu meniru ibu mertua mu
Rose
eh..omongannya awas kedengeran lho cha sama bumernya, bisa berabe itu..😁😁
Ita Putri
kenapa ya selalu seperti ini main caracter selalu menolak saat di bawa ke RS saat ada dugaan hamil
Rose
congratulation to rafael and marsha..👍👍
neni onet
finally keponakan onlen aku bakalan nambah neeh 😁
Muhammad Dimas Prasetyo
tokcer juga Rafael...untung dulu ga membuahkan hasil,berarti tuhan Masih sayang kalian harus disyukuri itu.
Yeni Astriani
selamat untuk rafael dn marsha bentar lagi jadi ayah dan ibu, dn bahagia selalu utk keluargamu
Rose
rafael sachet coming soon..😀
Kania Rahman
sehat selalu 💪💪 sukses tuk karya karyanya,👍👍
Kania Rahman
kayanya beneran hamil deh,sehat selalu 💪💪👍👍
Muhammad Dimas Prasetyo
marsha bener hamil ini sih..
Muhammad Dimas Prasetyo
apalagi kalo Marsha nanti hamil akan banyak drama jika Rafael terlalu sering bertemu sandra
lovina
cerita paling konyol..wanita paling bego...kacau cerita ini, jika ada yg blng crita ini bagus sy rasa di dunia nyata bahkan hayalan pun tdk akan ada wnaita bego kek gini..dan alur yg sgt konyol..
lovina
crita kek gini selalu sama...mas aiya g move on..selalu balik sm mantan sklipun si mantan dah nikah, mau mereka bahagia atau tdk ttp sj namanya di khianati..jd tdk ada kata sm2 menderita..
efvi ulyaniek
parfum sama orangnya sama2bikin mual ya sha😀😀
Rose
kayaknya ada yg semakin dkat nih.. cobalah membuka hatimu san, trima aldo pelan² sbgai teman aja dulu kl cocok bs jd pasangan..😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!