How To Divorce My Husband

0022. I’angoisse Du Roi (Kegelisahan raja)

“N’est-ec pas la reine Robelia (bukan kah itu ratu Robelia?”

“Oui La reine qui venait d’ȇtre abandonee par le roi pour sa concubine (Iya. Ratu yang baru saja ditinggalkan raja demi selirnya).”

“Quelle malchance (malang sekali nasibnya).”

Pembicaraan itu ditujukan pada wanita cantik yang menggunakan long dress dengan bagian dada berbentuk shoulder, sedangkan bagian kerah dibuat seperti kalung yang dilengkapi dengan main diamond, yaitu berlian Imperial white diamond yang memiliki berat 39,31 carat. Bentuknya oval sempurna dengan warna yang memanjakan mata. Imperial white diamond terbuat dari Milky Quartz, permata seputih susu dan seputih salju. Hadiah pertama yang diberikan mendiang ratu terdahulu kepada Putri Mahkota yang kelak akan menjadi ratu Robelia.

Kehadiran wanita cantik yang sekarang telah dimahkotai dengan gelar ratu, malah menjadi bahan pembicaraan. Bukan lagi objek yang dilihat dengan penuh kekaguman.

“Berani sekali mereka membicarakan seorang Ratu? Apakah mereka sudah bosan hidup?” kalimat dengan nada tak suka itu datang dari pria yang sejak tadi hanya bisa menyaksikan ratu Robelia menjadi bahan pembicaraan.

Wanita cantik itu terlah hadir di ballroom istana Alexia seorang diri, berbeda dengan tamu undangan pada umumnya yang datang bersama pasangan resmi. Di antara banyaknya pasangan yang berlalu-lalang, wanita cantik itu tampak kesepian. Berdiri seorang di tempat yang teras asing baginya.

“Aku akan segera menemani mu,” kata pria itu seraya bergerak maju, mendekati posisi wanita cantik tersebut. Namun, seolah-olah ada dinding tak kasat mata yang memisahkan mereka, ia tak bisa menjangkau wanita cantik yang tak lain dan tak bukan adalah istrinya sendiri.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa dengan jelas melihat bagaimana sang istri diam-diam dibicarakan. Diasingkan. Hingga ditertawakan.

Semua itu terjadi akibat sang istri datang seorang diri. Sebagai seorang suami, ia seharusnya menemani. Namun, ia lebih mendahulukan kenyamanan kekasihnya, ketimbang memikirkan perasaan sang istri yang ditinggalkan begitu saja. Sekarang ia melihat secara langsung efek dari tindakannya.

“Kayena,” panggilnya, namun sang istri tampak tak menggubris. Wanita cantik itu masih terjebak di antara lautan manusia yang menertawakannya.

“Yang Mulia Raja …?”

“Kayena,” panggil Kaizen lagi, menghiraukan panggilan yang sayup-sayup terdengar di telinganya.

“Yang Mulia.”

Kaizen tetap memanggil nama sang istri. Mencoba menggapai wanita yang telah ia tinggalkan begitu saja di negeri orang, namun tak kunjung berhasil sampai ia membuka mata dan menemukan wajah bingung kekasihnya.

“Yang Mulia, ada apa? apa Anda mimpi buruk?”

Wanita yang menggunakan kemeja putih kebesaran—milik Kaizen—tampak mengernyitkan kening.

“Aku mimpi aneh,” gumam Kaizen yang tengah berusaha mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang. Jemari tangannya kemudian hinggap di kepala, merasuk di antara helaian rambut hitamnya.

“Anda sampai mandi keringat, Yang Mulia,” kata kekasihnya.

Ketika menoleh, Kaizen menatap dalam-dalam wanita yang menggunakan kemejanya itu. Ditatap demikian, Katarina tentu saja merasa gugup.

“Ada apa, Yang Mulia?”

“Apa Ratu sudah kembali?”

Katarina speechless mendengar kalimat Kaizen. Ia pikir pria itu akan memuji dengan kata-kata “cantik” atau “manis” dan “sexy” seperti biasa—ketika ia menggunakan pakaian pria itu. Lain dengan situasi saat ini.

Tidak ada angin, tidak ada hujan, pasca mereka bangun dari tidur singkat setelah menghabiskan dua ronde permainan panas di atas ranjang, kenapa yang ditanyakan adalah sang Ratu? Padahal sudah jelas-jelas wanita itu masih ada di negeri orang. Entah bagaimana dengan nasibnya, Katarina tidak tahu dan tidak mau tahu juga. Toh, cukup baginya menjadi satu-satunya wanita yang dibela habis-habisan oleh Kaizen.

Bohong jika Katarina tidak kesal ketika kehadirannya tidak diterima oleh raja Alexia. Ia merasa rendah di mata raja yang anti poligami tersebut. Untung saja Kaizen membelanya tanpa pandang bulu. Ia bahkan rela meninggalkan sang istri demi dirinya.

“Belum, Yang Mulia. Kima—pelayan saya mengatakan jika terjadi hujan dan badai di perairan sebelah barat. Jadi, tidak mungkin rombongan Yang Mulia Ratu kembali … Anda mau kemana Yang Mulia?” tanya Katarina ketika sang raja beranjak begitu saja dari ranjang.

“Aku akan memastikannya sendiri,” ungkap sang raja ketika ia mengenakan jubah tidur yang terbuat dari kain sutra untuk menutupi tubuh shirtless-nya.

“Bukannya ini masih terlalu dini, Yang Mulia?”

“Matahari sebentar lagi akan segera naik ke permukaan, Katarina,” sahut sang raja ketika baru saja selesai mengikat tali jubah yang melindungi tubuhnya. “Kembalilah ke kamar mu,” perintahnya kemudian. “Kita telah menodai ranjang milik istriku. Mintalah maaf ketika dia kembali.”

Katarina yang masih berada di atas ranjang hanya bisa terdiam. Menodai ranjang milik istriku? Hah.

Rasanya Katarina ingin tertawa mendengarnya. Kemarin, ketika mereka hendak bermain gila, Kaizen mana ingat situasi dan kondisi. Sampai mereka berakhir di atas ranjang itu pun, tidak ada penyesalan sama sekali. Memang tempat ini milik istrinya. Milik ratu Robelia. Semua orang juga tahu jika rumah kaca dengan tanaman Lobelia di sepanjang jalan menuju ke bagian dalamnya adalah tempat pribadi yang sangat disukai oleh ratu negeri ini. Namun, Katarina juga telah berjanji jika tak lama lagi tempat ini akan menjadi miliknya. Seperti sang suami yang telah menjadi miliknya. Langkah berikutnya yang ingin dapatkan tentu saja posisi ratu negeri ini.

“Hormat saya, Yang Mulia Raja.”

Kael, tangan kanan raja langsung menyapa ketika Kaizen hendak meninggalkan ruang kaca. Penyesalan selalu datang terlambat, kalimat itu memang benar adanya. Sekarang ia merasa menyesal karena menodai tempat favorit sang istri selain istana ratu.

“Ada apa, Kael?”

Kepala pengawal yang datang membawa sebuah informasi itu tampak menimbang-nimbang ketika hendak menyampaikan informasi bawaan nya.

“Kaelus, ada apa?”

“Begini, Yang Mulia. Saya baru saja mendapatkan informasi dari nelayan di sekitar pelabuhan utama, jika ada kapal layar berlambang kerajaan Robelia yang dijarah perompak.”

Kaizen terhenyak mendengarnya. “A-pa?! bagaimana bisa kapal layar berlambang kerajaan Robelia dijarah perompak begitu saja?”

“Jika itu adalah kapal layar yang digunakan Yang Mulia Ratu, alasan pertama kenapa para perompak bisa menjarahnya karena di atas kapal layar itu hanya ada 10 perwira muda dan menengah. Anda … sama sekali tidak memberikan keamanan tambahan pada Yang Mulia Ratu.”

💰👑👠

TBC

Note : Maaf belum bisa tempati janji double update 🙏🏻 soalnya di reL life lagi sibuk 🫂

Semoga suka. sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, komentar, follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗

Tanggerang 04-04-23