How To Divorce My Husband
...Selamat datang di cerita Fantasi gendre historical romance pertama Author 🤗...
...Kali ini temanya Reinkarnasi....
...Semoga suka 😘...
...Jangan lupa like, vote, komentar, follow Author, share, tonton iklan sampai selesai dan tabur bunga 🖤...
...VISUAL...
Queen Kayena de Pexley
King Kaizen Alexander Kadheston
Grand Concubine Katarina
Prince Kaezar Kadheston
001. Pauvre Reine (Ratu yang Malang)
Hembusan udara yang agak dingin, namun segar di pagi hari, berhasil membuat tirai melambai-lambai. Suara ombak samar-samar terdengar menghantam tebing, menjadi latar belakang yang indah, seperti pagi-pagi biasanya.
“Bukan kah dia sangat tampan?”
“Benar Yang Mulia Ratu. Pangeran Cassel sangat tampan, seperti Yang Mulia Raja.”
Wanita cantik dengan gurat-gurat bahagia di antara rona pucat itu menyunggingkan senyum dengan pandangan tertuju pada satu arah. Semenjak berhasil melahirkan bayi ke-4 yang diberi nama Prince Cassel Kadheston, ia merasakan kelegaan yang luar biasa. Putra tampan itu lahir dengan kondisi sehat tanpa cacat, tepat ketika usia kandungannya genap 38 minggu.
“Apakah sekarang saya harus mengunjungi istana Raja untuk memberitahukan kabar bahagia ini?”
“Tidak. Aku ingin memberitahu Yang Mulia Raja secara langsung,” jawab wanita cantik yang merupakan pemegang gelar kehormatan Queen Consort atau istri penguasa di sebuah wilayah bernama Robelia.
Namanya adalah Kayena de Pexley. Seorang putri Grand Duke yang memiliki peran penting dalam bidang militer dan pertahanan kerajaan Robelia (dalam kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, Grand Duke dapat diterjemahkan sebagai Adipati Agung).
Berbeda dengan pemilik gelar Duke yang merupakan gelar kebangsawanan dimana kedudukannya berada di bawang King, Grand Duke merupakan gelar baru yang disandang penguasa wilayah yang memiliki peran penting dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi. Wilayah kekuasaan Grand Duke biasanya disebut Grand Duchy. Sedangkan wilayah kekuasaan seorang Duke atau Duchess biasanya disebut Duchy atau Dukedom.
Kayena adalah istri sah yang diakui oleh kerajaan Robelia. Sekaligus pemegang gelar kehormatan Queen Consort atau istri penguasa selama tujuh tahun ini. Ia telah melahirkan 4 pangeran tampan selama menjadi Ratu. Namun sayang, Tuhan belum memberikan kepercayaan lebih pada Kayena untuk membesarkan pangeran-pangeran kecilnya. Tak genap sampai berusia 1 bulan, para pangeran yang lahir dari rahim Kayena selalu meninggal dunia secara tiba-tiba.
“Ibu harap Cassel terus dilimpahi kesehatan oleh Tuhan,” doa Kayena kala ia meraih tubuh mungil putra tercintanya yang diberi nama Cassel.
Nama tersebut Kayena dapatkan dari sebuah wilayah bernama Kassel yang dibaca ‘kasǝl. Namun, secara resmi pada tahun 1926 disebut Cassel. Sebuah wilayah yang membentuk kota terbesar di Hessen bagian Utara, Jerman. Tempat yang pernah ayah Kayena kunjungi saat Kayena masih berada dalam kandungan. Ketika menunggu kelahiran Kayena, Grand Duke Pexley telah menyiapkan dua nama bagi anak ketiganya. Akan diberi nama Cassel jika anaknya laki-laki lagi, dan Cayena atau Kayena jika anaknya perempuan. Nama Cassel tidak terpakai saat bayi yang lahir adalah perempuan, kemudian diberi nama Kayena.
Pada kelahiran cucu pertama, kedua, dan ketiga pun, Grand Duke Pexley tidak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan nama. Cucu pertama dari Kayena diberi nama Prince Carcel yang diambil dari nama leluhur Raja Robelia pertama. Cucu kedua dan ketiganya diberi nama Prince Cassian dan Prince Clayton yang diberikan oleh Ibu Suri—ibu Raja saat ini. Katanya, nama tersebut adalah nama pilihan dari Raja terdahulu untuk cucu-cucunya dari garis keturunan putra mahkota. Baru pada kelahiran cucu keempat, Grand Duke Pexley mendapatkan kesempatan tersebut.
“Saya baru mendapat kabar jika Yang Mulia Raja telah tiba di ibu kota.”
“Benar kah?”
“Iya, Yang Mulia Ratu.”
“Kalau begitu segera bantu aku bersiap, Kima.”
Wanita muda dengan gaun sederhana ala pelayan, namun tetap dibuat dari kain pilihan itu mengangguk. Namanya adalah Kima Wiloma, maid pribadi Kayena yang dibawa dari kediaman Grand Duke Pexley. Kima hanya terpaut usia beberapa tahun lebih muda dari Kayena. Maka tak heran jika ia bisa menjadi sangat dekat, bahkan sudah dianggap saudari sendiri oleh Kayena.
“Baik, Yang Mulia,” jawan Kima seraya tersenyum tipis. Ia merupakan saksi hidup perjuangan Kayena dalam usaha mendapatkan cinta dari suaminya sendiri.
Walaupun sudah ditentukan akan menikah di masa depan, Kayena pernah berharap jika calon suaminya punya niatan untuk membuka hati. Namun, harapan Kayena tidak pernah menjadi kenyataan sampai detik ini. Kayena tidak pernah mendapatkan cinta suaminya sedikitpun. Kayena hanya dianggap sebagai mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak, yaitu keluarga kerajaan dan keluarga Grand Duke Pexley.
Diam-diam Kayena masih berharap jika suaminya bisa membuka hati setelah kelahiran putra keempat mereka yang baru berusia dua hari. Secara langsung Kayena akan memperkenalkan putranya kepada sang suami yang baru kembali dari perjalanan. Ditemani oleh Kima yang bertugas untuk membawa Prince Cassel, Kayena yang malam itu tampil cantik dengan vintage night dress warna putih dengan model lace yang dibuat dari bahan sutra terbaik, dilapisi jubah hangat yang menyamarkan vintage night dress yang digunakannya.
Sepanjang perjalanan, para penghuni istana raja yang ia temui langsung menunduk hormat, apalagi saat sadar jika calon Putra Mahkota juga ada bersama mereka.
“Anda terlihat sangat lelah, Yang Mulia.”
Gerakan tangan Kayena yang baru saja meraih pegangan pintu berwana emas itu terdiam. Tidak ada penjaga di depan pintu ruang istirahat pribadi Raja, karena mereka ditempatkan beberapa meter dari pintu masuk. Biasanya hal itu dilakukan ketika Raja yang mengeluarkan titah.
“Yang Mulia Ratu, ada apa?” tanya Kima, setengah berbisik.
“Mundur lah, Kima. Bawa Pangeran ke depan,” ujar Kayena. Tanpa banyak kata, Kima pun menunduk hormat sebelum undur diri bersama Prince Cassel yang masih terlelap dalam balutan kain lembut berkualitas terbaik.
Kayena telah berhasil membuat celah di antara pintu, sehingga ia bisa mendengar suara lain selain suara milik suaminya. Kayena tahu betul suara lembut yang mendayu-dayu di telinga itu milik siapa.
“Rasa lelah ku menghilang setelah kamu menyambut kepulangan ku.”
Itu baru suara suaminya. Suara berat yang dalam dan mampu membuat siapapun yang mendengarnya merinding. Pembicaraan yang berasal di dalam sana masih tidak berhenti sampai di situ. Sampai pada akhirnya nama sang putra dibawa-bawa, Kayena langsung waspada.
“Pangeran Cassel sangat tampan. Sangat mirip Yang Mulia.”
“Kamu sudah melihatnya?”
“Iya. Pagi tadi saya datang untuk melihat Pangeran Cassel. Saya langsung jatuh cinta setelah melihatnya untuk pertama kali.”
“Bagus lah jika kau jatuh cinta pada putra ku,” sahut suara milik suaminya.
Kayena masih mendengarkan dengan seksama. Ia bahkan sudah berada di dalam ruangan tanpa menimbulkan suara.
“Aku berencana membuat mu menjadi Ibu baptis Pangeran Cassel.”
Kayena mematung mendengarnya. Ibu baptis putranya telah ditentukan secara sebelah pihak?
“Aku tidak membutuhkan Ratu lagi, jika Pangeran Cassel sudah dekat dengan mu.”
“Bagaimana mungkin Yang Mulia bisa melakukan itu pada Yang Mulia Ratu?”
“Apa yang tidak bisa aku lakukan untuk mu? Setelah menyingkirkan Ratu, aku akan memberikan Pangeran Cassel pada mu. Aku percaya putra ku akan menjadi sosok yang hebat jika berada dalam pengawasan mu.”
Kayena hampir saja kehilangan pijakan jika ia tidak menggunakan tangannya untuk menopang tubuh. Berpegangan pada sebuah pilar menjadi penolong bagi Kayena yang hampir saja terhuyung.
Sang suami berencana memisahkan ia dan putra tercintanya? Tidak bisa. Kayena tidak akan membiarkan rencana itu terwujud. Selama ini ia sudah terlalu banyak diam dan mengalah, kali ini saja ia akan egois untuk melindungi buah hatinya.
“Ada apa Yang Mulia Ratu?” tanya Kima saat melihat Ratunya itu keluar dengan tergesa-gesa.
“Kita kembali ke istana Ratu sekarang juga.” Alih-alih menjawab, Kayena lebih dulu mengambil alih Pangeran Cassel dari gendongan Kima. Kemudian membawanya dengan segera, meninggalkan kediaman Raja Robelia.
Di sepanjang perjalanan, Kima sudah mewanti-wanti sang Ratu untuk berhati-hati. Mengingat saat ini ia sedang membawa Pangeran Cassel, namun Kayena seolah tuli. Ia tetap berjalan dengan langkah cepat menuju kediaman Ratu. Tiba di kediaman Ratu, ia langsung mengunci pintu. Tak membiarkan siapa pun masuk dan menganggu.
“Hanya ada Ibu dan kamu,” lirih Kayena saat membaringkan putranya di atas sebuah ayunan kayu yang dihiasi ukiran emas 24 karat.
Kayena sebenarnya sudah lelah menangis. Beberapa tahun telah ia lalui dengan tekanan batin dan tangisan. Sekarang, ia tidak ingin menangis lagi. Namun, air matanya secara alami luruh. Membasahi wajah cantiknya yang jelas lebih menonjol jika dibandingkan dengan Grand Concubine kesayangan Raja Robelia.
“Ibu tidak sanggup jika harus kehilangan kamu,” lirih Kayena. Tubuhnya luruh di dekat ayunan sang putra. “Ayah sudah tidak membutuhkan ibu.”
Sempat merasa terganggu, putranya hampir bangun ketika Kayena menyentuh pipi gembul nya yang lembut. “Ayah bahkan berencana untuk memisahkan kita.”
Kayena rasa ia sudah tidak dibutuhkan lagi. Hidupnya selama ini hanya dijadikan sebagai alat. Ia tidak dicintai sama sekali. Sedangkan jauh di Kyen—wilayah kekuasaan keluarga Grand Duke Pexley—ada keluarganya yang tidak tahu apa-apa soal penderitaan yang selama ini putrinya tanggung seorang sendiri. Lebih baik ia mati karena sudah dibutuhkan lagi.
“Kima, pergilah ke Kyen bersama Pangeran Cassel,” pinta Kayena ketika ia mengizinkan satu-satunya orang yang ia percayai untuk masuk ke dalam ruangan.
“T-api, bagaimana dengan Anda? Kenapa saya harus pergi ke Kyen bersama Pangeran Cassel?”
Kayena tidak langsung menjawab. Ia terlebih dulu memberikan pangeran Cassel bersama dua kantong koin emas dan lencana yang bisa membuat Kima keluar dari wilayah ibu kota dengan mudah.
“Kalian harus sampai ke Kyen dengan selamat. Lalu sampaikan surat ini pada ayah ku.”
Kima tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu ia hanya menjalankan tugas dari majikan yang sangat dihormati. Kima pergi bersama seorang tentara bayangan yang selama ini bekerja untuk Kayena. Jalan bagi Kima untuk keluar dari istana juga dipermudah berkat bantuan beberapa pelayan setia yang mengabdi pada Kayena.
Ketika jam pasir yang diputar semenjak kepergian Kima bersama pangeran Cassel habis tak bersisa, Kayena tersenyum pilu menatap ke arah lautan lepas yang malam itu terlihat sangat gelap dari jendela kamarnya.
“Pukul dua dini hari nanti Kima akan sampai ke Kyen bersama Cassel. Kemungkinan besar ketika fajar menyingsing, pasukan ayah akan bergerak ke Ibu kota.”
Kayena tidak berniat untuk memejamkan mata sama sekali malam itu. Ia menunggu sampai datangnya burung merpati pos yang biasa dikirimkan Kima ketika ia telah tiba di tempat tujuan. Ketika burung merpati pos berwarna abu-abu tua itu kembali hinggap di jendela, Kayena telah bersiap untuk menutup mata selamanya.
Ia merasa tidak punya tujuan lagi untuk hidup. Kemungkinan besar jika ia masih hidup, sang suami akan menggunakan dirinya untuk mendesak bahkan mencelakai keluarga Pexley beserta putra mereka. Jadi, lebih baik Kayena mati di istananya sendiri. Masih dengan gelar ratu yang melekat padanya. Pada selembar kertas berwarna coklat, ia juga telah membubuhkan beberapa untai kata untuk sang suami tercinta.
“Aku tidak menyesal pernah mengenal dan mencintai kamu,” ucap Kayena saat ia berhasil merobek kulit perutnya sendiri dengan sebuah belati yang dihiasi oleh Orange diamond. “Tetapi, jika diberi kesempatan kedua untuk mengulang waktu, aku akan memilih untuk tidak pernah mencintaimu sedalam ini, Kaizen.”
Tepat setelah kalimat terakhirnya diucapkan, Kayena kehilangan kekuatan pada tubuhnya. Ia tidak lagi berdiri menghadap sebuah potret yang melukis dirinya dan sang suami, melainkan jatuh terduduk pada lantai yang dingin. Kayena merasakan rasa sakit itu datang bertubi-tubi. Bahkan ia sangat menikmati rasa sakit yang perlahan-lahan merenggut nyawanya. Ia akan mati dengan menorehkan sejarah baru sebagai Pauvre Reine dari Robelia yang berakhir tewas dengan tragis.
Namun, jika Tuhan berkenan memberikan kehidupan kedua, ia berharap bisa berbalik arah dengan mudah dari mencintai jadi membenci.
"Kayena, buka pintunya!"
Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, ia sempat mendengar suara pria yang dicintai. Tak berselang lama terdengar pula suara wanita yang sangat ia benci. Sungguh miris sekali. Mereka benar-benar pasangan yang menjijikan. Kayena sangat benci. Rasanya ingin segera mati saja daripada harus melihat mereka menyakitinya lagi.
“Yang Mulia.”
Sayup-sayup Kayena mendengar suara lain saat kesadarannya sudah berada di ambang batas.
“Yang Mulia.”
Tunggu, kenapa sekarang sayup-sayup suara yang terdengar adalah suara Kima? bukannya Kima telah pergi ke Kyen bersama pangeran Cassel?
“Yang Mulia.”
"..."
“Yang Mulia Ratu!”
Kayena tersentak bangun begitu saja ketika mendengar suara pelayan pribadinya. Kelopak matanya langsung terbuka lebar. Pandangannya langsung bertemu dengan langit-langit yang dihiasi oleh lukisan para Goddess yang elok. Ini bukan gambaran surga, melainkan langit-langit kamarnya?
“Apa ini?” gumamnya ketika mengerjapkan mata dua kali.
“Anda sudah bangun, Yang Mulia Ratu?”
Kayena menoleh dengan pandangan kosong. Menemukan Kima yang berdiri dengan kepala menunduk di dekat tempat tidur. Wajah wanita itu tampak lebih muda dari sebelumnya.
“Saya sangat khawatir saat menemukan Anda tidak sadarkan diri ketika membaca kitan suci. Anda pasti memikirkan Pangeran Carcel lagi, padahal ini sudah satu tahun berlalu.”
Carcel? Bukannya sebelum menutup mata ia baru saja melahirkan Cassel, putra keempatnya? Lalu, kenapa tiba-tiba pelayannya bicara soal Carcel, putra pertamanya yang meninggal lima tahun lalu?
Jangan bilang jika ia baru saja memutar waktu ke masa lalu pasca memutuskan untuk mengakhiri hidup?
“Kima.”
“Iya, Yang Mulia Ratu?”
“Tahun berapa ini?”
Pemilik nama yang sedang menyibak gorden tampak menautkan kening. Namun, ia tetap menjawab kala selesai melakukan tugasnya. “Tahun pertama setelah kematian Pangeran Cancel, Ratu. Apa Anda lupa?”
Kayena terdiam.
Ternyata benar, ia telah memutar waktu. Kembali pada lima tahun lalu, saat ia baru pertama kali merasakan kehilangan seorang putra. Apakah Tuhan telah berbaik hati memberinya kesempatan kedua lewat kehidupan kedua? Jika benar, maka ia harus bisa merubah nasibnya yang malang dari sekarang. Jika berkaca pada 5 tahun ke depan, hidupnya hanya akan dipenuhi oleh tekanan dan penderitaan. Tidak ada yang dapat merubah nasibnya yang malang, kecuali tekad dari dirinya sendiri.
💰👑👠
To Be Continue
Semoga suka & ampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 06-03-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
nikatha
bayangin visualnya org bule eeh kok korea tor /Shy/
2024-11-05
0
bluepanda
keliatan badas cuyy
2024-08-08
1
Anonymous
.
2024-07-14
0