Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 22
"BERHENTI" teriak suara dingin menggelegar di depan pintu.
Sandro yang hendak memukul lawannya seketika menghentikan gerakan tangannya saat mendengar suara yang sangat kenali.
"Bos" ucap Sandro dengan kaget saat melihat Denis sudah berdiri di depan pintu rumahnya.
"Siapa kamu berani ikut campur" hardik Zeno dengan emosi.
"Nak Denis.........hiks hiks hiks......tolong hentikan mereka nak......hiks hiks" pinta tante Mega sambil menangis.
"Ibu" gumam Sandro dengan rasa bersalah sudah membuat ibunya menangis.
"Siapa yang menyuruh kalian datang membuat kekacauan di rumah sahabatku!" bentak Denis dengan aura membunuh.
"Oh jadi ini teman kamu ya" ucap Zeno dengan sinis.
"Katakan" titah Denis dengan aura mengintimidasi membuat keduanya menelan salivanya dengan susah merasakan auranya.
Karena gugup keduanya tak bisa berkata apa-apa membuat suasana disana terasa hening. Sandro yang melihat ibunya gemetar ketakutan, memberi isyarat untuk masuk ke dalam kamar saja.
Mega tak membantah saat melihat isyarat dari anaknya untuk masuk ke kamar, karena ia tahu saat ini kondisinya sangat serius.
"Apa kalian berdua bisu?" tanya Denis sambil memainkan pisau lipat miliknya.
"Kami hanya ingin membalas perbuatan dia karena sudah membuat bos kami masuk rumah sakit" ucap Zeno sambil menunjuk Sandro.
"Siapa bos kalian?" tanya Denis dengan suara dingin.
"Bang Kris" jawab Zeno.
"Hey bangsat! Aku itu tidak tahu siapa bos kalian yang kalian sebut bang Kris! Bagaimana bisa aku membuat bos kalian masuk rumah sakit!" bentak Sandro menggelegar.
"Berengsek ngaku aja kamu! Kami tahu kok kalau kamu dalangnya!" bentak Andes.
"Bagaimana aku mau mengaku hal yang tidak aku lakukan. Kalian itu gila" hardik Sandro.
"An***g sialan kamu. Udah ketahuan masih aja ngeles" maki Zeno.
"Siapa yang kamu panggil an***g bangsat!" bentak Sandro dengan emosi.
"DIAM!" bentak Denis menggelegar.
Semuanya diam tak ada satu pun yang berbicara lagi saat mendengar bentakan Denis barusan. Denis menatap ketiganya bergantian dengan tatapan membunuh seakan ingin menelan mereka hidup-hidup.
"Berikan bukti kalau teman aku pelakunya" ucap Denis dengan suara dingin.
"Bos" bantah Sandro tak terima.
Denis menatap Sandro dengan tatapan membunuh seakan menyuruhnya untuk tak ikut campur lewat tatapan tajamnya.
"Kata anak buah kita mereka mengetahui nama orang yang memukul bos kami itu dia dari saksi mata" tunjuk Andes.
"Lalu dimana saksi mata itu?" tanya Denis.
"Kami tidak tahu. Lagian dia itu orang asing yang kebetulan ada disana" jawab Zeno dengan cepat.
"Orang asing? Kalian menuduh sahabatku hanya karena ucapan orang asing itu tanpa ada bukti yang jelas!" bentak Denis dengan suara menggelegar.
Deg.............
Jantung keduanya berdetak dengan cepat memikirkan ucapan Denis barusan dan baru saja tahu dimana letak kesalahan mereka karena terbawa emosi.
Sial! Aku lupa kalau tidak ada bukti yang kongkrit lagi, batin Zeno dengan kesal.
Mampus aku. Ucapan dia benar dan sepertinya aku sudah salah tangkap sasaran nih, batin Andes dengan wajah lesu.
Denis tersenyum smirk melihat wajah keduanya yang sudah bisa menebak apa kesalahan yang mereka lakukan kali ini.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
"Jadi intinya kalian datang mencariku hanya karena ucapan orang asing yang belum tentu benar" ucap Sandro dengan tatapan sinis.
"Maaf kami mengaku salah" ucap keduanya dengan serentak.
"Maaf. Setelah semua yang kalian perbuat didalam rumahku bangsat" teriak Sandro menggelegar.
Keduanya melihat sekeliling dan tak menyangka dengan kekacauan yang mereka perbuat barusan hingga menghancurkan seisi rumah kontrakan Sandro.
"Kami akan menggantinya" ucap Zeno.
"Itu sudah pasti. Tapi kalian harus menyicil bunganya sekarang! Hehehehe" ucap Sandro sambil terkekeh.
"Bunga?" tanya keduanya serentak dengan wajah bingung.
Bugh............bugh..............bugh............
Sandro memukul keduanya bergantian tak memberi mereka jeda untuk membalas pukulan Sandro yang sangat kuat, apa lagi semua pukulannya mengarah tepat di titik saraf mereka.
Prang................prang.............
Sandro menendang keduanya hingga menghancurkan meja dan kursi di belakang mereka. Sedangkan Denis hanya menatap mereka dengan wajah datar dan dingin tak ingin ikut campur.
Setelah puas menghajar mereka Sandro melepas mereka, tapi sebelum itu mereka membuat surat perjanjian ganti rugi agar keduanya tidak kabur.
"Menurut bos siapa yang udah memfitnah aku?" tanya Sandro.
"Aku tidak tahu" jawab Denis dengan suara dingin.
"Aku penasaran sekali siapa yang sudah berani memfitnah aku" dengus Sandro dengan emosi.
"Kamu bisa menyuruh Arsen mencari tahu siapa orang itu" balas Denis dengan santai.
"Oh iya betul. Aku sampai lupa sama bocah mata empat itu"
"Heeemmmm"
~ Markas geng Ular Cobra ~
"Berengsek semua rencana aku gagal total" teriak Kenzo sambil mengebrak meja.
"Tenang dude. Mungkin bukan keberuntunganmu" ucap Jason.
"F**k! Apa sih istimewa si miskin itu" ketus Kenzo dengan kesal.
"Sesuatu yang tidak kamu punya pastinya" balas Jason dengan santai.
"Berengsek kamu Jason! Kalau kamu masih membandingkan aku dengan sialan itu awas saja kamu, aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu!" bentak Kenzo dengan suara tinggi.
Jason diam tak berbicara lagi meski dalam hatinya sedang mengumpat dan memaki Kenzo, karena Kenzo mengetahui rahasia terbesarnya sehingga ia tidak bisa membantah ucapan Kenzo.
"Bos" ucap Ando dengan suara dingin.
"Bagaimana?" tanya Kenzo dengan cepat.
"Mereka bersedia bertemu malam nanti bos"
"Bagus" ucap Kenzo dengan senang.
"Pesankan tempat biasa" titah Kenzo dengan cepat.
"Sudah saya pesankan bos"
"Oke ingat jangan sampai ada kesalahan"
"Baik bos"
Ando segera pergi dari sana meninggalkan Kenzo dan Jason. Jason yang tahu apa rencana Kenzo untuk malam nanti hanya diam saja.
"Malam nanti kamu harus ikut ketemu mereka"
"Heeemmm" deham Jason sambil membuang asap rokok dari mulutnya.
~ Club Zeus ~
Sesuai ucapan Kenzo tadi, kalau mereka akan bertemu seseorang malam ini dan ternyata tempatnya itu di club Zeus.
Denis duduk didalam ruangan khususnya sambil menatap lautan manusia yang sedang berjoget di bawah sana dengan tatapan dingin.
Tiba-tiba saja bibirnya tersenyum menyeringai melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam club.
Denis yang tahu jika hari ini Kenzo akan bertemu seseorang sudah menunggunya sedari tadi seperti ingatannya di masa lalu.
#Flashback On
Saat ini Denis sedang bersama Kenzo di club Zeus tempat biasa mereka nongkrong selama ini.
Denis yang tahu jika mereka datang hanya untuk bersenang-senang tidak mengetahui jika malam ini Kenzo akan bertemu dengan seseorang.
"Dude aku duluan dulu ya" ucap Kenzo sambil memeluk seorang gadis penghibur.
"Heeemmm"
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Denis menatap kepergian Kenzo dengan tatapan datar dan dingin tidak perduli. Malam ini ia hanya akan minum saja tidak ingin menghabiskan waktu dengan one night stand.
Setelah beberapa saat Denis memilih pergi dan saat berjalan keluar, ia melihat Kenzo yang sedang berbicara dengan seseorang yang sangat ia kenali di ruangan VIP.
Ah mungkin tadi dia bertemu dengan seseorang yang ia kenal, batin Denis tak curiga.
#Flashback off
"Anang Saputra" gumam Denis melihat siapa yang bertemu dengan Kenzo malam ini.
Bibirnya tersenyum penuh arti sudah tahu apa maksud Kenzo bertemu dengan Anang Saputra malam ini.
Ternyata ia sedang mencari rekan kerja untuk bisnis haramnya yang saat ini sedang ia jalankan mulai dari beberapa bulan yang lalu.
Karena sudah tahu siapa yang ditemui Kenzo malam ini Denis memilih untuk segera pergi dari sana.
Brak.................
Bunyi hantaman keras terdengar saat Denis berjalan di lorong menuju lantai satu. Mata tajamnya menangkap Ando yang sedang berkelahi dengan salah satu musuh lamanya.
"Bisa kalian minggir dari jalanku" ucap Denis dengan suara dingin.
"Bos Denis" lirih Ando dengan suara lemah.
"Aku bukan bosmu" balas Denis dengan tatapan tajam.
"Denis Arkana! Apa kamu ingin menolong mantan anak buahmu?" tanya Sam dari geng Kalajengking.
"No" jawab Denis dengan santai.
"Wah wah wah! Ternyata mantan bosmu tidak perduli lagi denganmu" ejek Sam dengan sinis menatap Ando.
"F**k" (berengsek) umpat Ando.
Denis tak membalas ucapan keduanya dan pergi dari sana. Melihat hal itu Sam tersenyum mengejek Ando karena tidak ada yang menolongnya.
"Kamu itu bukan anak buah dia lagi jadi jangan berharap bisa lolos kali ini. Kamu tahu mantan bosmu itu anak mama makanya dia memilih pergi! Hehehe" ucap Sam sambil terkekeh.
Langkah kaki Denis terhenti saat telinganya menangkap ucapan Sam barusan. Ia berbalik dan berjalan kembali menuju keduanya dengan aura membunuh.
Bugh.........bugh...........bugh............
Denis menendang dan memukul Sam dengan brutal tak memberinya kesempatan untuk membalas atau menangkis pukulannya.
"Jika kamu berbicara lagi namaku maka aku akan membunuhmu detik itu juga" ancam Denis.
"Ampun jangan bunuh aku" pinta Sam dengan gemetar.
"PERGI" hardik Denis.
Sam dengan tertatih-tatih pergi dari sana meninggalkan Denis dan Ando. Keduanya diam tak berbicara satu kata pun.
"Terima kasih bos" ucap Ando sambil menunduk.
"Aku bukan menolongmu tapi menghajar orang yang sudah berbicara tentang aku" ucap Denis dengan suara dingin.
Denis pergi dari sana tak mendengar balasan Ando, melihat Denis pergi Ando tahu jika tadi Denis memang menolongnya bukan karena ingin menghajar Sam yang sudah berbicara tentangnya.
Anda tidak pernah berubah dari dulu bos, batin Ando.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue..............
sekali dikeluarkan dr maxssimo family, maka selamanya bgtu