Tang Xiao Tian seorang pemuda berasal dari Desa di puncak gunung Huang yang memiliki keinginan untuk melakukan tugas penting bagi seluruh dunia persilatan dari ketiga orang guru yang membesarkannya selain itu Ia juga ingin mencari tahu identitasnya yang selama 20 tahun di rahasiakan oleh para gurunya. Selamat datang dan membaca novel pertama ku di sini.. Follow, like, rate 5,komentar positif dan share ya😘terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meneliti Buku Tanpa Tulisan.
Xiao Tian membuka sepasang matanya yang tajam ketika ia menyadari bahwa ilmu tenaga dalam salju abadi telah dikuasainya dengan sempurna. Ia melirik ke arah buku yang tergeletak di samping kanannya. Ia pun mengambilnya lalu membuka selembar demi selembar dengan rasa penasaran yang amat tinggi.
"Mmm, mendiang Ketua Sekte Wu Tang beberapa tahun lalu mengatakan bahwa aku harus melihat dan mempelajari ilmu di buku ini. Tapi bagaimana cara ku untuk membacanya?" pikirnya sambil mengelus - elus bulu lebat di telinga Qizai di sampingnya.
"Kak Tian, apa kau tidak merasa lapar setelah lima hari ini kau tidak makan sama sekali?" suara Ching Er di tepi sungai terdengar marah- marah kepadanya.
"Eh, setelah kau bicara soal makan, ya aku tentu saja merasa lapar." Xiao Tian terkekeh sambil melompati punggung serigala berbulu emas kesayangannya dan meraih sebungkus roti isi daging domba di samping batu yang diduduki oleh gadis remaja usia tiga tahun cantik jelita ini lalu menikmatinya dengan lahap.
"Kak Tian, apa rencanamu selanjutnya setelah kamu dapat menguasai semua ilmu yang kau pelajari dari Guru Lao Dai sebelum Beliau memutuskan untuk bertapa seumur hidupnya di kuil atas Lembah sungai ini?" tanya Ching Er sambil membersihkan sepasang kaki di dalam air sungai kepada Xiao Tian.
"Aku ingin merantau kembali ke dunia luar dari rumah kita ini seperti mengunjungi pegunungan Hua, kota Louyang, daerah barat daya dan seluruh dunia lain. Aku juga merasa penasaran mengenai identitas asli ku dan musuh besar kita di Ibukota Kekaisaran Tang." jawab Xiao Tian usai menelan sisa makanannya di mulutnya dan mengambil sebotol arak dari kantong pakaiannya sendiri lalu meminumnya sampai habis.
"Bukankah kau sudah menjadi Ketua Sekte Wu Tang yang baru menurut penuturanmu beberapa tahun lalu saat kau kembali ke rumah?" Ching Er mendekatinya dan memandangi dirinya dengan kagum terlihat dari sepasang mata indah adik seperguruannya itu.
"Ya, tapi aku tak boleh seenaknya menggunakannya untuk kepentingan pribadiku.Aku harus bisa gunakan kemampuanku sendiri untuk menunaikan tugasku di dunia ini sebagai murid pertama dari Guru Lao Guang dan yang lainnya juga Aku ingin tahu kenapa aku bisa berada disini. Kau tahu apa yang menjadi beban dihati dan pikiranku selama ini?Aku ingin cari tahu siapa orangtua kandungku dan apakah Aku ini memiliki saudara atau saudari?Dimana rumahku yang sesungguhnya?Semua itu selalu ada di pikiran ku selama bertahun-tahun Aku tinggal disini bersama kamu." Xiao Tian menjelaskannya sambil menatap ke arah kejauhan yang dapat dilihat oleh Ching Er dari dekatnya.
"Aku pun ingin tahu membalas dendam untuk kakek kandungku juga orangtuaku yang menurut kakekku telah meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang wanita ganas yang memiliki dendam terhadap kedua orangtuaku." kata Ching Er tampak sedih suaranya.
"Ching Er, margamu Ling berarti kau berasal dari kota Ling. Aku pasti akan menemanimu mencari tahu asal usul dari keluargamu juga musuh- musuh besar dari keluargamu." Kata Xiao Tian meraih tangan Ching Er dan meremasnya dengan halus untuk memberikan dukungan untuk adik seperguruannya itu.
Ching Er tersenyum terharu dengan kebaikan hatinya. Gadis remaja ini menyandarkan kepalanya di pundak kiri Xiao Tian lalu menonton Qizai berenang di sungai dengan gembira.
Malam harinya, Xiao Tian duduk di tepi tempat tidur sambil memeriksa bukunya kembali yang kali ini ia letakkan di bawah lilin yang menyala di meja dekat tempat tidurnya dan menemukan sejumlah tulisan di setiap lembaran kertas di bukunya. Ia membacanya dengan cepat dan mengingat setiap tulisannya yang merupakan tulisan bahasa Sansekerta kuno yang ia pernah pelajari dari mendiang Ketua sekte Wu Tang.
"Ilmu sastra dan seni pedang paling kuno di era Tang awal juga di buku lain adalah buku perang ciptaan dari mantan Perdana Menteri Pertahanan Militer dari Kekaisaran Tang yang terbunuh dalam perjalanannya kembali ke Istana Kekaisaran Tang oleh seseorang di dalam istana Kekaisaran Tang.Lalu pedang ini adalah pusaka yang didapatkannya dari mendiang Biksu tua di perbatasan Tibet."
Xiao Tian menggerakkan pedang yang diberi nama pedang penakluk naga dari tulisan bahasa Tang kuno yang telah dipelajarinya dari kamus di gua rahasia di bagian utara gunung Huang."Ketiga patung itu adalah orang-orang sakti di pulau salju abadi di utara."
Ia menyentuh tiap ukiran pada tiga patung manusia di dalam gua tersebut lalu meneliti sepasang mata di patung laki-laki di tengah tiga patung manusia."Eh, ada sepasang batu berwarna biru bening berbentuk bintang."Ia mencungkil sepasang batu berwarna biru itu lalu menyimpannya di saku dalam pakaiannya.
Kini Xiao Tian meneliti sepasang batu berwarna biru di atas lilin yang menyala lalu dinding di sekitarnya memancarkan cahaya kebiruan yang amat terang benderang dan memperlihatkan peta pulau rahasia tersebut dengan jelas.
"Di dalam pulau ini adalah harta karun Kekaisaran Tang kuno yang disimpan dengan rapat oleh Leluhur mereka terdahulu untuk penerus mereka yang sejati dan dapat menyatukan seluruh negeri." batinnya itu membacanya dengan jelas dan detail.
"Hmm, aku harus bisa menemukannya." kata Xiao Tian dalam hatinya.
Kemudian Ia menggerakkan pedang sesuai dengan petunjuk yang telah diingatnya dengan benar di dalam kamarnya sendiri selama berhari-hari sampai ia berhasil menguasainya dengan sempurna.
"Kak Tian, ilmu pedang apa yang kau pelajari tadi di halaman rumah kita?" tanya Ching Er pada suatu hari di awal musim semi sehari setelah hari ulang tahun Xiao Tian ke 15 tahun dengan tatapan mata indah itu penasaran dengan ilmu pedang yang dimainkannya.
"Ilmu pedang ciptaanku sendiri." jawabnya asal saja.
"Wah, hebat sekali kau berhasil menciptakan ilmu pedang sendiri.Lalu apa namanya?" Ching Er makin terpesona dengan kemampuan yang dimiliki oleh Xiao Tian.
"Ilmu pedang sastra sejati."
Xiao Tian melakukan gerakan menulis di udara yang dilakukannya dengan pedangnya lalu sejumlah daun- daun bunga persik sekitarnya berguguran ke seluruh tanah di dekat rumah mereka menjadikan tanah itu menjadi berwarna merah muda yang indah.
"Wahhhh.. Cantik sekali... " puji Ching Er memandangi seluruh tanah disekitarnya.
Xiao Tian menggunakan pedangnya ke arah daun- daun itu yang melayang ringan kembali ke dahan- dahan dan mengelilingi pepohonan bunga persik di sekitarnya.
"Ehh, kau membuat sihir dengan ilmu pedang ciptaan mu sendiri.. " Ching Er terbelalak lebar di dekatnya. Ia tertawa senang melihat adik seperguruannya itu kini semakin terheran- heran oleh kemampuannya yang di luar prediksi Ching Er yang mewarisi seluruh ilmu- ilmu silat mendiang Guru Lao Guang.
"Ching Er, ilmu gadis suku Ling harus kau perlihatkan nanti di desa dan kota di wilayahnya untuk kau bisa membuktikan bahwa kau Ratunya." kata Xiao Tian di samping Ching Er yang masih menatap pepohonan bunga persik sekitar mereka dengan kekaguman.
"Tentu saja, aku sudah tak sabar untuk hari itu akan tiba dengan semestinya oleh kemampuanku sendiri." kata Ching Er menoleh ke arahnya sambil tersenyum semanis bunga persik di puncak gunung Huang tapi di pikiran Xiao Tian membayangkan senyuman dari seorang gadis kecil yang selalu ada di mimpinya di malam hari saat ia tidur dan bayangan gadis kecil ini juga selalu muncul di lamunannya selama bertahun- tahun ini.
"Li Er..Bagaimana dirimu sekarang?Apakah kamu itu masih mengingat diriku?" tatapan mata Xiao Tian di saat ini di dekat Ching Er mengejutkan gadis remaja ini yang menjadi malu- malu tanpa sebab yang dapat di ketahui oleh gadis remaja itu sendiri.
"Eh, kenapa Kak Tian menatap seperti itu?Aku jadi merasa malu sendiri tapi aku juga merasa senang di buatnya." batin Ching Er. Gadis remaja itu cepat- cepat menundukkan wajahnya lalu tangan kanannya menyentuh kalung bulan sabit di sakunya.
Bersambung!!