Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepribadian Ganda
Brakkk
Agra melemparkan barang-barangnya yang ada di atas meja. Dia baru saja menerima info tentang kenapa Kiran bisa bersikap aneh seperti itu.
''Cari tahu siapa dia!!'' bentak Agra pada Anas. ''Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja!'' lanjutnya dengan wajah yang penuh amarah dan itu sudah biasa Anas terima.
Ya di balik sikap lembutnya pada Kiran, Agra adalah pria yang tegas dan tempramental, dia tidak suka kehidupannya di usik terlebih lagi sudah memasuki ranah pribadi.
Anas mengangguk mengerti, pria 32 tahun itupun permisi pergi untuk menjalankan tugasnya yang sudah di limpahkan padanya. Berat memang, karena ternyata orang yang saat ini tengah mencari masalah bukanlah orang sembarangan. Tapi Anas menerima itu dengan sangat siap.
''Ternyata ada yang sedang bermain-main, baik, kau akan tahu dengan siapa kau berurusan!'' Agra mengepalkan tangannya dengan kuat sehingga membuat buku-buku tangannya memerah dan berurat.
Agra meninggalkan ruang kerjanya dan menuju kamar karena ingin melihat Kiran yang tertidur di sana. Wajah yang penuh amarah itu seketika lenyap begitu saja ketika membuka pintu kamar dan melihat wajah cantik Kiran yang terlelap di atas kasur sana.
Seulas senyum Agra perlihatkan, dengan langkah yang perlahan ia mendekat ke ranjang, tangan besarnya merapikan selimut Kiran yang sedikit terbuka. Mengusap rambutnya dengan sayang kemudian kembali berlalu pergi.
''Aku menerima semua resiko, aku sudah memprediksi ini semua akan terjadi. Maka dari itu bersiaplah kalian!'' Agra berjalan dengan cepat, melepaskan satu kancing atas, matanya penuh dengan amarah dan dendam dan tangan satunya mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya dan ternyata itu adalah sebuah senjata api.
Apa yang sebenarnya terjadi? apa ini Agra yang sama dengan Agra yang tersenyum lembut pada gadis 23 tahun yang saat ini tengah tertidur pulas di kamar sana? Seakan Agra memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang.
Saat berada bersama dengan Kiran, ia akan memperlihatkan sisi lembut dan hangatnya tapi saat bersama dengan yang lainnya, sisi lembut itu seakan tidak pernah terpatri di hidupnya.
Di sebuah bangunan pencakar langit, tepatnya di sebuah anak perusahaan yang di pimpin oleh seseorang yang licik. Di sanalah saat ini Agra berada. Duduk dengan menyilangkan kakinya di depan seorang pria yang duduk di kursi kebesarannya.
''Jadi bagaimana Tuan Agra? Apa anda sudah menyetujui proposal yang ku kirim?'' raut wajah pria itu sudah mewakili sifat dan tabiatnya.
''Proposal ya? sepertinya aku masih mempertimbangkannya,'' balas Agra dengan mata yang menyalang.
''Lalu tujuan Anda kesini bukankah untuk mentanda-tangani surat kerjasama kita?''
''Cih! percaya diri sekali Anda.''
''Apa maksud dari ucapan Anda, Tuan Agra?!''
Agra bangkit dari duduknya, berjalan menuju meja yang terdapat nama dan gelar pria yang di depannya, bertopang tangan dibatas meja dan menatapnya penuh dengan peringatan.
''Aku hanya ingin memperingati, jangan pernah bermain-main dengan ku kalau tidak ingin perusahaan kecil mu ini, hancur di tangan ku!''
Setelah bicara penuh dengan penekanan, Agra berlalu begitu saja tanpa permisi yang pastinya membuat pria itu seakan di injak-injak harga dirinya. Matanya memicing tajam, urat-urat lehernya menegang, dia tidak terima dengan apa yang di ucapkan Agra sehingga menyusun rencana lain untuk mencari titik lemah seorang Agra Madava Nadindra.
''Lihat saja. Kau yang akan menundukkan kepala dan mengemis padaku!'' Gumamnya dengan amarah.
Bukan hanya ancaman, Agra sudah berjalan selangkah di depan dari para musuhnya. Rencana sudah tersusun rapih dan masih ia pantau dengan sikap tenang.
Drrrttt... Drrrttt
Ponsel Agra bergetar di saku celananya, dan sebuah notifikasi pesan masuk dengan nama Kiran disana. Dan lagi-lagi raut wajah Agra berubah seketika hanya dengan membaca pesan dari gadisnya.
'Mas, kamu dimana?''
Hanya pesan singkat itu, yang bahkan mampu membuat raut Agra tidak menegang lagi, seakan balok es yang terkena sinar matahari yang terik, seketika mencair hanya dengan seperkian detik lamanya.