Terjebak Cinta Si Perawan Tua

Elsa menatap Marvin tak berkedip. Bibirnya tak berhenti mengulas senyum melihat Marvin berada di tengah lapangan diantara ratusan orang. Perasaan bangga menyelimuti hatinya karena bisa menjadi kekasih dari siswa terpopuler di sekolah itu.

Banyak siswi yang cemburu padanya dan ingin menggantikan posisinya tapi ia tentu saja tak mau mengalah, apalagi kedua orang tua mereka sudah saling kenal dan juga akrab.

Dekat dengan Marvin adalah hal yang diinginkan oleh semua orang. Baik itu laki-laki maupun perempuan. Semua orang nyaman dengannya karena ia sangat royal pada semua orang. Ia gampang mentraktir makan dan memberi bantuan dengan suka rela. Sayangnya, ia kadang suka menyebalkan kalau sudah benci pada seseorang.

Marvin hebat dalam semua hal, terutama olahraga. Untuk ilmu eksakta ia juga sangat mampu tapi tak pernah menonjolkan dirinya. Khusus untuk pelajaran Biologi Miss Malena, ia tak pernah bisa bekerjasama hanya karena kesalahpahaman tentang nilai ujian akhir semester lalu, untuk itu ia sangat benci pada sang guru dan tak pernah mau mengikuti kelasnya.

Akan tetapi, hari ini anak itu tiba-tiba duduk di dalam kelas menunggu guru killer itu datang. Elsa dan temannya yang lain sampai terbengong-bengong dibuatnya.

"Hey, tumben gak ke kantin atau ke perpustakaan?" tanya Elsa seraya mendudukkan dirinya di samping Marvin.

"Bosan. Yang dilihat cuma itu-itu saja," jawab Marvin santai.

Elsa langsung tersenyum kemudian berucap, "Artinya, kamu mau masuk belajar biologi ya?"

"Gak juga. Aku cuma bete' aja di luar kelas. Sekali-kali aku ingin dengar guru itu mengomel tak jelas!"

"Hahahaha. Tunggu saja Vin. Kalau kamu gak ngerjain tugas kamu pasti diomelin dan dihukum di depan kelas. Mau kamu?" ucap Elsa tertawa.

"Gak apa-apa. Yang penting uang jajan lancar dari mama hahaha!" Marvin tertawa renyah tanpa sadar kalau orang yang sedang mereka bicarakan sudah berada di belakang mereka berdua.

Malena menatap mereka berdua tanpa berkata-kata. Pantas saja suasana kelas jadi hening. Tak ada yang mengobrol karena mereka semua sedang sibuk menahan nafas. Miss Malena, si guru killer dan perawan tua itu ada di dalam kelas secara tiba-tiba.

"Oh, jadi tante Indira gak mau ngasih kamu jajan karena Miss Malena Vin? Wah gawat banget hidupmu, gak bisa bebas traktir kita lagi dong," ucap Elsa dengan ekspresi tak suka.

Marvin hanya diam seraya menekuri buku catatannya yang kosong melompong karena tidak pernah ikut belajar pelajaran itu. Pelajaran yang sangat ia sukai tapi karena Miss Malena gurunya, ia pun menjauh.

"Emangnya siapa tuh guru, pangkatnya apa? Sampai bisa masuk ke hidup kamu dan ngatur sampai urusan pribadimu. Ish. Bikin kesal saja. Kok kamu mau sih digituin. Berontak dong!" Elsa semakin esmosi saja dibuatnya.

"Aku dukung kamu Vin kalau kamu ingin buat perhitungan sama Miss Malena. Aku juga udah enek banget lho sama si guru sok itu," lanjut Elsa seraya menyentuh tangan Marvin dan menggenggamnya.

"Papa kamu 'kan yang punya sekolah ini, lalu kenapa kamu takut? Ayo dong tunjukkan kalau kamu punya kuasa. Jangan mau diinjak-injak sama guru itu." Elsa semakin memanas-manasi.

"Ah iya. Kamu betul, El." Marvin tersenyum tipis, ia memang ingin memberontak dan membuat guru itu keluar dari sekolah tapi benang merah dengan wanita itu kini baru saja terjalin. Sebuah hubungan yang baru diciptakannya lewat ijab kabul yang entah kenapa membuat niatnya tiba-tiba bergeser sedikit.

Wanita itu sudah menjadi istrinya tanpa kesengajaan.

'Argh sial!' umpatnya dalam hati.

"Sudah selesai ngobrolnya?!" tegur Malena yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka berdua tanpa mereka sadari.

Marvin dan Elsa tersentak kaget. Mereka berdua langsung mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara. Elsa merasakan tenggorokannya tercekat. Tubuhnya langsung membeku. Tatapan tajam guru killer itu serasa menghujam pada jantungnya.

Sedangkan Marvin, pria itu langsung menegakkan punggungnya dan balas menatap sang guru. Tampak jelas dimatanya kalau wajah Malena menahan kekecewaan.

"Miss tidak perduli apa niat, maksud, dan tujuan kalian untuk belajar di kelas ini. Yang jelasnya Miss hanya ingin kalian mau bekerjasama dengan baik saat Miss menjelaskan pelajaran," ucap wanita itu berusaha untuk tenang meskipun hatinya sangat sakit mendengar dan melihat sendiri siswa-siswinya membicarakannya.

"Miss adalah guru dan kalian adalah siswa. Kita sama-sama mempunyai hak dan kewajiban di sini. Kalian berhak mendapatkan ilmu sedangkan Miss juga punya kewajiban untuk menyampaikan ilmu sesuai tugas yang dibebankan kepada Miss," lanjut Malena kemudian berjalan berkeliling ruangan.

"Ada yang tidak suka sama Miss, itu sangat wajar sekali karena Miss juga hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Tapi meskipun kalian tidak suka tidak berarti kalian harus meninggalkan pelajaran bukan?"

"Tahukah kalian kalau biaya pendidikan yang kalian harus habiskan begitu banyak demi untuk mencapai cita-cita kalian? Kasihan orang tua kalian yang telah mencari nafkah untuk menyekolahkan kalian."

"Setidaknya pikirkan itu untuk sebagai bentuk rasa balas budi kalian pada mereka."

Semua siswa langsung menundukkan kepala menyadari perkataan sang guru.

"Kalian adalah siswa kelas XII, kalian sebentar lagi akan selesai dan menempuh pendidikan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu universitas. Seharusnya kalian berkonsentrasi untuk belajar agar cita-cita kalian tercapai."

"Kalau kalian gak suka sama Miss, tolong untuk mengabaikan hal itu. Jangan lihat siapa yang menyampaikan tapi lihatlah apa yang disampaikannya."

"Mana bisa kami abaikan Miss," sahut Elsa tiba-tiba. Semua pandangan langsung tertuju pada gadis itu. Mereka semua tak percaya kalau Elsa bisa seberani itu pada guru yang terkenal killer dan dingin seperti Miss Malena.

"Anda tidak sadar kalau sering sekali sewenang-wenang pada kami Miss? Selama ini kami diam dan takut. Tapi sekarang kami ingin menuntut anda untuk tidak lagi masuk ke kelas kami!"

"Marvin sudah jadi contoh. Selama ini, dia adalah siswa berprestasi tapi sejak anda mengajar di kelas ini, semuanya hancur. Begitupun siswa yang lain! Anda sok berkuasa padahal anda bukanlah siapa-siapa di sini!"

"Nilai Marvin jadi anjlok karena anda Miss!" teriak Elsa berapi-api. Gadis itu semakin diatas angin karena ingin mendapatkan perhatian dari Marvin.

"Betulkan sayang?" tatap Elsa pada Marvin seraya menyentuh lengan pria itu dan mengelusnya lembut.

🌻

*Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?*