Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Lama
Zehya menghampiri Reyhan dan keluarganya yang sudah berada di meja makan. Mereka semua menunggu Zehya sembari berbincang ringan. Dari tempatnya berdiri, Zehya tersenyum melihat kehangatan yang mengingatkannya pada keluarganya sendiri.
" Zehya, Ayo cepat! Aku sudah lapar." Maher yang menyadari keberadaannya segera memanggil Zehya dengan semangat membuat semua anggota keluarganya menoleh ke arah Zehya berdiri.
" Kalian sudah lama menungguku?" Tanya Zehya setelah duduk di samping Maher.
" Tidak sayang, kami juga baru saja datang," Reni berkata dengan lembut. " Kapan kamu sampai?" Lanjut Reni. Zehya tersenyum manis.
" Subuh, Ibu. Jadi Zehya langsung tidur" Jawab Zehya jujur.
" Kak Zehya, kenapa semakin lama semakin cantik?" Sahut Kai.
" Kami jadi sulit menentukan kriteria kakak ipar untuk kak Maher." Kia menambahi. Sontak semua orang tertawa. Maher hingga tersedak air minumnya.
" Sudah ada beberapa lamaran pernikahan untuk Maher dari para kolega Papa. Dan mereka berdualah yang sibuk memilih." Reyhan menjelaskan pada Zehya.
" Waah. Sepertinya kau akan menikah muda, kak." Ledek Zehya. Maher mendelik dan mencubit hidung Zehya gemas.
" S2 ku saja belum kelar. " Maher menggeleng. " Aku akan menikah setelah bekerja dan memiliki penghasilan tetap." Ujar Maher serius. Menurutnya pernikahan bukanlah sebuah permainan. Jadi dia benar-benar teliti dalam merancang pernikahannya.
Reyhan dan Reni tersenyum. Kedua orang tua Maher setuju dengan perkataan putranya. Sedang Kedua adik kembarnya hanya mengangguk kompak.
" Bagus. Jadi aku masih bisa merecoki hidupmu. Hahahaha!" Zehya kembali menggoda Maher.
Sarapan pagi mereka sangat menyenangkan. semua menikmati makanan yang tersedia dengan sesekali melempar candaan.
Gambaran saat mereka makan bersama. (Gambar saya ambil dari google)
...****************...
Reyhan harus pergi ke kantor dengan Jonthan untuk menghadiri rapat penting, sedang Reni sudah memiliki janji dengan kolega bisnisnya di bidang kuliner. Jadi Maher lah yang menemani Zehya berkunjung ke rumah duka. Sedangkan Rose sedang Zehya beri libur agar bisa pulang ke rumah keluarganya selama Zehya ada di Indonesia.
" Setelah dari sini apakah kamu akan pulang ke rumah Ayah? " Maher memulai percakapan diantara mereka di sela kegiatannya mengemudikan mobil.
" Tentu." Jawab Zehya singkat.
" Berapa lama kamu di sini?"
" Mungkin dua minggu. Aku harus menyelesaikan beberapa urusanku mumpung sedang ada disini."
" Zehya, luangkan waktumu besok lusa. Axcell akan bergabung bersama kita. Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama."
" Ya. kamu benar. Sejak aku tinggal berpindah-pindah. Kita hanya bertemu saat liburan tanpa sempat mengabadikan momen saat kita bersama. Mari kita buat banyak poto besok."Zehya menatap Maher dengan binar semangat di matanya.
" Ide bagus, Zehya. Sudah lama aku ingin memamerkan adik cantikku ini ke semua orang." Maher sangat antusias.
" Haah... Ya.. ya. Pamerkan aku sepuasmu pada pengikutmu itu.
" Harus. Haha"
Mereka sampai di rumah duka. Zehya turun dari mobil di ikuti oleh Maher yang berjalan di sampingnya. Keduanya di sambut dengan ramah oleh pelayan yang berjaga di pintu depan. Masih banyak keluarga dan kerabat yang mendatangi rumah mediang neneknya. Zehya dan Maher memasuki rumah megah itu dalam diam.
Semua luka yang pernah Zehya alami di rumah ini kembali terbuka. Kedua matanya memerah, menahan rasa sedih, kecewa dan marah pada sang nenek dan keluarga dari Bunanya. Maher yang Sedikit tahu tentang luka masa kecil Zehya menggandeng tangan adiknya. Menyalurkan kekuatan lewat genggaman tangannya.
Zehya balas menggenggam tangan Maher dengan erat. Selalu ada perasaan hangat yang menjalari hatinya kala mereka bersentuhan. Zehya merasa nyaman dan aman setiap bersama Maher.
Kehadiran mereka berdua membuat suasana yang tadinya ramai, karena perbincangan hangat para keluarga, dan kerabat dekat mediang berubah menjadi hening. Semua mata tertuju pada sosok Zehya, yang berjalan berdampingan dengan Maher menuju ke tengah ruangan. Tempat dimana peti mati Almarhum neneknya terbujur kaku berada.
" Kedatanganmu hanya akan mengotori tempat ini, anak haram!" Ucap salah seorang wanita paruh baya yang ada di situ. Zehya tak merespon. Gadis itu meletakkan bunga lily yang tadi sempat dia beli di toko bunga saat menuju kerumah duka.
Maher mengepalkan kedua tangannya. Amarahnya mulai tersulut.
" Selain anak haram, apa kau tuli?" Lagi, kata-kata kasar itu keluar dari mulut wanita yang Zehya kenali sebagai bibi dari Bunanya. Zehya menunduk, berdoa untuk sang nenek. Walau dia sangat terluka karena perbuatan neneknya di masa lampau, tapi hatinya masih ingin mendoakan sang nenek.
Jika Zehya hanya diam tanpa mau menggubris perkataan tersebut. Berbeda dengan Maher. Lelaki itu kini sudah menatap dengan tatapan penuh niat membunuh pada wanita itu. Aura gelap mulai keluar dari tubuhnya. Para kerabat almarhum yang berada di sana diam.
Mereka tentu tahu, siapa lelaki yang datang bersama dengan Zehya. Jadi mereka memilih untuk diam, tidak mau mengambil resiko. Karena pengaruh lelaki muda ini sangat besar dalam perekonomian di Asia.
" Jangan mencemari masa berkabung kakakku. Kehadiranmu hanya mencoreng nama keluarga kami! Dasar anak haram!" Zehya masih diam. Seolah tidak mendengar suara itu.
Namun, meski dirinya terlihat tenang dan tidak terganggu dengan kata-kata tersebut. Sebenarnya Zehya harus menahan serangan luka lamanya. Semua kenangan buruk itu membuatnya sangat kesakitan. Beruntung Maher ada di sisinya saat ini. Pemuda itu menggenggam erat telapak tangan Zehya. melindunginya dari luka lama yang mencoba menariknya masuk ke dalam penderitaan yang menyesakkan.
Semua yang ada di sana berbisik, menimbulkan suara yang berdengung. Layaknya lebah yang mengamuk. Maher yang berdiri di samping Zehya dan berkata dengan nada yang rendah. Namun mampu meredam kebisingan itu.
" Jika kalian menganggapnya anak haram. Maka akupun begitu, Jika kalian menganggap ada darah wanita lain dalam tubuhnya, lalu bagaimana denganku? Buna Syeina juga memberikan ASI-nya padaku." Semua orang yang ada disana bungkam. Tak berani berkomentar.
" KA-" Umpatan wanita itu terpotong oleh suara Syeina yang memanggil anak sulungnya. Anugerah yang Tuhan berikan padanya.
" Zehya!" Syeina memanggil putrinya sembari berjalan dengan cepat. Dia sedang berada di dapur saat penghinaan terhadap putrinya terjadi. Dia baru mengetahui kedatangan putrinya kala pelayan yang menyambut Zehya dan Maher melapor padanya.
Syeina tahu, tidak ada satupun dari keluarga besarnya yang mengakui Zehya sebagai anaknya. Walau Syeina membela hak putri bagaimanapun caranya, Syeina tetap kalah. Syeina berjanji dia akan melepaskan diri dari keluarganya setelah ibunya meninggal. Namun keputusannya itu justru membuat dia harus kehilangan putrinya.
Syeina memeluk tubuh putrinya yang begitu dia rindukan. Sudah sepuluh tahun dia tidak tinggal bersama dengannya. Pertemuan mereka juga hanya sekilas, seperti mimpi. Karena Zehya akan langsung pergi begitu sang nenek datang. Dan seperti kebetulan yang di rencanakan, setiap Zehya pulang ke rumah orangtuanya. Maka neneknya akan datang keesokan harinya dan menginap.
Zehya memeluk Bunanya dengan penuh sayang. Jujur, dia juga sangat merindukan ibunya. Wanita yang begitu berarti untuknya.
Maher mengusap sudut matanya. Hatinya teriris menyaksikan pertemuan dua wanita terkasih dalam hidupnya setelah mamanya.