Wanita mana yang sanggup hidup menjanda saat baru dua hari menikah? Di tinggalkan suami tercinta untuk selama-lamanya, membuat kehidupan Khaira Arandhita, gadis yang biasa dipanggil Aira, menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Ia harus menikah dengan adik iparnya sendiri karena wasiat dari mendiang suaminya.
"Jangan pernah berharap Aku akan menyentuhmu, karena Aku sudah mencintai wanita lain, pernikahan ini ku anggap hanya sebuah kesepakatan, bukan ikatan." ucap Martin kepada Aira di saat malam pengantin mereka.
Martin Nugroho, mantan adik ipar yang kini menjadi suami Aira, yang sudah memiliki kekasih yang di pacarinya sejak dua tahun, Martin memaksa tetap akan menikahi pacarnya meskipun dirinya sudah menikah dengan istri dari kakaknya.
Akankah kehidupan rumah tangga Aira berjalan mulus? Mampukah Aira meluluhkan hati suaminya?
Ikuti kisah romantis mereka ❤️❤️
Novel pertama author yang bertema religi, mohon dukungannya ya 😊🥰❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kabar kamu, Mas?
Setelah Lita pergi, Asri menatap sang menantu, Ia khawatir jika Aira terlalu memikirkan ucapan Lita padanya.
"Aira! Mama berharap kamu tidak terganggu dengan kehadiran Lita, kamu jangan khawatir, Martin tidak akan berpaling darimu, Mama lihat Martin sekarang sudah berubah, Mama tidak tidak bisa berbohong, Lita dan Martin dulu memang sempat punya hubungan. Tapi, Papa tidak menyetujui hubungan mereka, Martin tetap bersikeras untuk menikahi Lita, hingga akhirnya Lita melanjutkan studinya ke luar negeri dan meninggalkan Martin selama beberapa tahun ini, dan insiden kecelakaan Panji akhirnya merubah semuanya." Asri berkata sembari berkaca-kaca.
"Tidak apa-apa, Ma! Saya bisa memahaminya, semoga saja Mbak Lita bisa menerima keputusan Mas Martin dengan iklhas."
"Iya, bagaimanapun juga semua ini memang sudah digariskan oleh Allah, Martin dan Lita tidak berjodoh, semoga kamu bisa menjadi penyejuk hati Martin, menggantikan posisi Lita di hatinya, Mama berharap Lita tidak memiliki dendam kepada Martin dan kamu."
Asri sedikit khawatir, karena Lita adalah anak dari rekan bisnis keluarga mereka yang selama ini telah mendukung kesuksesan dan kelancaran bisnis keluarga Burhan. Ia takut jika Lita nekat untuk membalas rasa sakit hatinya kepada Martin dengan menghancurkan bisnis mereka, mengingat Ayah Lita tidak akan segan-segan untuk menghancurkan orang yang telah membuat putri mereka satu-satunya menderita.
"Mama kenapa? Kok sedih gitu?" tanya sang menantu sembari menatap wajah Asri serius.
"Tidak apa-apa, Aira! Ya sudah ayo kita masuk." Asri mengajak sang menantu untuk masuk ke dalam rumah.
*
*
*
Jam masih menunjukkan pukul satu siang, hari itu Martin berhenti sejenak dari pekerjaannya, setelah dirinya makan siang, Martin berinisiatif untuk menelepon sang istri, entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa rindu dengan wanita yang kini menjadi istrinya.
Sementara Aira sedang berada di dalam kamar sedang membaca novel favoritnya yang menceritakan kehidupan sesudah pernikahan, dimana jalan ceritanya mirip sekali dengan kisah perjalanan hidupnya, yang berjudul Asmara Turun Ranjang, hanya saja pemain utamanya adalah putri orang kaya, sedangkan Aira adalah gadis dari panti asuhan dan bukan dari kalangan orang kaya.
Saat dirinya tengah asyik-asyiknya membaca novel, tiba-tiba saja terdengar suara dering ponsel Aira yang Ia letakkan di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Aira mengambil ponselnya dan melihat ke layar, "Hubby."
Sejenak Aira tersenyum dan langsung membuka ponselnya, ternyata itu adalah Martin, sang suami yang ingin sekali berbicara dengan Aira. Martin dan Aira melakukan video call bersama.
"Assalamualaikum, Mas!"
"Waalaikum salam, istriku!" jawab Martin sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya.
"Ada apa kamu menghubungiku, Mas?"
"Memangnya tidak boleh Aku berbicara dengan istriku, Aku kangen banget sama kamu, Aku ingin cepat-cepat segera pulang dan bertemu dengan istriku yang cantik ini." Martin berkata sembari merayu Aira yang terlihat malu-malu kucing.
"Baru juga tadi pagi ketemu, Mas! Masa sudah kangen sih! Oh ya kamu sudah sholat dan makan?"
"Sudah! Aku sudah Sholat tapi Aku belum makan." jawab pria itu dengan ekspresi yang memelas.
"Loh Kok belum makan sih, Mas! Nanti kamu sakit loh, cepet makan gih!"
"Ya nggak bisa dong sayang! Orang makanan nya nggak ada di sini!" jawab Martin dengan sedikit tersenyum smirk.
"Ya Allah, masa di kantor nggak ada kantin sih, Mas! Kamu kan bisa minta tolong sama karyawan restoran kamu untuk di anterin makanan ke kantor, daripada kamu nggak makan." ucap Aira yang khawatir dengan pengakuan Martin yang sengaja menggoda istrinya.
"Aku nggak suka makan itu, Aku ingin yang lainnya." bantah Martin sembari menggelengkan kepalanya.
"Ya udah besok Aku bikinin bekal ya untuk kamu, biar Aku masakin menu kesukaan kamu!"
"Nggak mau, Aku juga nggak suka bawa bekal, kayak anak SD aja!" ucap Martin yang masih menggelengkan kepalanya.
"Lah terus! Kamu maunya makan apa dong, Mas? Aku nggak mau melihat Suamiku sakit, jika kamu sakit, Aku pasti juga merasakan sakit, Mas!" mendengar ucapan dari Aira, Martin semakin semangat untuk menggoda istrinya.
"Benarkah! Apa kamu juga merasakan betapa tersiksanya Aku yang sekarang ingin sekali makan ...." Martin tidak melanjutkan kata-katanya, sejenak Martin tersenyum smirk melihat ekspresi wajah Aira yang sedang mengerutkan keningnya.
"Makan apa, Mas?" pertanyaan Aira memaksa Martin untuk tersenyum bahagia. Dengan lembut pria itu menjawab, "Makan kamu, Sayang!"
Rupanya ucapan Martin membuat Aira benar-benar malu, Ia pun menutupi senyum malu-malu nya dengan satu tangannya, tentu saja Martin protes dengan apa yang dilakukan oleh Aira.
"Hei! Sudah kubilang jangan tutupi senyum itu, karena senyum itu yang membuat ku ingin sekali untuk pulang ke rumah dan segera bertemu dengan istri shalihah ku!" rayuan maut dari Martin membuat hati Aira berbunga-bunga. Wanita itu sangat sederhana, mendengar pujian dari sang suami, maka hatinya akan meleleh dan dia akan memberikan apa saja yang suami inginkan.
"Katakan, Mas! Kamu ingin Aku masakin apa malam ini?" tawar sang istri mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Jangan alihkan pembicaraan kita, Aku mau malam ini kamu tidak usah masak, Aku ingin mengajakmu pergi makan malam berdua, persiapkan dirimu! Aku ingin kamu berdandan cantik untukku, kamu bersedia, kan!"
Aira mengangguk dan mengiyakan ajakan sang suami, setelahnya Ia Martin mengucapkan sayang dan salam sebelum dirinya menutup percakapan mereka.
"Ya sudah! Aku lanjut kerja dulu, jangan lupa nanti malam!"
"Iya, Mas!"
"Daaahh ... sampai jumpa kembali, Sayang! Assalamualaikum!"
"Waalaikum salam!" Aira segera menutup obrolan mereka, tapi tiba-tiba Martin memanggil istrinya lagi. "Eh tunggu-tunggu! Jangan ditutup dulu!"
"Ada apa lagi, Mas?" Aira bertanya sembari mengerutkan keningnya.
"Aku minta sun dikit, dong!" goda Martin yang begitu manja pada Aira, tentu saja permintaan Martin membuat Aira tertawa kecil. "Ya Allah, Mas! Bagaimana caranya kamu minta itu dariku, mana mungkin Aku bisa mengabulkannya, ada-ada saja kamu, Mas!"
"Sun jauh sayang, ayo dong!"
"Enggak ah! Malu."
"Kok malu, sih! Semalam aja kamu nggak malu, tapi suka banget Aku sun!" ucap Martin sembari tersenyum nakal.
"Mas Martin! Kamu tuh, ya! Jangan keras-keras nanti didengar Papa, itu privasi kita, Mas!" sahut sang istri sembari menutup bibirnya dengan satu tangannya, mengisyaratkan kepada Martin untuk hati-hati saat berbicara tentang hal pribadi mereka, mengingat Martin berada di kantor.
"Iya, Maaf! Tapi kamu jangan khawatir, Aku sendirian di dalam kantor, Papa sedang keluar ke Mushola, makanya aku berani berbicara seperti ini,"
"Ya sudah, tidak apa-apa. Baiklah, Mas! Aku tutup dulu, Aku mau mandi dulu!"
"Iya, Sayang! Eh sun nya belum, mana?" Aira dibuat geleng-geleng kepala dengan sikap manja suaminya.
"Mas Martin! Sudah dibilang Aku malu, Mas! Nanti aja kalau udah pulang, kamu bisa puas-puasin sesukamu."
Martin tersenyum bahagia mendengar ucapan sang istri, mereka pun menutup ponselnya masing-masing. Setelah itu Martin meletakkan kembali ponselnya sambil senyum-senyum sendiri.
"Ya Allah! Memang sungguh berbeda bercanda dengan bukan mahram dan istri sendiri, serasa lebih seru dan menarik. Apalagi saat dia malu-malu saat kugoda." ucap Martin sembari mengadahkan kepalanya bersandar pada kursi kerjanya.
Hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan nya.
"Masuk!" ucap Martin sembari membenarkan posisi duduknya. Pintu pun mulai terbuka, terlihat seorang wanita sedang masuk ke ruangan kerja Martin dengan gaya khasnya, wanita itu menghampiri Martin dan menyapanya.
"Apa kabar kamu, Mas?"
...BERSAMBUNG...
*
*
*
Promo dulu ya, bestie. Yukk mampir ke karya punya Mom Al yang berjudul LADY DEVIL. Cuss kepoin 🏃🏃