Sequel Empty Love Syndrome
IG elis.kurniasih.5
Alexander Kenneth adalah CEO yang dikenal killer. Tidak ada yang bisa bertahan lama menjadi sekretarisnya, hingga dia meminta seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.
Bilqis Thalita wanita bar bar yang ceroboh dan kerap melakukan kesalahan, ternyata menarik perhatian Alex karena kemiripannya dengan mendiang istri.
"Dasar Bos Killer. Lihat saja, aku akan menaklukkanmu," janji Bilqis pada dirinya sendiri saat berdiri di depan cermin kamar mandi kantor.
Bagaimana Kisah Bilqis dan Alex selanjutnya? Akankah Bilqis mampu menaklukkan bos killer itu hingga ke dasar hatinya? Lalu bagaimana dengan phobia Bilqis yang tidak mau memiliki hubungan dengan pria?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditawarkan benda itu lagi
Setelah acara selesai, Aurel, Bilqis, dan baby sitter itu menunggun kedatangan Alex yang ingin menjemput.
Namun, Bilqis pamit sebentar untuk pergi ke kamar mandi umum. Rasanya ia ingin buang air kecil. Bilqis meninggal Aurel dan baby sitternya di tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk.
Tak lama kemudian, Alex datang dan menghampiri sang puteri. “Sudah selesai, Sayang?”
Arah mata Alex memutar menelisik isi ruangan. pasalnya di sana sudah tak lagi ada mamah-mamah muda yang menatapna horor, karena acara ini sudah selsai tiga puluh menit yang lalu dan mereka pun sudah pulang.
“Sudah. Daddy terlalu lama menjemput.”
“Maaf.” Alex mengelus pipi putrinya agar tak merajuk.
“Tapi aurel tidak marah, karena ada Mommy di sini.”
“Mommy?” tanya Alex bingung hingga tak lama kemudian ia melihat Bilqis berjalan mendekat semabri menunduk dan merapikan pakaiannya.
“Bilqis?” tanya Alex bingung dengan kehadiran sekretarisnya di sini.
“Eh, Sir sudah datang?” Bilqis malah mengajukan pertanyaan.
“Kau di sini?” tanya Alex lagi.
“Iya, tadi saya ingin membeli kopi di sini, eh ternyata ada Aurel dan Aurel mengajakku untuk menemaninya ke perayaan teman sekolahnya,” jawab Bilqis yang di angguki Alex saat Alex melirik ke arah sang putri.
Alex pun tersenyum. “Terima kasih suda menemani putri saya. tadi saya ada urusan dengan Bimo.”
“Apa ada masalah dengan pekerjaan?” tanya Bilqis.
“Tidak. Tidak terlalu besar. Bimo hanya bertanya tentang finishing tender bersama Mr. Hans. Tadi kami bertemu di café.”
“Oh.” Bilqis hanya membulatkan bibirnya.
“Baiklah, kalau begitu saya pamit,” ucap Bilqis yang hendak pulang.
“Mommy, kami akan mengantarmu,” teriak Aurel menahan kaki Bilqis.
“Mommy?” tanya Alex yang khawatir Bilqis tidak menyukai panggilan itu karena ia tahu sekretarisnya ini belum menikah.
“Maaf, Qis. Kalau panggilan Aurel terhadapamu seperti itu,” ucap Alex yang melirik lagi putrinya untuk memberitahu panggilan yang benar untukm Bilqis.
“Tidak. Tidak. Tidak masalah, Sir. jika Aurel suka memanggil saya dengan sebutan itu, saya juga tidak keberatan,” jawab Bilqis tulus.
Alex menatap wajah BIlqis. “Benarkah?”
Bilqis mengangguk. “Benar, Sir.”
“Ayo Mommy! Pulang bersama kami. Mommy akan diantarDaddy sampai rumah.” Aurel langsung menggandeng tangan Bilqis.
“Tapi, Mommy bawa kendaraan sendiri, Sayang.” Bilqis mencoba menahan langkah gadis kecil itu.
“Tenang saja, Daddy akan menyuruh orang untuk mengambil mobil Mommy,” jawab Aurel yang lagi-lagi seperti orang dewasa, membuat Bilqis mengernyitkan dahi sambil tersenyum.
“Bukan begitu, Dad?” tanya Aurel pada ayahnya.
“Hah?” Alex sedikit tersentak dan mengangguk. “Ah, iya. Ayo Qis, saya antar pulang.”
Bilqis pun mengangguk setuju. Kebetulan hari juga sudah gelap dan ia juga masih ingin bersama anak kecil itu. Melihat Aurel mengingatkannya akan sosok orang tua yang tak lagi lengkap. Jika Bilqis merasakan ketidak lengkapan kedua orang tuanya karena tidak ada sosok ayah, Aurel merasakan ketiddak lengkapan kedua orang tuanya karena sosok sang Ibu. Dan mereka sama-sama merasakan itu di usia sangat kecil.
****
“Daddy, aku ingin pip*s,” rengek Aurel dengan memegang bawah perutnya saat berada di dalam mobil.
"Ya ampun, Sayang. Kamu kebiasaan kalau di jalan pasti ingin buang air,” kata Alex kesal karena bukan satu atau dua kali Aurel seperti ini.
“Tadi di restoran, Non sudah bibi tanya, Sir. tapi katanya tidak ingin buang air,” jawab baby sitter Aurel.
“ya udah Sir, tidak apa. Kita berhenti di minimarket saja,” sahut Bilqis yang duduk di samping Alex.
Ini adalah permintaan Aurel yang meminta Bilqis duduk di samping ayahnya. Padahal Bilsi sudah meminta anak itu yang duduk di samping Alex. Namun, Aurel mala langsung membuka pintu mobil belakang dan duduk persis di belakang sang ayah.
“Baiklah.” Alex mengangguk dan mencari mini market terdekat.
Jarak jalan yang sedang mereka tempuh belum dekat dengan rumah Bilqis. Jika saja sudah dekat, Alex mungkin akan meminta putrinya untuk menahan sebentar hingga sampai di rumah sekretarisnya itu. Alex juga bisa menjadikan hal ini alasan agar bisa berkenalan dengan orang tua dan keluarga Bilqis.
Selang lima menit, Alex memberhentikan mobilnya di sebuah minimarket fresh yang cukup besar. Mereka semua keluar dari mobil.
“Biar aku yang mengantarnya, Bi. Bibi tunggu saja di sini,” ucap Bilqis yang ingin menemani Aurel dan menyuruh baby sitter itu menunggu di kursi tunggu yang ada di depan mini market itu
Baby sitter Aurel pun mengangguk dan duduk di sana. Sementara Alex, Bilqis, dan Aurel masuk ke dalam tempat itu
Bilqis tampak jalan bersama Aurel dan Alex melihat kedekatan itu. Aurel tampak dekat dengan sekretarisnya lagi setelah kedekatan dulu dengan sekretarisnya yang sebelumnya, yaitu Alana. Alex bersyukur karena sang putri bisa melupakan Alana dan ia juga bersyukur karena sepertinya Bilqis bisa menggantikan posisi itu, mengingat Aurel tidak bisa dengan cepat dekat dengan orang lain seperti ini.
Bilqis membantu Aurel memakai celana d*l*mnya dengan benar.
“Mommy, kemarin aku dan Daddy kan membelikan celana ini untukmu. Apa sudah dipakai?” tanya anak kecil itu, membuat Bilqis tercengat untuk mengingat lagi kejadian itu.
Bilqis mengangguk ragu. “Ya, sudah Mommy pakai dan muat.”
“Kalau begitu, Daddy tidak salah ukuran,” jawab Aurel membuat Bilqis meringis.
Ia heran bagaimana Alex bisa mengetahui ukuran celana dan bra-nya? Apa dia benar-benar cenayang? Bilqis pun menggelengkan kepala dan bergidik ngeri pada duda mesum yang killer itu.
lalu, tak lama kemudian Aurel kembali menghampiri sang ayah yang sedang memilih beberapa camilan.
“Daddy, aku mau cokelat ini!” tunjuk Aurel pada ayahnya.
“Oke!” Alex pun langsung mengambil makanan yang Aurel pinta.
“Qis, kamu mau dibelikan sesuatu?” tanya Alex ramah. Jika sedang seperti ini, ketampanan Alex berkali-kali lipat rasanya.
Bilqis pun sejenak terpesona hingga mematung sesaat.
“Bilqis,” panggil Alex lagi karena wanita itu tidak menjawab dan hanya terdiam menatap bibirnya.
“Ah, apa?” Bilqis pun tersadar dengan lamunannya yang menggambarkan kejadian semalam saat Alex mencium bibirnya.
“Hei, kau melamun? Melamun apa?” tanya Alex yang kini mendekatkan wajahnya dengan Bilqis. “Mengingat ciuman kita semalam kah? Kamu ingn lagi?”
Bilqis pun melotot dan beralih pada Aurel yang untungnya tidak melihat ke arah mereka karena anak itu sedang asyik memilih makanan yang lain.
“Jangan Mimpi!” ucap Bilqis yang segera meningglkan tempat Alex berdiri, lalu menghampiri Aurel.
“Bilqis,” panggil Alex lagi membuat Bilqis malas.
“Apa?”
“Hei, aku tidak membahas lagi tentang itu,” kata Alex mengalihkan dan memberi kartu pada Bilqis. “Tolong bayarkan ini.”
Bilqis pun menerima kartu itu dan membawa makanan tadi ke kasir. Setelah semua selesai di scan dan disebutkan nominalnya serta melakukan pembayaran. Si kasir kembali menawarkan sebuah benda yang tadi siang juga ditawarkan oleh kasir dengan merk minimarket sama tapi tempat berbeda, saat bersama adiknya.
Si kasir melihat Alex yang sedang menggendong Aurel tengah berjalan menghampiri Bilqis. Sedari tadi memang mereka terlihat seperti keluarga harmonis dengan seorang anak yang lucu.
“Ibu mau coba ini? Ini produk baru rasanya …”
“Rasanya beraromakan buah seperti anggur, jeruk, dan apel. Serta ada sensai bergeriginya kan?” Bilqis mengungkapkan jenis benda itu sama seperti yang ia dengar ketika di minimarket siang tadi bersama Radit.
Alex yang sudah berada di samping Bilqis pun mengernyitkan dahi saat sang sekretaris menjelaskan dengan detail benda yang dipegang kasir itu. Ia tak menyangka bahwa Bilqis mengenal benda itu.
“Benar, Bu. Wah ternyata ibu sudah tahu. Atau jangan-jangan sudah memakainya dengan Bapak.”
Bilqis kaget saat mengikuti arah mata si kasir yang tertuju kepada Alex, karena ternyata pria itu sudah berada di sebelahnya. Bilqis malu karena mungkin Alex sedari tadi sudah mendengar percakapan ini.
“Hmm …” Bilqis baru saja ingin bicara, namun disela.
“Ini lagi promo, Bu. Beli dua lebih hemat. Satunya cuma isi tiga, jadi kalau beli dua lebih berasa.”
Bilqis menengok ke arah Alex yang tengah tersenyum.
“Ya, saya beli. Kami akan mencobanya.”
Bilqis pun semakin melongo. Namun, pria disebelahnya malah tersenyum senang.
g prnh tau salahnya mrasa g prnh punya salah
radit bar barr
eehh trnyata eskrim ituu
tp knp ya yg dpt dr ridho cm radit? kn bilqis juga anaknya,mkpn si bilqis sdh mnikah