Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.
Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.
Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.
Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?
BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.
*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 16 - Sikap Keluarga Yang Mengecewakan
Zico membaca pesan itu bolak-balik. Dia masih tidak menyangka wanita itu akan membalas pesannya. Selama dua minggu ini dia begitu ingin mengetahui kabar wanita itu. Apakah dia baik-baik saja? Apakah bayinya baik-baik saja? Apakah bayinya tidak rewel? Apakah mama memperlakukannya dengan baik? Apakah dia betah tinggal di rumah besar? Apakah dia bahagia tinggal di sana?
Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Telah banyak buku yang dibacanya. Buku tentang kehamilan, tentang bayi dan lain sebagainya. Semakin banyak dia membaca, semakin banyak kekhawatiran menghantuinya. Wanita hamil sangat membutuhkan support pasangannya. Meskipun mereka bukan pasangan, tapi setidaknya dia ayah bayi itu. Jadi dia harus bertanggung jawab pada wanita itu. Andaikan wanita itu tidak takut dan tidak membencinya, mungkin dia bisa memberi banyak dukungan bagi wanita itu.
Namun karena wanita itu membencinya, yang bisa dilakukannya hanyalah mengirim pesan secara berkala. Berharap wanita itu baik-baik saja sampai waktu melahirkan tiba. Tapi tidak di sangka malam ini wanita itu membalas pesannya. Apakah wanita itu sudah tidak begitu membencinya? Sudah tidak takut padanya? Ahh, sepertinya besok dia harus ke rumah besar. Melihat kondisi wanita itu dengan mata kepalanya sendiri. Zico ingin pagi segera datang. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan wanita itu.
Namun ternyata keadaan berkata lain. Pagi itu dia sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah besar ketika Gerry meneleponnya. Mengatakan bahwa salah satu perusahaan yang menggunakan softwarenya sedang mengalami serangan cyber dari pihak eksternal. Akhirnya dia bersama beberapa anak buahnya pergi ke perusahaan rekanan itu untuk menghentikan serangan cyber yang berusaha melakukan pencurian data perusahaan.
Ternyata hal itu memakan waktu yang cukup lama. Setelah hampir sepuluh jam berjibaku di depan komputer, saling menyerang dan mempertahankan keamanan data base perusahaan, akhirnya system di perusahaan itu bisa di perkuat dan pihak eksternal yang ingin mencuri database bisa di hancurkan.
Seluruh anak buahnya bersorak-sorai gembira. Direktur perusahaan rekanan memberi selamat kepadanya dan mengajaknya untuk minum-minum di suatu tempat untuk merayakan kemenangan mereka. Namun Zico menolak, dia tidak memiliki waktu untuk itu. Yang ingin di lakukannya adalah pergi ke rumah besar dan melihat kondisi wanita itu secara langsung.
Tanpa di dampingi Gerry, Zico melajukan mobilnya ke rumah besar. Waktu menunjukkan pukul 18.38 WIB. Seharusnya wanita itu belum tidur kan? Zico melajukan mobilnya dengan kencang. Dia hanya berharap tidak akan mengalami kemacetan.
Hampir setengah jam Zico berkendara sebelum akhirnya dia sampai di rumah besar. Di depan rumah dia di sambut oleh security yang segera membantunya memarkir kendaraannya. Tanpa salam Zico memasuki rumah tempat dirinya di besarkan itu. Dia melewati berbagai ruangan sebelum akhirnya tiba di ruang keluarga.
Di ruangan itu dia melihat mama dan kedua iparnya sedang duduk bercengkrama. Menikmati teh dan camilan mereka. Sementara kedua keponakannya bermain-main tak jauh dari situ.
“Dimana dia Ma? Kenapa hanya kalian bertiga?”
Tanya Zico tanpa memberi salam kepada orang-orang yang berada disitu. Merasakan kehadiran Zico, mereka sangat terkejut. Kedua kakak ipar Zico langsung berdiri dari duduknya, wajahnya terlihat khawatir dan ketakutan. Sedangkan mama tetap duduk dengan tenang, menyeruput tehnya dalam diam.
“Dimana dia Kak? Kenapa tidak ikut minum teh bersama kalian?” Zico mengalihkan pertanyaannya pada Qintan dan Retha, yang saling berpandang-pandangan tanpa menjawab pertanyaannya.
“Ah, mungkin dia di kamarnya. Aku akan mencarinya kesana. Silakan di lanjut lagi kegiatan kalian.”
Zico berlalu, pergi ke lantai dua menuju kamarnya. Dari awal dia sudah menempatkan Nisha di kamar itu, jadi dia sangat yakin Nisha akan berada di sana. Sesampainya di depan kamar, Zico segera mengetuk pintu. Beberapa kali dia mengetuk pintu namun tidak mendapatkan jawaban. Apakah wanita itu sedang tidur? Tapi ini masih jam tujuh malam, tidak mungkin wanita itu sudah tidur bukan? Apa memang wanita hamil tidurnya bisa lebih awal?
Karena penasaran, dengan pelan-pelan Zico membuka pintu kamar itu. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Dengan pelan Zico melongokkan kepala, berusaha mencari sumber kehidupan di kamar itu. Setelah mencari dengan detail, Zico tidak melihat ada tanda-tanda orang di dalam kamar itu.
Zico memasuki kamar lamanya itu. Kamar itu masih sama seperti terakhir kali dia meninggalkannya. Tidak ada tanda-tanda kamar itu di tempati orang lain, apalagi seorang wanita. Zico memeriksa lemarinya, berusaha menemukan barang-barang Nisha namun ternyata nihil. Dia tidak menemukan apa-apa. Zico mulai sedikit panik, tapi dia tetap berusaha untuk tenang.
Kemudian Zico memeriksa kamar mandi, seperti dugaannya tidak ada apa-apa di kamar mandi itu. Seperti kamar mandi yang sudah lama tidak di gunakan. Tidak ada percikan air di kamar mandinya, yang menandakan bahwa memang tidak ada orang yang pernah memakainya. Lalu kemana Nisha? Dari awal dia sudah menempatkan gadis itu di kamar ini, tapi kenapa keberadaannya tidak ada? Ada dimana dia?
Zico menjadi panik. Berbagai pikiran merasuki kepalanya. Dengan marah dia segera pergi ke ruang keluarga.
“Dimana dia Ma?! Kenapa dia tidak ada di kamar?!” tanya Zico dengan nada marah. Biasanya dia akan sangat berkepala dingin ketika menghadapi masalah, namun entah kenapa bila berhubungan dengan wanita itu dia tidak bisa menahan emosinya.
“Dia berada di tempat dimana seharusnya dia berada.” Mama menjawab dengan santai. Sementara kedua kakak iparnya tampak sangat ketakutan.
“Tempatnya adalah di kamarku Ma. Dia sedang mengandung anakku. Jadi dia juga seharusnya berada di ruangan ini. Berkumpul dengan kalian sebagai keluarga…”
“Keluarga? Keluarga katamu?! Dari awal Mama sudah menolaknya! Kenapa Kamu memaksa dia untuk tinggal di sini? Mama tidak menerimanya sebagai keluarga! Mama juga tidak akan menerima anaknya! Wanita tidak jelas seperti itu jangan harap bisa mendapatkan pengakuan dari Mama!”
“Ma! Anak yang di kandungnya adalah cucu Mama. Kalau Mama tidak bisa menerima dia, setidaknya Mama bisa menerima bayi itu…”
“Tidak akan! Tidak akan pernah! Mama tidak akan pernah menerima anak dari wanita itu!” Mama tetap bersikukuh. Kemarahan memenuhi rongga dada Zico. Dia tidak menyangka mamanya masih menolak Nisha. Dia berpikir wanita itu sudah baik-baik saja, tapi ternyata tidak seperti perkiraannya.
“Lalu dimana dia Ma? Mama tidak mengusirnya kan?!” tanya Zico dengan perasaan ketar-ketir. Dia tidak bisa membayangkan kalau Mama benar-benar mengusir wanita itu.
“Sudah Mama bilang, dia berada di tempatnya seharusnya berada!” Mama mengatupkan mulutnya rapat-rapat, pertanda tidak ingin menjawab pertanyaan Zico lagi. Akhirnya dengan pasrah Zico berlari kesana-kemari, berusaha mencari keberadaan wanita itu di rumah besar.
Zico berlari menuju kamar bu Lastri, kepala pelayan yang sangat di percayainya. Dia menanyakan keberadaan Nisha pada beliau. Zico sedikit lega mengetahui Nisha masih berada di rumah itu. Dengan segera Zico berlari ke ruangan yang letaknya paling ujung dari rumah itu. Kemudian dengan tidak sabar Zico segera membuka pintu itu.
BRAAAAKKK!!
Zico melihat wanita itu. Sedang menyetrika tumpukan baju yang jumlahnya puluhan kilo. Zico sangat marah melihatnya. Dia bukan marah pada Nisha, dia marah pada keluarganya yang memperlakukan wanita itu seperti itu.
“Apa yang Kamu lakukan?!”
Dengan wajah pucat pasi wanita itu melihatnya, tatapan matanya tampak tidak fokus. Dan di detik berikutnya wanita itu jatuh tak sadarkan diri. Sebelum Nisha terjatuh (dan akan menimpa setrika yang sedang di pegangnya), dengan sigap Zico segera menangkap tubuh wanita itu. Meraihnya ke dalam pelukannya.
***
woey istri org tu 🤦😂