NovelToon NovelToon
ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU

ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Mafia / Duda / CEO / Roman-Angst Mafia / Pengasuh
Popularitas:707.2k
Nilai: 4.7
Nama Author: Yhunie Arthi

Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.

Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.

Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?

Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1. ANAK HILANG

San Fransisco, Sunday 16:45

Netra hazzel dari gadis berambut ikal panjang itu terus memandangi langit yang sedang menumpahkan buliran airnya ke tanah. Cuaca begitu muram di luar sana bahkan ketika ia berada dalam ruangan saat ini. Seharian hujan turun membuat cuaca cukup dingin dan mengganggu berbagai aktivitas orang-orang di luar sana.

"Mungkin lebih baik kau pulang saja duluan, Lili. Istirahat, bukankah besok kau kembali bekerja? Bisa kau lihat tidak banyak orang yang akan datang karena hujan, jadi tidak perlu membantu," ucap pria paruh baya dengan pakaian koki dari balik konter dimana aktivitas memasak dilakukan.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang," gadis itu berkata seraya berjalan menuju ke sang pria paruh baya. "Jangan pulang terlalu larut. Love You, Dad," sambungnya yang mencium pipi pria berpakaian koki tersebut.

"Love you too, Sweetheart. Payungmu jangan lupa," balas sang ayah.

Gadis bernama Lili itu memberikan sinyal 'oke' menggunakan jarinya, kemudian mengambil tas selempang dan juga payung dari tempatnya di dekat pintu masuk.

Lili beranjak keluar dari restoran sederhana tersebut setelah melambai kepada sang ayah. Menghela napas keras ketika melihat cuaca sepertinya akan terus hujan seperti ini hingga waktu lama, mungkin sampai pagi. Ia tidak terlalu senang dengan jalanan yang basah, karena sering sekali membuatnya kehilangan keseimbangan dan berakhir memalukan diri sendiri dengan terjatuh. Ia harap hari ini dirinya akan baik-baik saja.

Namun ketika Lili membuka payungnya dan hendak bergegas pulang, kakinya terhenti hanya dalam dua langkah, ketika netranya menangkap sesuatu yang mengejutkan dirinya.

Anak laki-laki yang ia kira berusia sekitar lima atau enam tahunan tengah duduk memeluk kaki di bawah guyuran hujan tak jauh dari pintu masuk. Wajahnya pucat karena kedinginan. Bahkan Lili bisa merasakan ketakutan dalam paras bocah laki-laki tersebut.

"Oh God, apa yang kau lakukan di sini, Adik Kecil." Lili dengan cepat mendatangi bocah tersebut, berjongkok dan memayungi bocah berambut hitam legam tersebut.

Bocah itu meringkuk ketakutan, setengah menangis walau tak terlalu kentara karena air hujan membasahi wajahnya.

Lili bisa melihat tubuh bocah itu gemetar karena takut, meringkuk seolah melindungi tubuh kecilnya dari Lili. Mungkin waspada terhadap Lili sebagai orang yang tidak bocah itu kenal. Dahi sang gadis mengerut melihat gerakan tak biasa dari bocah itu, jelas kalau sesuatu terjadi padanya.

"Hei, jangan takut. Aku bukan orang jahat. Namaku Lili," kata Lili dengan nada selembut beledu, merekahkan senyum hangat agar bocah di depannya ini tidak ketakutan.

Perlahan bocah berambut legam tersebut melihat ke arah Lili, mencoba menilai sang gadis apakah sungguh baik atau justru sebaliknya. Dan sebuah anggukan menjadi jawaban dari bocah itu, menandakan kalau ia tidak merasakan sesuatu yang berbahaya dari Lili. Beberapa kali ia mencuri pandang untuk melihat sosok sang gadis yang duduk kehujanan di depannya, sedangkan payung di tangan sang gadis justru digunakan untuk melindungi sang bocah dari guyuran hujan tak berkesudahan.

"Ikut aku ke dalam sana mau? Di sini dingin, dan kau bisa sakit kalau terus di sini. Tenang saja, ini restoran ayahku. Bagaimana, kau mau?" bujuk Lili tanpa mengubah nada suaranya. Mana tega ia meninggalkan bocah kecil ini sendirian di bawah hujan dengan tubuh yang telah memucat karena kedinginan.

Sebuah anggukan dari sang bocah membuat Lili tersenyum lebih lebar. Senang karena ia mendapati kalau bocah ini mudah diajak bicara walau masih kecil. Mungkin insting sang bocah juga yang membutuhkan tempat hangat dan aman hingga membuatnya mau menerima bantuan dari orang asing seperti Lili.

"Bisa jalan?" tanya Lili.

Gelengan kepala bocah itu lakukan.

Mengerti dengan situasinya, Lili mengangkat perlahan sang bocah dari tempatnya duduk dan menggendongnya dengan mantab seolah ia terbiasa melakukan hal tersebut. Tak banyak bicara, Lili kembali masuk ke restoran yang belum ada sepuluh menit ia tinggalkan.

"Selamat datang. Lili? Kenapa kembali, ada yang terting-" ucapan sang ayah terpotong ketika pria paruh baya itu melihat sosok bocah kecil dalam gendongan anak gadisnya.

"Ayah, aku menemukannya di depan. Dia duduk sendirian di bawah hujan jadi aku membawanya ke sini," jelas Lili.

"Astaga, bagaimana bisa anak sekecil ini di luar sendirian kehujanan." Pria paruh baya bernama Robert Larossa itu segera berlari kecil menuju ke Lili untuk melihat bocah lelaki di tangan anak gadisnya tersebut.

"Aku sendiri tidak tahu. Kurasa tersesat atau buruknya kehilangan orang tuanya ketika di jalan. Dia sangat ketakutan dan kedinginan, sepertinya sudah lama di luar," duga Lili seraya mengelus punggung bocah tersebut.

Robert berlari ke ruangan lain dan keluar tidak lama kemudian dengan sebuah handuk di tangan. Miliknya yang ia taruh di ruang ganti bersama barang-barang lainnya. Dengan cepat ia menyelimuti tubuh bocah tersebut, membuatnya hangat. Bisa ia rasakan ketika tangannya bersentuhan dengan kulit sang bocah, dingin seperti es. Menandakan kalau bocah itu telah lama di bawah hujan di luar sana.

"Bagaimana kalau aku membawanya pulang, Dad? Kasihan dia kalau ditinggal di sini, dan kalau lapor polisi cuaca juga sedang hujan. Jika ada orang tuanya yang mencari sekitar sini, kau bisa meneleponku nanti," pinta Lili yang tidak tega melihat kondisi sang bocah dalam gendongannya.

Awalnya Robert ingin berkata tidak, namun ia tahu dengan jelas bagaimana putrinya itu jika menyangkut soal anak-anak. Dan akan bisa sangat keras kepala jika Robert menolak keinginan sang putri semata wayangnya itu jika menolak membantu bocah di gendongannya.

"Baiklah. Kau bisa mengurusnya di rumah. Aku akan memberitahumu jika ada kabar apa pun mengenai anak hilang," kata Robert akhirnya.

"Terima kasih, Dad." Senyum merekah indah di wajah gadis itu ketika ia mendapatkan izin dengan mudah untuk membawa bocah kecil tersebut untuk pulang. Tentu ia tidak bisa meninggalkan bocah sekecil itu yang ketakutan dan kedinginan di restoran dan harus diinterogasi oleh polisi.

Setelah itu, Lili langsung bergegas untuk pulang. Ia berjalan menuju ke parkiran restoran dan masuk ke dalam mobil SUV miliknya, menempatkan bocah itu di kursi penumpang dan memakaikan sabuk pengaman dengan tepat. Buru-buru ia berlari ke kursi pengemudi dan menaikinya, menghidupkan mesin dan juga penghangat demi sang bocah.

"Kid, ke rumah aunty, ya. Kita pulang, ganti pakaian, dan makan di sana, kau mau?" Lagi, Lili bertanya kepada bocah itu, tidak ingin egois jika bocah itu tidak menginginkannya mengingat Lili hanyalah orang asing baginya.

Namun anggukan dari kepala sang bocah melegakan hati Lili. Ia segera mengemudikan mobilnya kemudian melesat ke jalanan menembus hujan. Sesekali ia melihat ke arah sang bocah, memerhatikan kondisinya yang masih dalam balutan handuk. Terlihat sekali raut tidak tenang, dan lelah di paras sang bocah. Berpikir bagaimana bisa anak sekecil itu sendirian di luar dalam hantaman hujan.

...***...

San Fransisco, Sunday 17:30

Pintu kayu besar yang terbuka dalam sebuah rumah besar dengan arsitektur modern, kini menampakan sosok setinggi seratus delapan puluh sentimeter lebih, dalam balutan jas yang tak dikancingkan, serta dasi yang tak lagi rapih. Raut wajah yang ditunjukan membuat siapa pun tahu kalau pria tersebut sedang murka. Bahkan ketika ia diam, tatapan matanya sanggup membuat orang di sekitarnya tak berani sekedar mengangkat kepala untuk melihat sosok tersebut.

"Rion, sepertinya Lucas melarikan diri dari para penculik. Mobil Van yang menculik Lucas siang tadi telah ditemukan dan para penculiknya sudah diamankan. Dan kata mereka Lucas berlari ketika mereka sedang mengeluarkan barang dari dalam mobil di Baverlly Hill Street. Sampai sekarang Lucas tidak ditemukan dimana pun," jelas pria berkemeja hitam dengan lengan baju di gulung hingga siku.

"Sial! Tidak peduli bagaimanapun caranya temukan Lucas sekarang juga, Dante. Turunkan semua orang untuk mencarinya, tanyakan pada orang di sekitar daerah tempatnya menghilang. SEKARANG!" perintah pria bernama Rion tersebut. Seolah amarahnya tak lagi terbendung setelah mendengar anaknya diculik dan kali ini menghilang entah kemana tanpa ada yang tahu.

"Baik," sahut pria bernama Dante yang segera beranjak pergi dari ruang kerja Rion. Tak ingin membuang banyak waktu, terutama ketika atasannya itu sedang murka.

Rion menjatuhkan dirinya ke kursi kulit di balik meja kerja yang penuh dengan berkas. Ia menyurukkan tangan ke rambut, dan mengusap wajahnya dengan keras, frustrasi karena ketiadaan anaknya yang entah ada dimana.

Matanya terus melihat ke luar jendela yang basah karena hujan. Pikiran buruk bermain di kepala mengenai keadaan bocah kesayangannya di luar sana. Sendirian, dalam keadaan hujan. Takut kalau anaknya bertemu dengan orang jahat dan melakukan tindakan tak diinginkan. Agh, memikirkannya saja sudah membuat seorang Rion takut.

"Kumohon, tetaplah selamat di luar sana, Nak," ucap Rion, berdoa akan keselamatan bocah lima tahun yang merupakan anaknya bernama, Lucas.

1
Atik Marwati
ku kira rose yang ilang ternyata rod... syukurlah udah ketemu
siti Hasanah
tambah seru ni thor.... /Drool//Drool/
La Rue
oh Roderick bukan Bumblebee yg menghilang,syukurlah bertemu kembali akhirnya. Kiranya siapa yg sengaja ingin membawa pergi Roderick 🤔
Nurul Fariza
Selalu saya akan langkau episod untuk membaca kerana selalu 2 atau 3 episod akan bercerita kisah yang Sama.Kisah ini memang berbeza. Cerita yang mudah untuk difahami. Konflik yang mendebarkan/Casual/
JAM
novel ini ceritanya bangus ceritanya dan alurnya teratur, sehingga senang membacanya. sukses terua author. God Bless
Yhunie Arthi: terima kasih, semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Yunita Aristya
jangan sampai di culik orang lagi
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
wehhh ternyataaa
La Rue
bumblebee ya, jangan lama² hilangnya 😱
Yhunie Arthi: /Slight//Slight//Slight/
total 1 replies
Denni Siahaan
bagus ceritanya perempuan nya gak lembel gak cengeng 👍
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
lilypad udah yg kyk di game zombie
Atik Marwati
pasti rose yang hilang
Indah Permatasari
Oh God, plis thor jangan bikin cerita kaya novel lainnya yaaa, harus beda pokoknya. Cerita nya di culik dan ngga ketemu keluarga sampai beberapa tahun😑 pliss, males banget setiap ketemu novel bercerita kayak gitu " salah satu si kembar di culik cuma buat alasan ajang bales dendam ke ortu si anak".
Yhunie Arthi: Hahaha, aman aja. saya nggak sedramatis itu. paling ilang diculik alien dan dijadiin pemimpin planet laen. Nggak canda aja 🤣
total 1 replies
Maizuki Bintang
pasti rose yg hilang
Yhunie Arthi: Bocil kematian dia itu 😭
total 1 replies
You Bitch
Bule 180CM? Lu lagi melawak Tor? 🗿🤣🤣 Yang benar aja, Tinggi rata² Western itu 190an. Lah ini 180? Asia kali 🤓🤣
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@: masa sih rata2 mrk 190cm?? lah gmn dengan aktor mrk? kyknya byk juga yg dibawah 180cm.lagipula othor tulis 180cm lebih.
Yhunie Arthi: Sorry, saya udah research duluan ya. San Francisco itu Amerika dan tinggi rata-rata pria Amerika itu 175.3 dan di cerita saya menggunakan kata 180an cm yang artinya lebih dari 180 cm agar pembaca bisa berimajinasi sendiri, dan tinggi 190 cm itu bisanya pemain basket international seperti MBI. dan untuk asia tinggi rata-rata pria 165-170 an. Bahkan yang eropa yang memiliki tinggi badan melebihi benua lain rata-rata sekarang 180 an. Gampangnya google aja yah. soalnya Basic cerita saya wajib research dulu bahkan untuk nama tol sekalipun. But makasih informasinya /Smirk/
total 2 replies
Lina Wahyu Ratnasari
mantul.. Lucas is the best.. lanjut ekstra partnya.. klo perlu sesi kedua untuk anak²nya Rion dan Lili...
Yhunie Arthi: Semoga ketemu konsep bagus ya kalau ada sekuelnya para bocah /Determined/
total 1 replies
ros
ceritanya menarik 👍
Yulia
bagus
Pucung Pucung
Thor,klau bisa buat cerita nya anak Rion sampai dewasa Thor .cerita nya sangat bagus😉😉😌😌
Yhunie Arthi: Lihat nanti ya, sedang dipikirkan konsep ceritanya /Chuckle/
total 1 replies
emma
Luar biasa
Anna Rakhmawaty
cerita yg bagus👍🤗
Yhunie Arthi: terima kasih ya udah baca sampai akhir cerita, dan juga dukungannya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!