Xaveryn Graziella, seorang Tuan Putri cantik jelita yang disembunyikan selama bertahun-tahun di sebuah menara. Tidak ada yang tahu alasan mengapa Kaisar menyembunyikan Xaveryn dari dunia luar. Kehidupan Xaveryn terbilang menyedihkan, dia mendapat akhir hidup yang penuh darah dan derita.
Xaveryn menjadi Permaisuri tawanan setelah pemberontakan besar-besaran yang menghancurkan hidupnya dalam semalam. Xaveryn pun akhirnya mati seusai kekuatannya dirampas habis oleh ulah suaminya sendiri. Ketika dia membuka mata, dia selalu terbangun di hari pemberontakan terjadi. Dia menjalani kehidupan yang sama sebanyak enam belas kali. Namun, di kehidupannya yang ketujuh belas, dia kembali ke masa dia berusia lima tahun. Kali ini dewa mengirimnya ke waktu di mana pemberontakan masih jauh terjadi.
Dapatkah Xaveryn mengubah masa depan? Dapatkah dia melawan segala traumanya lalu menyelamatkan keluarganya dari kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takhta Tertinggi
Countess Suhail telah menunggu Xaveryn di dalam kelas, ketika gadis kecil itu masuk, matanya langsung menyiratkan ketidaksukaan. Namun, Xaveryn mengabaikan segala jenis tatapan yang dilontarkan Countess Suhail. Sepertinya Countess Suhail sedang bersiap untuk memarahi Xaveryn dan kembali melakukan apa yang pernah dia lakukan sebelumnya.
“Yang Mulia, apa Anda tahu sudah jam berapa ini? Kenapa Anda tega membiarkan saya menunggu di sini? Seharusnya, sebagai anggota keluarga kekaisaran, Anda harus bisa tepat waktu,” omel Countess Suhail.
“Apa? Kelasnya masih lima menit lagi dan Anda mengatakan saya telat? Harusnya Anda gunakan mata Anda baik-baik saat melihat jam,” balas Xaveryn.
Countess Suhail membelalak kaget, siapa sangka jika Xaveryn akan menjawab perkataannya secara lantang tanpa ragu-ragu. Xaveryn berencana menunjukkan sedikit demi sedikit taringnya pada Countess Suhail serta memberi tahu wanita tersebut mengenai perbedaan besar di antara mereka.
“Anda sudah berani melawan saya? Betapa tidak sopan—”
“Tolong perhatikan posisi Anda di sini, saya adalah Tuan Putri satu-satunya Kekaisaran Graziella, sedangkan Anda hanyalah guru etiket yang diberi amanat untuk mengajari saya etiket kekaisaran. Jangan melewati batas dan sadari tempat Anda.”
Xaveryn memotong perkataan Countess Suhail, dia tidak memberi ruang kepada Countess Suhail untuk berlaku seenaknya saja. Xaveryn mendudukkan diri di atas kursi seraya menyilangkan kedua kaki. Mungkin kemarin dia memang membiarkan Countess Suhail melakukan apa pun sesuai kehendaknya, tapi hari ini akan berbeda jauh dari hari kemarin.
“Yang Mulia, apa yang terjadi pada Anda? Di sini saya berperan sebagai guru Anda, lebih baik jaga sopan santun Anda terhadap saya. Keberadaan Anda di istana ini tidak lebih dari seonggok benalu yang dikasihani Kaisar.”
Countess Suhail menyunggingkan tawa kecil, dia menghina Xaveryn secara terang-terangan. Akan tetapi, Xaveryn tidak merasa tersinggung, dia telah terbiasa menerima segala macam cacian tentang dirinya di masa lalu sehingga hatinya sedikit lebih lapang menanggapi apa pun jenis hinaan yang tertuju padanya.
“Countess, saya beri tahu satu hal paling penting, apabila Anda ingin menjadi Permaisuri maka langkah pertama adalah bersikap baik kepada saya sebab takhta tertinggi di istana ini bukanlah Kaisar melainkan saya, anak perempuan satu-satunya,” tekan Xaveryn.
“Hahaha, Anda jangan membuat saya tertawa, padahal rumor mengatakan bahwa Kaisar tidak
menyayangi anak perempuannya. Takhta tertinggi? Saya hanya perlu menaklukkan
hati Kaisar supaya beliau memberi saya posisi Permaisuri.”
Xaveryn tersenyum miring. ‘Jadi, rumornya telah tersebar? Baguslah, aku memang sengaja menyebarkan rumor tentang Kaisar yang tidak menyayangi anak perempuannya. Sekarang aku sudah memastikan bahwa wanita ini termakan rumor palsu. Dengan begini aku akan lebih mudah untuk menyingkirkannya,’ batin Xaveryn.
“Ya terserah saja, aku tidak peduli. Sekarang mari kita mulai pelajarannya, Anda terlalu banyak mengoceh sampai membuat kepala saya sakit,” ujar Xaveryn.
Terpaksa wanita itu menahan amarahnya, dia tidak mau melawan anak kecil berusia enam tahun lebih lama lagi. Countess Suhail mengendurkan bahunya yang tegang, dia memutuskan untuk segera memulai pelajaran sekaligus memulai penyiksaan terhadap Xaveryn.
“Hari ini saya akan mengajari Anda cara menyeduh teh dan cara minum teh yang benar sekaligus mengajari Anda cara berjalan yang anggun. Saya harap Anda tidak merepotkan saya lagi seperti hari kemarin,” tutur Countess Suhail sedikit menekan nada bicaranya.
Xaveryn diminta untuk pindah duduk ke meja yang telah disediakan cangkir teh dan segala macam alat perjamuan sederhana. Di sini Countess Suhail mengajari Xaveryn dengan kasar dan dipenuhi sumpah serapah. Untungnya, tidak ada orang selain mereka berdua di kelas sehingga Countess Suhail lebih leluasa melakukan aksinya.
‘Wanita ini bertingkah seperti penguasa istana, memperlakukan keluarga kekaisaran secara semena-mena. Tanpa dia sadari, saat ini dia sedang terjatuh ke dalam jebakanku, aku akan membuatnya mati mengenaskan di tanganku sendiri,’
Countess Suhail menyuruh Xaveryn untuk menyeduh teh sendiri menggunakan air panas. Xaveryn menuruti suruhannya tanpa melakukan penolakan, gadis kecil itu sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Tidak bisakah Anda gunakan mata Anda sendiri?! Coba perhatikan baik-baik takaran tehnya dan tuang secara perlahan. Astaga, bagaimana Anda bisa membuat teh seburuk ini, Yang Mulia?!”
Sekali lagi Countess Suhail meracau tanpa alasan jelas, dia membuat situasi saat ini terlihat seolah Xaveryn tidak mempunyai kepandaian dalam belajar etiket. Kemudian Countess Suhail melakukan sesuatu yang melukai Xaveryn yakni dia mengguyurkan satu cangkir air panas ke punggung tangan Xaveryn. Namun, anehnya Xaveryn tidak berteriak atau bereaksi sakit, dia hanya menatap lurus ke arah Countess Suhail.
‘Apa? Dia tidak bereaksi sama sekali? Kenapa anak sialan ini tidak menunjukkan rasa sakit sedikit pun? Lalu apa-apaan tatapannya itu? Dia anak yang aneh.’
“Ada apa, Countess? Anda sengaja melakukannya?”
Seketika Countess Suhail merinding saat dia melihat senyum Xaveryn yang menyeramkan, dia seakan sedang berhadapan dengan sosok yang tidak seharusnya dia usik.
“Ini hukuman untuk Anda, Yang Mulia,” jawab Countess Suhail memperbaiki ekspresi wajahnya.
‘Untung saja aku sudah terbiasa dengan siraman air panas, di kehidupan lampau aku seringkali disiram menggunakan air panas hingga saat ini aku terbiasa dengan air panas. Mungkin akan sedikit meninggalkan jejak di tanganku, tapi tidak apa-apa, justru bagus karena dengan ini aku bisa lebih mudah menjebak Countess Suhail.’
Berikutnya, Countess Suhail melatih Xaveryn berjalan anggun, dia menaruh satu buku tebal di atas kepala Xaveryn lalu menyuruh gadis kecil itu berjalan tanpa menjatuhkan bukunya. Xaveryn melakukannya dengan lancar, tapi Countess Suhail tidak membiarkannya begitu saja. Dia melakukan apa pun agar buku di kepala Xaveryn terjatuh sehingga Xaveryn kembali menerima hukuman pukulan tongkat rotan di betisnya.
Setelah kelas selesai, Roxilius menggendong Xaveryn ke dalam kamar, sebelumnya gadis itu meminta Roxilius untuk tidak menyembuhkan lukanya. Dia sengaja membiarkan luka akibat air panas serta luka di betisnya menganga begitu saja. Setiba di dalam kamar, Xaveryn langsung disambut oleh Annita dan Eris.
“Yang Mulia, bagaimana pembelajaran Anda hari ini? Apakah semuanya berjalan lancar?” tanya Annita begitu lembut.
“Pasti Anda melakukannya dengan benar karena Tuan Putri kita adalah seorang jenius!” seru Eris bersemangat.
Xaveryn tersenyum kaku, dia menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal, ruang kamar Xaveryn mendadak berubah tegang.
“Luka apa ini? Kenapa tangan Anda bisa terluka, Yang Mulia?” Annita menarik tangan Xaveryn untuk memastikan luka yang terpampang jelas di punggung tangan Xaveryn.
“Kak, ini luka bakar akibat air panas. Mungkinkah Countess Suhail yang melakukannya kepada Anda? Astaga, Yang Mulia, kulit mulus Anda menjadi seperti ini,” ucap Eris.
Annita tiba-tiba menggenggam pundak Xaveryn, dia menatap gadis kecil itu dengan mata penuh ketegasan.
“Yang Mulia, tolong jujur kepada saya, apakah Countess Suhail mencelakai Anda selama pembelajaran berlangsung?”
Terimakasih karyanya Thor.
Selalu jaga kesehatan dan semangat.
Raja mah bebas.Horang khayah 😅