Tuan Putri Yang Tersembunyi
“Aku harus kabur dari sini, aku tidak boleh mati lagi di tempat mengerikan ini.”
Seorang gadis cantik berambut keemasan tengah memanjat tembok tinggi yang dipenuhi tanaman berduri. Sekujur badannya dipenuhi balutan perban akibat luka yang dia terima, lehernya juga dihiasi tanda merah bekas kecupan, sekilas tergurat rasa takut mendalam dari sinar mata hazel nan bening miliknya. Pandangannya terus mengedar ke sekeliling sembari berharap tidak ada orang yang mengawasi pergerakannya.
“Bagaimana pun caranya aku harus pergi jauh dari istana ini.” Disertai tekad kuat di hati, gadis cantik rupawan itu perlahan berlari menjauhi kastil tempatnya tadi berada.
Tidak ada cahaya di garis wajahnya, hanya ada kepucatan mewarnai muka cantiknya itu, sungguh dia berada pada kondisi di mana dirinya nyaris jatuh dan tumbang. Walaupun telapak kakinya terdapat banyak luka goresan, dia tidak mempedulikannya, yang ada di otaknya hanyalah cara menjauh dari tempat yang dia anggap sebagai neraka.
“Yang Mulia Permaisuri melarikan diri! Ayo cepat kejar dia!” Suara sejumlah kesatria bergema dari balik tembok kastil, mereka mengejar gadis yang mereka sebut sebagai Permaisuri itu.
Melewati hutan belantara yang dihuni berbagai jenis binatang buas, gadis tersebut terus menyusuri jalanan yang diisi duri. Berbekal sebilah belati, dia menerobos semak belukar dan menebas segala jenis binatang yang mencoba menghalangi langkahnya. Sementara itu, di belakang punggungnya terdengar jelas derap kaki kesatria yang berupaya mengejarnya. Gaun yang ia kenakan mulai robek sana sini, suara napasnya juga mulai terputus-putus. Sekarang hidupnya berada di ambang kematian, tapi dia tidak menyerah untuk mengubah akhir dari hidupnya kala itu.
“Celaka! Di depanku ada jurang, aku tidak bisa lari ke mana-mana lagi.” Terpaksa gadis itu menghentikan langkahnya tatkala ia melihat tebing yang curam di hadapannya. Para kesatria yang mengejarnya kini tepat berada di belakangnya, mereka berhasil mengejar gadis itu.
“Yang Mulia, Anda tidak bisa lagi kabur dari sini. Tolong menyerah saja dan kembali bersama kami ke kastil,” ujar seorang kesatria.
“Jangan mendekat!” Gadis itu memberi peringatan sambil menodongkan belati tajam yang sedari tadi dia genggam. “Jika kalian mendekat, aku akan melompat ke bawah!” lanjutnya mengancam.
Para kesatria tampak kebingungan, mereka membatu di tempat seraya mencari cara untuk membujuk gadis itu supaya bersedia kembali lagi ke kastil bersama mereka. Namun, mereka kian ditimpa kebingungan sebab saat ini situasinya benar-benar genting. Apabila gadis itu mundur satu langkah lagi ke belakang, maka dia akan terjun bebas ke dalam jurang yang tidak terlihat dasarnya.
“Kami mohon kepada Anda, jangan bersikap bodoh dan membahayakan diri Anda sendiri, Yang Mulia. Anda harus kembali bersama kami, jika tidak nanti Kaisar akan memarahi kami,” tutur para kesatria berupaya membujuk gadis itu.
“Tidak!” Gadis itu menolak tegas disertai nada suara bergetar, perlahan tangannya gemetar hebat. Dari sudut mata indah si gadis berjatuhan bulir-bulir air mata, kedua pipinya basah tergenang butiran air mata kesedihan dan kesakitan. “Aku tidak akan pernah kembali lagi ke tempat yang mengerikan itu. Kalian hanya akan menyuruhku melayani setiap pria yang tidak aku kenali, aku tidak mau lagi … aku tidak mau lagi melakukannya!”
Terlintas di kepala gadis itu sebuah bayangan kelam tentang dirinya yang dibawa dari sebuah kekaisaran yang telah hancur. Dia dulunya adalah seorang Tuan Putri dari kekaisaran paling berjaya dan diberkahi kemakmuran. Nama ia yaitu Xaveryn Graziella, siapa pun kenal nama itu, nama gadis paling cantik yang terlahir dari darah murni seorang Kaisar dan Permaisuri Graziella. Namun, segalanya seketika lenyap, Kekaisaran Saverio melakukan pemberontakan tak terduga lalu membawa Xaveryn ke Saverio sebagai tawanan.
Xaveryn menjadi Permaisuri Saverio, tapi dia tidak pernah mendapat perlakuan sebagai Permaisuri. Kekuatan tersembunyi dari tubuhnya membuat semua orang buta, mereka menyiksa gadis cantik ini hingga memberinya keputusasaan serta ketakutan luar biasa. Sebuah rasa trauma yang mencabik-cabik hatinya terus menerus berdatangan, gadis yang selalu memamerkan keindahan senyumnya sudah mati karena rasa trauma yang dia peroleh.
“Hahaha, apa yang Anda katakan, Yang Mulia? Itu merupakan sebuah kewajiban bagi Anda. Tubuh indah Anda sekaligus kekuatan tersembunyi di inti tubuh Anda, seluruh manusia di muka bumi ini menginginkannya. Lagi pula Anda menikmatinya, bukan? Karena kebanyakan dari pria yang Anda layani adalah pria muda dan penuh karisma.”
Para kesatria terkekeh, mereka menghina Xaveryn secara terang-terangan, mereka tidak pernah menganggap Xaveryn seorang manusia. Seluruh rakyat Saverio menganggap Xaveryn sebagai alat agar mereka memperoleh kekuatan mahadahsyat.
“Aku tidak pernah menikmatinya … semua yang kalian lakukan padaku tidak pernah aku nikmati sekali pun! Aku membenci kalian, aku ingin mengutuk seluruh orang yang menyakitiku dan menyakiti keluargaku. Karena kalian aku jadi kehilangan segalanya, aku takkan lagi menyerahkan tubuhku pada orang lain. Kekuatan ini tidak akan pernah sampai ke tubuh kalian, aku akan membawanya bersamaku ke alam kematian.”
Xaveryn merogoh sebuah pistol dari balik gaunnya, dia menodongkan pistol tersebut ke kepalanya. Suara tawa para kesatria meredup sesaat mereka melihat Xaveryn tidak bermain-main mengancam dirinya. Tidak terhitung berapa kali dia berada pada posisi terjepit antara hidup dan mati, yang dia inginkan saat ini hanyalah mengakhiri hidupnya lalu meninggalkan dunia ini.
“Yang Mulia, letakkan pistol itu! Anda tidak bisa melakukan ini, jika Anda mati maka kami yang menjadi sasaran kemarahan Kaisar. Tolong menurutlah, Yang Mulia!”
Xaveryn tersenyum pahit. “Aku harap aku tidak akan pernah bangun lagi, aku sudah muak mati dan mengulang hidupku berkali-kali tapi tidak ada yang bisa aku ubah satu pun. Aku mengutuk kalian! Manusia biad*b yang menghancurkan hidupku, aku tidak akan memaafkan kalian sampai kapan pun itu.”
DOR!
Xaveryn menarik pelatuk pistol, satu peluru menembus masuk ke kepalanya, dia nekat mengakhiri hidupnya sendiri tanpa ada rasa takut akan kematian. Semua mata membelalak kaget ketika Xaveryn membunuh dirinya lalu terjatuh ke jurang tak berdasar. Samar-samar kedua netra hazel itu masih terbuka, dia merasakan dirinya sedang berada di udara. Setiap tetes darah segar mengalir di sisi kepalanya yang terluka akibat tembakan pistol.
‘Sudah enam belas kali kehidupan, tapi tidak ada satu pun yang berubah, setiap kali aku mati maka aku akan kembali hidup lagi di hari terjadinya pemberontakkan. Aku terbangun di dalam kurungan besi, selalu saja seperti itu. Sebenarnya, apa maksud dewa membiarkanku mengulang kehidupan pada situasi yang sama? Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mengubah hidupku. Aku hanya mengulangi penderitaan yang sama, lalu apakah setelah ini aku juga akan terbangun lagi di waktu yang sama pada hari pemberontakkan? Aku harap aku tidak usah hidup lagi, aku lelah … sangat lelah ….’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
RS
menarik,,renkarnasinya gak main main sdh belasan x,,lanjuttttt baca
2023-05-19
0
Sulati Cus
capek jg klu hrs ngulangin sp 16 x
2022-08-30
1
anes wahyu
awal cerita menarik, semoga sampai tamat ya, jdi tdak menyesal bacanya....soalnya ada bbrapa novel diikuti baca, ternyata ndk sampai selesai, berhenti di tengah2 cerita
2022-08-23
0