NovelToon NovelToon
SIANIDA (Siap Nikah Sama Duda)

SIANIDA (Siap Nikah Sama Duda)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:892.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: desih nurani

Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?

Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.

Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepatil Lele

Erkan dibuat kaget karena tiba-tiba saja Lisa datang ke rumah padahal dirinya juga baru sampai beberapa menit yang lalu.

"Masuk." Ajak Erkan. Lisa pun langsung masuk dan duduk di sofa.

"Ada apa?" tanyanya bingung. Ia juga bisa melihat wajah sembab Lisa.

"Kenapa Bapak teh ngasih mobil sama si Aa? Bapak mah gak tahu gimana pandangan orang desa sama saya? Mereka semua bilang saya itu matre, Pak." Tangisan Lisa pun pecah.

Sebenarnya Abah dan Mamah tadi ingin ikut untuk menemui Erkan. Hanya saja Lisa tidak enak kalau sampai orang tuanya juga ikut. Apa lagi mata tetangga seolah terus mengincarnya.

Erkan terkejut mendengarnya. Berani sekali mereka mengatai calon istriku matre. Aku aja gak merasa gitu.

"Maaf jika saya lancang menuruti keinginan Abang kamu. Tapi saya ikhlas, toh dia juga akan jadi Abang saya kan?"

"Saya tahu, pemikiran Bapak sama orang-orang di sini gak akan sama. Tapi saya gak bisa nerima mobil itu. Saya balikin sama Bapak." Lisa meletakan kunci mobil dan surat-surat lengkapnya di atas meja.

"Satu lagi, saya juga pengen maharnya gak perlu besar. Cukup uang satu juta seratus ribu rupiah sama seperangkat alat solat aja. Jangan lebih. Saya gak mau membenarkan pikiran orang-orang kalau saya teh matre. Saya teh gak gitu. Saya gak perlu harta Bapak. Saya cuma mau jadi istri Bapak, itu aja." Lisa menangis sesegukkan.

Bukannya sedih, Erkan justru tersenyum lucu. Hidung, mata dan pipi Lisa yang memerah membuatnya terlihat lucu.

"Oke, saya kabulin keinginan kamu. Seberapa pun maharnya, kalau kita udah nikah, atm saya juga tetap jadi milik kamu."

Mendengar itu tangisan Lisa pun langsung redam. "Ih si Bapak mah, saya teh lagi sedih. Bapak malah bercanda."

Erkan tersenyum dan mendorong kotak tisu ke depan Lisa. "Jangan nangis, kamu kayak badut."

Lisa tertawa kecil sambil mengambil tisu dan menyapu air matanya.

"Tapi untuk masalah mobil, saya gak bisa nerima lagi. Mobilnya udah jadi milik Abang kamu. Saya juga ikhlas kasihnya. Gak usah di denger omongan orang. Lagian yang jalanin semuanya kan kita. Habis nikah kita juga gak tinggal di sini."

"Hah? Maksud Bapak teh kumaha?"

Erkan tersenyum. "Mungkin satu bulanan lagi rumah saya di kota selesai di renov. Jadi kita langsung pindah ke sana."

"Jadi kita tinggal di kota?"

Erkan mengangguk. "Saya kan kerja di sana. Capek juga bolak-balik terus. Saya pindah ke sini supaya Rayden ketemu suasana baru aja. Gak selamanya netap di sini."

Lisa pun manggut-manggut.

"Kamu gak keberatan kan pindah ke kota?" Tanya Erkan memastikan.

"Enggak kok, udah kewajiban saya ikut suami."

"Alhamdulillah kalau gitu."

Lisa tersenyum malu. Dan keduanya pun terdiam cukup lama karena suasana mendadak canggung.

"Oh iya, Rayden gak ikut pulang?"

"Enggak, Mama nahan dia di sana. Katanya kangen. Paling juga minggu depan baru ke sini lagi."

"Wah, kayaknya bakal kangen sama si kasep. Lama juga kalau minggu depan."

"Gak papa, bulan depan kamu udah bisa tinggal sama dia kan?"

Seketika wajah Lisa merona. "Iya sih."

"Pokoknya jangan dengerin perkataan orang. Lagian kalau saya ambil balik mobilnya, orang lain bakal mandang saya sebelah mata. Abang kamu juga pasti butuh kan?"

Lisa terdiam sejenak. "Iya sih, katanya si Aa teh mau pake mobilnya buat ngegrab."

"Tuh tahu. Kan lumayan buat usaha."

Lisa tersenyum. "Ya udah, makasih ya Pak. Saya ambil lagi kunci sama surat-suratnya."

Erkan mengangguk.

"Kalau gitu saya pamit pulang dulu, kalau bapak bingung mau makan siang di mana. Ke rumah aja, pintu rumah selalu terbuka. Tapi buat Bapak sama keluarga aja, yang lain mah gak di terima. Habis julid terus sih."

"Iya." Sahut Erkan tersenyum geli.

"Ya udah, saya pulang dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Lisa pun bangkit dari duduknya dan langsung beranjak pulang.

****

Asep menatap kunci mobil dan surat-surat yang Lisa berikan barusan.

"Eneng udah ikhlas, pake aja."

Seketika wajah Asep berbinar. "Beneran, Neng? Ini teh jadi buat Aa?"

"Iya atuh, jadi buat siapa lagi? Orang namanya juga nama Aa."

"Yes! Nuhun ya Allah. Nuhun Neng." Sangking senangnya Asep pun langsung meluk Lisa. "Aa janji, mobilnya bakal Aa jadiin usaha."

"Iya, Eneng percaya."

Asep melerai pelukannya dan berteriak kesenangan. Bahkan pemuda yang satu itu sampe joget-joget sangking senangnya. Lisa yang melihat itu cuma bisa menggeleng.

"Aya naon ribut-ribut, Nang?" Tanya Mamah masuk ke kamar Asep karena berpikir Lisa dan Asep bertengkar lagi.

"Mah, berhubung Aa teh udah dapat izin dari Eneng. Hayuk keliling kampung pake mobil baru. Aa juga mau jemput Neng Devi." Semangat Asep.

Mamah pun langsung menatap Lisa. "Gak jadi dibalikin?"

Lisa menggeleng.

Mamah pun tersenyum. "Mamah udah yakin Erkan gak bakal nerima lagi. Orang mobilnya udah sampe sini masak diambil lagi. Apa kata tetangga nanti?"

"Iya, tadi Pak Erkan bilang gitu juga."

"Ck, udah jangan ngobrol lagi. Hayuk kita cobak mobilnya. Aa teh udah gak sabar," ajak Asep begitu antusias. Pemuda itu pun langsung membawa Mamah dan Adiknya keluar dan segera mencoba mobilnya.

Tidak tanggung-tanggung, Asep benar-benar membawa mobilnya keliling kampung. Membuat banyak mata memberikan pandangan yang berbeda. Namun, mereka sama sekali tidak peduli. Karena tujuannya hanya untuk mencoba mobil baru bukan untuk pamer.

Siangnya, Erkan benar-benar datang ke rumah Lisa. Tentu saja kedatangannya disambut hangat oleh keluarga Lisa.

"Wah, kebetulan ada kamu. Sini ikut Abah, kita ambil ikan dulu buat makan." Ajak Abah langsung menarik Erkan ke belakang.

"Jadi kita masuk kolam?" Tanya Erkan saat melihat Abah Wawan nyemplung ke kolam.

"Iya, kita serok pake sair. Nyari ikan yang gede buat di panggang. Buat bacakan, hayuk atuh turun." Jawab Abah yang sudah berdiri di dalam kolam yang tingginya hanya selutut.

"Saya gak pernah masuk kolam soalnya, kecuali kolam renang." Erkan menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Udah masuk aja dulu."

"Masuk aja, Pak. Gak dalem kok." Titah Lisa yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu.

Erkan menghela napas berat. Sebenarnya ia tidak berani masuk, berhubung ada Lisa di sana. Ia pun terpaksa turun karena takut dianggap lemah.

Lisa terkikik geli saat melihat ekspresi Erkan saat memasukkan kakinya ke kolam. Dan mengabadikan momen itu di ponselnya. Merekam kelucuan sang calon suami.

"Momen langka nih orang kota masuk empang." Gumamnya.

"Duh, ada yang gigit kaki saya. Bukan lintah kan?" Tanya Erkan terlihat cemas.

Sontak Lisa pun tertawa. "Mana ada lintah di sini, Bapak."

Erkan yang sadar sedang direkam pun menatap Lisa tajam. "Awas kamu."

Lisa terkekeh lucu. "Udah sana bantu Abah, hitung-hitung cari pengalaman."

Erkan pun mengalah dan langsung membantu Abah yang sedari tadi sudah memilih ikan mas yang lumayan besar-besar.

"Kenapa banyak sekali yang diambil?" Tanya Erkan pada Abah.

"Sekalian ambil buat pesenan, lumayan nambah pemasukan hari ini."

"Oh... emang dari dulu suka pelihara ikan?"

"Enggak juga sih, awalnya cuma iseng. Rupanya ketagihan, lumayan penghasilan dari ikan bisa bantu biaya kuliah si Eneng." Jelas Abah.

Erkan pun manggut-manggut dan terus memilih ikan yang besar sangking asiknya. Ia mulai terbawa suasana, sampai tidak sadar jika ada ikan lele di antara ikan mas itu.

"Aduh."

Lisa yang masih asik merekam pun terkejut dan langsung menghentikan kegiatannya itu. Wajahnya langsung panik saat melihat tangan Erkan mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

1
Julia Juliawati
modus ini paduda
Julia Juliawati
realistis bkn matre. emang bener kita butuh uang mau apa pun hrs dgn uang.
Julia Juliawati
jor we atuh balik kaditu teu di undang oge
Julia Juliawati
calon suami ku lima langkah dr rumah🤣🤣
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
sugan teh bener ari heug mah ngalamin🤣🤣
Julia Juliawati
🤣🤣🤣 bagus mah masa anak perawan gogorowokan🤣🤣
Julia Juliawati
adek ipar kynya. mgkn dia suka sm erkan tp erkan g suka sm dia
Julia Juliawati
eh paduda nanya dtg bln? 🤣🤣
Julia Juliawati
dasar paduda haha
Julia Juliawati
mending setengah jam. ada yg mandi smpe dua jam. ntah apa aj yg di gosok
Julia Juliawati
peda na peda beureum tabah peuteuy jeung jengkol muda muatap.mantan lewat di belakang aj g tau🤣🤣
Julia Juliawati
mantap kesukaan akoh itu
Julia Juliawati
hadiah semua🤣🤣
Luh Nanik
di bikin rendang aja Thor...😁😁😁😁
Saeni Bae
Kecewa
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
ahmad irwan
bagus
iecha fathir
lanjut ah..seru banget liat neng lisa n kang erkan ...🥰🥰🥰😍😍
iecha fathir
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!