NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emak...Mamak

Dengan hati yang berdebar, Bacin terus melangkah, semakin dalam ke dalam kabut yang semakin tebal. Suasana semakin menekan, seperti ada ribuan mata yang memperhatikannya dari dalam kegelapan. Namun, Bacin berusaha untuk tetap tenang, meskipun ketakutan mulai merayap dalam dirinya.

Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul sosok yang mengerikan. Wujudnya seperti pocong, dengan kain putih yang robek di beberapa tempat. Wajahnya tertutup oleh kain, namun matanya yang hitam dan tajam terlihat jelas, menatap Bacin dengan penuh kebencian. Mulutnya terbuka lebar, memperlihatkan gigi-gigi yang tajam dan berlendir, suara desisan halus keluar dari tenggorokannya.

Bacin terhenti, tubuhnya membeku sejenak. Sosok itu bergerak perlahan, melayang tanpa suara. Kakinya terangkat dari tanah, seolah tidak menyentuhnya. Setiap gerakannya terasa tidak alami, seakan mengabaikan hukum fisika. Bacin merasakan hawa dingin yang semakin menusuk tulangnya, dan ketakutan mulai merayapi jantungnya.

Dengan setiap langkah pocong itu, kabut semakin pekat, dan suara gemeretak dari tubuhnya semakin jelas terdengar. Bacin tahu bahwa ini bukan hal biasa. Ini adalah entitas dari Black World yang jauh lebih kuat dan menyeramkan dari apa pun yang pernah ia temui. Seketika, tubuh pocong itu berhenti, dan pandangan matanya menembus Bacin, seakan mencari tahu apa yang ada dalam dirinya.

Bacin mencoba bergerak, tetapi kakinya terasa terikat oleh rasa takut yang mencekam. Di tengah ketakutannya, ia tahu bahwa tidak ada jalan mundur. Sosok itu mulai bergerak mendekat dengan cepat, dan Bacin merasakan aura gelap yang menyelubungi sekitarnya.

Bacin berusaha menarik napas dalam-dalam, melawan ketakutannya. Ia tahu bahwa jika ia ragu, akan sangat sulit untuk bertahan. Namun, pada saat yang bersamaan, pocong itu mengangkat tangannya yang terbalut kain putih yang kotor, seolah siap untuk menghancurkan apa pun yang ada di depannya.

Bacin pun mengeluarkan pisau dari sakunya, siap untuk melawan, namun sosok itu tiba-tiba melayang tinggi ke udara, menghilang dalam kabut yang semakin pekat. Bacin terdiam beberapa saat, mencoba mengumpulkan keberaniannya. Ketika ia merasa aman, sebuah suara di belakangnya menggetarkan seluruh tubuhnya.

"Terlambat..."

Suara yang sangat dingin, dan menyeramkan terdengar. Membuat bulu kuduknya merinding ke ubun-ubun.

Bacin menoleh, dan di balik kabut yang tebal, ada beberapa sosok pocong lain yang mulai muncul, bergerak perlahan, dan mengelilinginya. Satu persatu, mereka melayang dengan ekspresi kosong dan mengerikan, mata mereka yang gelap menatapnya dengan penuh kebencian.

Bacin bisa merasakan udara di sekitarnya semakin menyesakkan, seolah dunia di sekitarnya menjadi lebih sempit. Pocong-pocong itu mulai mendekat, langkah mereka serentak, bergerak perlahan, namun menakutkan. Matanya yang kosong namun tajam menatap Bacin tanpa ampun, seolah menanti untuk merenggut hidupnya. Meskipun rasa takut menguasai dirinya, Bacin tahu, tidak ada jalan mundur. Ia harus bertarung.

Dengan tangan gemetar, ia menggenggam pisau lebih erat. Setiap kali salah satu pocong itu bergerak lebih dekat, ia berusaha untuk menghindar atau menusuk, namun mereka terbang dengan kecepatan yang tak terduga, hampir seperti bayangan. Pisau yang ia ayunkan hanya menyentuh udara kosong.

Namun, saat Bacin berusaha untuk menghindari serangan pocong yang lain, tiba-tiba, dari kabut yang semakin pekat, muncul sebuah sosok yang jauh lebih mengerikan. Sebuah wujud tinggi besar, dengan tubuh yang tampak tidak wajar. Tubuhnya berbentuk setengah manusia dan setengah monster, dengan kulit gelap seolah terbuat dari batu hitam yang retak, seperti kerak bumi yang mengeras. Wajahnya tampak terdistorsi, dengan mulut yang sangat besar penuh dengan gigi-gigi tajam yang berkilau, dan sepasang mata merah menyala yang mencerminkan api neraka.

Makhluk itu melangkah perlahan menuju Bacin, dan setiap langkahnya mengeluarkan suara gemeretak yang terdengar seperti bumi yang retak. Ketika ia bergerak, udara di sekitar Bacin terasa semakin berat, seakan dunia ini mengutuknya. Sosok itu tertawa rendah, suara tertawanya bergema di telinga Bacin, seakan mengguncang kesadarannya.

“Lari, atau mati, pilihanmu.” Suara itu keluar dari mulut monster itu, bergetar dan penuh ancaman.

Bacin tersentak, namun ia tetap mencoba bertahan, meskipun ketakutan mulai menguasai tubuhnya. Pisau yang ia genggam kini terasa begitu ringan, tak mampu melawan wujud mengerikan yang baru muncul ini. Pocong-pocong itu semakin mendekat, dan Bacin terperangkap di tengah-tengah mereka, dengan monster mengerikan itu semakin dekat.

Namun, sebelum monster itu bisa meluncurkan serangan, sebuah ledakan suara keras mengguncang kabut tebal di sekitarnya. Sosok itu terhenti sejenak, dan di antara kepulan kabut, sebuah bola api besar meluncur dengan cepat menuju monster tersebut. Bola api itu meledak tepat di tubuh makhluk itu, membuatnya terhuyung mundur. Sisa-sisa api yang menyala masih mengepul di tubuhnya, namun monster itu hanya tertawa, meskipun terhantam serangan itu.

“Lemah… tidak akan menghentikan saya,” gumam monster itu sambil berdiri tegak.

Namun, saat itu, sebuah suara lain muncul dari kabut yang semakin tipis. Suara yang terdengar jauh lebih mengerikan dan penuh kebencian, serupa dengan desisan ular. “Jangan kira kamu bisa menang begitu saja,” suara itu berkata, dan tiba-tiba, dari dalam kabut muncul sosok lain, lebih gelap dan lebih tinggi daripada monster yang sudah ada. Sosok ini tampak seperti bayangan raksasa yang melayang, dengan bentuk tubuh yang seperti bayangan kabut itu sendiri, mata merah menyala yang menembus jiwa, dan suara yang menggema di sekelilingnya.

Sosok ini, dengan gerakan lambat namun pasti, menghampiri Bacin, yang kini semakin terpojok. Bacin merasa darahnya membeku. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia temui sebelumnya. Bahkan monster batu itu tampak terpinggirkan oleh wujud ini.

Bacin, tanpa sadar, mundur satu langkah, menahan ketakutannya. Namun, ia tahu, kali ini ia harus berjuang lebih keras daripada sebelumnya. Ia mengumpulkan seluruh keberaniannya, berharap ada jalan keluar dari mimpi buruk ini.

Saat itu, salah satu pocong yang mendekat berteriak, suaranya melengking tinggi, membuat Bacin tersentak.

Bacin terjatuh ke tanah, tubuhnya bergetar hebat. Darah mengalir dari telinganya, matanya berkunang-kunang, dan suara teriakan pocong itu terus menggema di dalam pikirannya, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. Rasanya seperti sesuatu yang menembus jiwanya, seperti suara itu langsung masuk ke dalam tulang belulangnya, membuat seluruh tubuhnya terasa sakit, seperti diremukkan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan yang lebih buruk daripada kematian itu sendiri.

Pocong-pocong itu semakin mendekat, wajah mereka yang suram dan mengerikan semakin jelas. Tangan mereka yang terulur, penuh dengan kegelapan, siap merenggut hidupnya. Bacin mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya begitu lemah, darah yang terus mengalir membuat pandangannya kabur, dan rasa sakit yang menusuk membuatnya sulit bernapas. Setiap gerakan terasa seperti terhambat oleh beban yang tak terlihat, seperti dunia menekan tubuhnya lebih dalam ke tanah.

Namun yang lebih menakutkan lagi adalah kehadiran sosok raksasa yang sebelumnya tertahan oleh serangan bola api. Monster batu itu kini berdiri di hadapannya, lebih besar dan lebih menakutkan dari sebelumnya. Senyuman mengerikan muncul di wajahnya, seolah ia menikmati penderitaan Bacin. "Kamu benar-benar lemah," suaranya bergema, penuh kebencian, "Ini adalah akhir dari perjalananmu."

Bacin menggenggam pisau yang masih ada di tangannya, namun itu seakan hanya menjadi simbol kelemahan. Ia tahu, ia tidak akan bisa bertahan lama. Pikiran-pikiran gelap mulai menyerang pikirannya, mengingatkan betapa kecil kemungkinan untuk melarikan diri. Meskipun begitu, dia tidak bisa menyerah begitu saja. Meski tubuhnya lelah, meski hatinya hampir hancur, ada sedikit sisa kekuatan yang masih tersisa dalam dirinya. Bacin tahu bahwa jika ia berhenti sekarang, semuanya akan berakhir.

Tiba-tiba, pocong-pocong itu mengerahkan kekuatan mereka, semakin mendekat. Bacin menatap mereka dengan tatapan kosong, merasakan ketakutan yang mendalam menyelimuti dirinya. Mereka semakin dekat, begitu dekat, dan dalam satu gerakan cepat, tangan-tangan mereka yang terulur siap mencengkeram tubuhnya. Bacin berusaha untuk menghindar, namun tubuhnya tidak bisa bergerak dengan cepat, seakan kekuatan dari teriakan pocong itu telah membekukan semua kemampuannya.

Dalam ketakutan yang begitu mendalam, Bacin merasa bahwa saat ini adalah saat terakhirnya. Pocong-pocong itu akhirnya merenggutnya, tangan-tangan mereka mencengkram tubuhnya, dan dunia di sekelilingnya menjadi gelap. Bacin merasa tubuhnya terkoyak, tidak hanya fisik, tetapi jiwanya pun rasanya ikut tercerabut.

Kegelapan menelan segalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!