Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. Lauhul Mahfudz
Allah menitipkan cinta diatas Akal dan Syariat kepada setiap umatnya, jadi jika kita hanya terus berpangku tangan tentunya tidak akan benar.
Berusahalah dengan sebenar-benar usaha, jika awal pernikahanmu buruk itu bukan salahmu, jika sampai akhir tetap buruk itu jelas salahmu, tapi jika itu terjadi, jangan jadikan itu sebagai bentuk kegagalan.
Tapi jadikan sebagai bentuk keberhasilan. "Oh dia sudah berhasil menemani saya dalam titik ini, dan saya berhasil menemani dia sampai titik yang sama."
•
Kini Dikta dan Aurel berada dirumah sakit menanti kabar dari Adam yang sedang ditangani oleh dokter dirumah sakit tersebut.
Pasalnya setelah menerima hantaman vas bunga dibelakang kepala, Adam sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Kalau Mas Adam kenapa-napa, aku gak bakal bisa maafin diri aku sendiri," ujar Dikta duduk di kursi tunggu dengan perasaan kemelut.
Dia menautkan kedua jarinya menanti kabar Adam yang masih ditangani, Aurel yang melihat itu segera menenangkan sahabatnya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan dimana Adam tadi ditangani.
"Bagaimana kondisi Mas Adam?" tanya Dikta berdiri dan langsung menanyakan kondisi Adam kepada dokter yang kebetulan adalah teman Adam sendiri.
"Kondisi dokter Adam tidak apa-apa, tidak ada luka yang serius hanya saja mungkin butuh istirahat akibat benturan dengan vas bunga itu, dia sudah siuman, kalau Mbak ingin mengecek silakan," jawab dokter tersebut pamit dan meninggalkan Dikta dan Aurel disana.
Dikta dan Aurel masuk ke dalam ruangan Adam, dimana Adam tengah terduduk di ranjang pasien dengan meringis pelan karena bagian belakang kepalanya masih sakit.
"Kamu kenapa sih? Mau bikin aku hutang budi terus?" ujar Dikta membombardir Adam dengan pertanyaan.
Adam hening sejenak, menatap Dikta yang menyorot kesal kepadanya akibat perbuatannya.
"Kalau Mas Adam kenapa-napa gimana? Aku jadi kepikiran, Mas Adam selalu aja bikin aku kepikiran, kadang aku khawatir, kadang aku bingung, kenapa sikap Mas Adam selalu begitu, Mas Adam egois gamau perhatiin diri sendiri," lanjut Dikta berbicara langsung tanpa pikir panjang karena kesal.
Adam yang mendengar itu langsung menatap Dikta. "Kamu khawatirin Mas?"
Dikta gugup, dia membuang muka dan menghujat dirinya dalam hati karena mengatakan itu. "Yah karena Mas Adam udah nolongin aku."
"Karena Mas cinta sama kamu," jawab Adam yang membuat Dikta membulatkan mata sempurna.
Eh bilang apa Mas Adam barusan? pikir Dikta.
Adam menatap Dikta dengan senyuman terbaiknya, sedangkan Dikta langsung membuang muka karena sikap dari Adam.
"Aku lebih rela ngerasain sakit dipukul daripada sakit liat kamu kenapa-napa, Ta," lanjut Adam.
Dikta semakin malu, sedangkan Aurel hanya tersenyum simpul melihat aksi Adam yang mencoba melakukan pendekatan kepada Dikta yang sedang berada dalam titik terendahnya.
Dikta langsung berjalan keluar dari ruangan rawat Adam dan sesampainya dikoridor Dikta tidak henti-hentinya mengucap istigfar.
Aurel yang menyusul Dikta segera menepuk pundak Dikta yang membuat Dikta sedikit terkejut.
"Salting yah, di gombalin Mas Dokter?" tanya Aurel menggoda Dikta.
"Astagfirullah, ada-ada aja kamu Rel, sekarang aku masih sah istrinya Bang Robby, tidak etis rasanya jika aku merasa salah tingkah dihadapan pria lain," jawv Dikta.
"Kenapa sih Ta? Lagipula Robby juga selingkuh sama Glenca kenapa kamu tidak bisa membuka hati, lagipula sebentar kalian akan pisah secara agama dan negara, dan Talak itu sudah jatuh," ujar Aurel.
Dikta berjalan pelan ke kursi tunggu dan duduk disana. "Aku gatau Rel, statusku masih seorang istri, apakah aku pantas membuka hati untuk pria lain?"
"Jika kamu tidak melakukan itu, itu sama saja kamu berharap pernikahan kamu dan Robby bisa normal kembali, ingat Dikta jangan jadi payung untuk orang yang suka hujan," jelas Aurel menasehati Dikta.
Kalaupun Mas Adam jodohku yang benar tercatat dalam lauhul mahfudz-nya apa benar iya perasaan lima tahun lalu itu mulai muncul kembali? batin Dikta.
•
•
•
TBC
Mas Adam-nya nih
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻