Menjalin asmara bertahun-tahun tak menjanjikan sebuah hubungan akan berakhir di pelaminan.
Begitulah yang di alami oleh gadis bernama Ajeng. Dia menjalin kasih bertahun-tahun lamanya namun akhirnya di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Namun takdir pun terus bergulir hingga akhirnya seorang Ajeng menikahi seorang duda atas pilihannya sendiri. Hingga akhirnya banyak rahasia yang tidak ia ketahui tentang suaminya?
Bagaimanakah Ajeng melanjutkan kisahnya??
Mari kita ikuti kisah Ajeng ya teman2 🙏🙏🙏
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🙏. Mohon jangan di bully, soale Mak othor juga masih terus belajar 😩
Kalo ngga suka ,skip aja jangan kasih rate buruk ya please 🙏🙏🙏🙏
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Pelukan Hangat
Ajeng dan Ega mengobrol dan tertawa sepanjang jalan ke kostan. Dua gadis itu seperti mendapatkan topik yang menarik setelah menonton Drakor usai subuh tadi.
Khalis mendengar suara Ajeng dan Ega yang tertawa. Gadis kecil itu meletakkan mainannya. Ia menoleh ke arah warung sang nenek. Perempuan paruh baya itu sibuk dengan konsumennya.
Khalis pun menuju ke pintu besi yang tak seberapa jauh dari pintu ruang tamu. Tangan gadis kecil itu melambai-lambai seolah memanggil Ajeng. Sayang, Khalis kecil itu menyadari jika dirinya belum cakap berbicara seperti teman-temannya.
Lagi-lagi Khalis menoleh ke warung di mana neneknya masih saja sibuk. Ia ingin sekali meminta neneknya untuk mengantarkan dirinya ke kost Ajeng.
Akhirnya, Khalis pun membuka pintu besi itu meski dengan segala usahanya. Meski dari Khalis belum cakap berbicara, tapi bocah itu termasuk cerdas dalam mengingat beberapa hal termasuk arah rumah kost Ajeng.
Di sela kesibukannya bekerja, sang ayah juga suka mengajarinya menulis dan membaca. Tapi bukan memaksa, hanya sekedar mengenalkannya pada Khalis yang masih sangat kecil tersebut.
Khalis memakai sandalnya dan berjalan lambat menuju ke kost Ajeng yang mungkin cukup jauh jika di jangkau anak seusia Khalis.
Langkah kecilnya tentu tak bisa mengejar Ajeng dan Ega. Setelah beberapa menit, Khalis pun tiba di rumah kost Bu Haji Udin. Pintu gerbang rumah itu masih terbuka hingga memudahkan Khalis masuk ke area kost. Sayangnya, Khalis tak ingat di mana kamar Ajeng karena semua pintu dan warnanya sama.
Khalis berdiri di depan salah satu pintu. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan seolah mencari keberadaan Ajeng dan Ega.
Ega membuka pintu kamar Ajeng dan betapa terkejutnya gadis itu yang mendapati Khalis sedang berdiri kebingungan.
"Astajiiimm....untung ngga keinjek nih bocah!", pekik Ega. Khalis pun sama terkejutnya mendengar ucapan Ega.
Ajeng memakai bergonya lalu menyusul Ega yang tadi sempat memekik.
"Astaghfirullah Ga, bukan astajim! Eh...Khalisa???", Ajeng berjongkok di depan Khalis. Gadis kecil itu langsung memeluk Ajeng.
Ega yang sudah menenteng dua bungkus mie goreng itu pun menghela nafas sambil menyaksikan drama seperti pertemuan ibu dan anak!
Ajeng menoleh ke arah pintu keluar, tak ada siapa pun di sana.
"Nih anak ke sini sama siapa ya? Ngga di cariin sama neneknya yang galak itu?", tanya Ega. Ajeng melotot pada Ega yang memang suka ceplas ceplos.
"Khalisa, sayang...kamu ke sini sama siapa?", tanya Ajeng lembut.
"Ais dili!", jawab Khalis. Ega menaikkan salah satu alisnya mendengar jawaban Khalis.
"Khalis sendiri? Masyaallah...berani sekali! Jauh lho rumah Khalis ke sini. Bilang sama nenek ngga kalo Khalis mau ke sini?", tanya Ajeng.
Khalis menggeleng pelan khas bayi yang masih polos.
"Anterin sana Jeng! Kali aja ntar tuh neneknya ngucapin makasih terus kamu di angkat jadi menantunya!!", celetuk Ega sambil terkekeh kecil.
Ajeng melotot tajam pada sahabat yang baru ia kenal selama bekerja di resto tempat mereka bekerja.
"Ais num!", kata Khalis.
"Oh...Khalis mau minum? Ya udah masuk yuk, nanti kalo Khalis udah ngga capek tante Ajeng sama Tante Ega anterin Khalis pulang. Takut di cariin nenek, ya?"
Khalis kecil itu pun mengangguk.
"Ya udah deh, gue masak mie dulu! Punya Lo ngga di pakein saos kan? Takut anak tiri Lo ikut nimbrung makan wkwkwkwk!", Ega buru-buru berlari sebelum kena damprat Ajeng.
"Ega....kalo ngomong tolong mulutnya di jaga ya!!!!", teriak Ajeng yang masih di dengar oleh Ega. Tapi gadis itu tetap melangkah menuju ke dapur kost yang ada di belakang.
Khalis menghabiskan segelas air mineral yang tak terlalu dingin.
"Lagi?", tanya Ajeng. Khalis hanya menggeleng pelan.
Ajeng mengusap puncak kepala Khalis. Di pandanginya gadis kecil yang sangat cantik itu.
Pasti almarhumah ibu kamu cantik banget, Lis! Kamu mewarisi kecantikan ibumu dan ketampanan ayah mu!
Eh???? Otak ku kenapa ini! Tampan apaan sih, Jeng!!! Batin gadis itu.
Khalis meringsek memeluk perut Ajeng seolah dia sangat merindukan gadis cantik itu.
Ajeng membalas pelukan Khalis, bahkan Khalis ia pindahkan ke pangkuannya.
"Khalis kangen sama ibu ya?", tanya Ajeng pelan. Khalis menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Ajeng.
"Tante juga kangen sama adik Tante, namanya Fatan. Tapi....dia juga sudah di surganya Allah. Kaya ibunya Khalis!", kata Ajeng.
Khalis bangun dari pelukan Ajeng. Kedua tangan mungilnya menakup kedua pipi Ajeng yang sedang tersenyum.
"Bu-bu!", kata Khalis.
"Iya, Khalis sayang sama ibu!", Ajeng kembali mengusap kepala Khalisa.
Mendiang adik Ajeng merupakan penyandang DS. Dan yang maha kuasa lebih menyayangi Fatan hingga di usianya yang ke lima tahun, bocah lelaki itu di panggil lebih dulu.
Karena keterbatasan Fatan lah Ajeng belajar memahami bicara anak kecil yang tidak jelas seperti adiknya itu. Dan....Khalis juga!
Ega datang membawa dua piring mie goreng. Ia meletakkan milik Ajeng di depan sahabatnya itu.
"Silahkan pesanan anda nona!", canda Ega dengan gayanya sebagi waitres.
"Terimakasih mba Ega...!", kata Ajeng.
Ega memutar bola matanya malas.
"Khalis mau makan bareng sama Tante?", tanya Ajeng. Khalis menggeleng, dia memeluk perut Ajeng lagi.
"Udah makan aja, paling dia udah makan sama nenek sihirnya!"
"Ega ih...kalo ngomong!", kata Ajeng sambil kembali melotot.
"Jangan-jangan nih anak cuma pancingan aja, Jeng!", kata Ega sedikit berbisik. Khalis hanya mendengarkan obrolan dua gadis cantik itu.
"Pancingan apa?", tanya Ajeng.
"Ya...biar bapaknya bisa pedekate sama Lo. Lo telepon bapanya Khalis gitu, ya kan???", tebak Ega.
Ajeng melempar guling ke arah Ega dan untung langsung tertangkap. Kalau tidak...gagal sudah makan mie gorengnya.
💐💐💐💐💐💐💐
Bu Tini pun menghubungi Bhumi. Mau di marahin pun, Bu Tini siap karena ia lalai menjaga Khalis.
Bisa saja ia berdalih bahwa ia sibuk di warung dan tak sepantasnya Bhumi menitipkan anaknya pada sang nenek seperti hadis-hadis yang berseliweran di aplikasi ini itu.
Tapi...Bu Tini sendirilah yang melarang Bhumi mempekerjakan orang lain. Alasannya, sayang uang yang buat bayar pengasuh Khalis.
Kebetulan jarak kantor Bhumi dan rumahnya tak terlalu jauh. Setelah di hubungi sang ibu, Bhumi pun langsung pulang.
"Gimana cerita nya sih Bu?", Bhumi panik. Bagaimana tak panik, anaknya tidak ada di rumah dan entah kemana.
"Ya biasa...ibu sibuk di warung, Mi!", jawab sang ibu.
Bhumi mengusap kasar wajahnya dengan frustasi. Beberapa tetangga sudah ada yang ikut nimbrung di rumah Bhumi.
Ponsel Bhumi bergetar di tengah kepanikannya.
Ajeng? Dia telpon , ada apa?
[Hallo ....assalamualaikum, mas Bhumi....]
💐💐💐💐💐💐
Bersambung....
😄😄😄😄 terimakasih 🙏🙏🙏🙏
km tuh cm gede mulut doank resti... tpi kenyataan nol besar... krja gaji cm cukup buat beli make up... tpi songongmu g ktulungan...
biar tau rasa tuh ibumu yg pilih kasih...