Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjalani Peran Baru.
Tok tok tok
"Bundaaa..." pekik Afina dari luar kamar. Pasutri yang baru saja selesai menggarap sawah terkesiap. Bagusnya sudah selesai jika belum tentu gagal total.
"Yaaa.... bentar sayang..." jawab Sabrina kalang kabut. Segera mengenakan pakaian dengan cepat. Sementara Adnan bergegas ke kamar mandi tanpa sehelai kain di tubuh.
Ceklak.
"Bunda lama sekali buka pintunya," Afina cemberut.
"Ya sudah... jangan cemberut gitu, sekarang sudah dibuka" Sabrina mengait lengan Afina mengajaknya ke kamar.
"Hihihi... Bunda kok pakai baju nya terbalik, perasaan tadi pagi nggak, deh," Afina cekikikan rupanya karena terburu-buru baju Sabrina memang terbalik
"Oh iya," Sabrina tersipu malu walaupùn Afina belum mengerti.
"Bunda, lihat kamar aku yuk," Afina menarik tangan Sabrina. Sabrina sebenarnya berniat mandi, tapi terpaksa menurut daripada Afina menangis.
Sampai di kamar, Afina menunjukkan buku gambar terdapat kerangka kucing. Walupun masih belum berbentuk kucing, namun untuk anak seusia Afina sudah banyak kemajuan karena Sabrina selalu mengajarkan.
********
Keesokan harinya Sabrina bangun pagi-pagi sekali. Ia akan menjalani peran barunya. Yakni sebagai ibu muda yang belum pernah mengandung, namun sudah mempunyai anak.
Dengan langkah semangat ia berjalan keluar dari rumah hendak mencari tukang sayur. Agar bisa menyediakan sarapan untuk suami dan anak nya. Selama tiga hari semenjak di hotel mereka hanya mengkonsumsi makanan cepat saji.
Sampai di depan gubuk, ia menoleh tampak para ibu-ibu berkerumun. Ada apa? Jika bukan sedang belanja di tukang sayur.
"Assalamualaikum..." Sabrina tersenyum ramah kepada ibu-ibu rumah tangga yang usianya rata-rata seumuran suami bahkan lebih.
"Waalaikumsalam..." serentak sekitar 10 wanita menoleh ke arah wanita cantik, yang belum mereka lihat.
"Dik, kamu tinggal dimana?" tanya salah satu Ibu pada Sabrina.
"Saya di rumah yang paling ujung Bu," jawab Sabrina sopan. Lalu memilih wortel dan brokoli yang masih segar.
"Oh... di rumahnya pak dosen?" begitulah para ibu itu mengenal Adnan.
"Betul Bu, kenalkan, saya istri Adnan," Sabrina memperkenalkan diri.
"Istri?" tanya mereka semua kaget. Istri Adnan ternyata masih sangat muda. Pikir mereka.
"Betul Bu," Sabrina mengangguk.
"Kok masih muda sekali? Jangan-jangan... istri muda?" bisik salah satu ibu mulai kasak kusuk. Walaupun berbisik-bisik, tentu Sabrina masih mendengar. Namun Sabrina tetap memilih sayuran tidak ia dengarkan. Jika ada orang membicarakan keburukan diri nya biar saja, di ambil sisi positifnya, untuk mengurangi dosa. Pikir Sabrina.
"Berapa semuanya Mas?" Sabrina sudah mengumpulkan belanjaan.
Tukang sayur menghitung semua belanjaan. "100 ribu saja dek," tukang sayur memasukan ke dalam kantong plastik kemudian memberikan kepada Sabrina.
"Saya duluan bu," pamit Sabrina setelah menyerahkan uang merah pada pedangan sayur.
"Iya Dek," jawab mereka.
Setelah Sabrina berlalu suasana pangkalan sayur menjadi ramai. Sabrina menjadi makanan empuk bahan gosip para mak-mak pagi ini, dan mungkin akan berlanjut entah kapan mereka akan bosan pada akhirnya.
Sabrina masih mendengar sindiran mereka.
Namun, ia sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan para ibu tadi. Jika di layani Sabrina pikir ia pun sama saja dengan mereka.
Sabrina kembali pulang lalu membuka pintu yang ia kunci dari luar. Pasalnya saat ia tinggal tadi Adnan sedang mandi. Sedangkan Afina masih tidur.
"Kamu darimana In?" tanya Adnan yang masih mengenakan kaos dan celana training selepas mandi.
"Belanja sayuran" Sabrina mengangkat kantong plastik menunjukan pada suaminya.
"Kamu belanja dimana?" Adnan mengerutkan kening.
"Di tukang sayur mangkal, Mas" jawab Sabrina segera membawa sayuran ke dapur tidak banyak waktu sebab mereka jam tujuh harus sudah berangkat ke kampus.
"Jangan repot In, nanti kan bibi datang," sela Adnan.
"Memang Mas nggak mau mencoba masakan aku yang pertama kali?" Sabrina pun mengeluarkan sayuran dari kantong.
"Tentu mau, tapi maksud aku itu... kasihan sama kamu," Adnan melingkarkan tangan di pinggang ramping istri nya.
"Sudah... aku mau masak," Sabrina segera mengupas kentang.
"Aku bantu ya" kata Adnan ambil alih pisau lalu mengupas wortel.
Sabrina merebus makaroni. Pagi ini akan membuat pasta kentang brokoli.
"Kamu pintar masak ya?" Adnan tersenyum melihat istri nya cekatan dalam hal memasak.
"Pintar sih nggak Mas, tapi aku sering membantu Bunda memasak," Sabrina merendah.
Adnan memandangi istrinya yang sedang menghancurkan kentang. Lagi-lagi di buat terkesima. Istri nya ternyata tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi juga pandai dalam segala hal.
Sabrina mencampur bahan dalam wadah tahan panas kemudian membakarnya.
Tok tok tok
"Mas, ada yang mengetuk pintu, titip masakan ya, biar aku buka dulu" kata Sabrina sambil berlalu membuka pintu.
"Assalamualaikum..." Ibu setengah baya membawa tas besar yang ia letakkan di samping menatap Sabrina tersenyum ramah.
"Waalaikumsalam...."
"Bibi ya?" tanya Sabrina. Sabrina sudah diberi tahu Adnan jika bibi akan datang pagi ini.
"Betul Non," jawab bibi.
"Mari masuk Bi," Sabrina jalan lebih dulu di ikuti bibi kemudian menghampiri Adnan.
"Sudah matang Mas?" Sabrina membuka pengukus pasta.
"Aku nggak tahu kalau matang itu seperti apa," kata Adnan di suruh menunggu hanya benar menunggu.
Biar saya saja yang melanjutkan Non" kata bibi setelah meletakan tas pakaian ke kamar yang di beritahu Adnan tempo hari. Wanita paruh baya itu menghampiri Sabrina dan Adnan.
"Tinggal memindahkan ke wadah, terus di bawa ke meja makan ya Bi" titah Sabrina.
"Siap Non"
"Ayo Mas" Sabrina segera ke lantai atas, membangunkan Afina. Sementara Adnan bersiap-siap hendak ke kampus.
"Kita sarapan dulu" kata Sabrina menuntun Afina yang sudah rapih dengan seragam tk. Tampak Adnan pun sudah menunggu di meja makan.
"Bun aku bekalnya ini saja ya," Afina menunjuk pasta. Rupanya bocah itu suka masakan Sabrina, begitu juga dengan Adnan.
"Tentu dong sayang... Bunda sudah siapkan kok," Adnan memasukkan bekal ke dalam tas sekolah Afina.
"Buat Papa mana?" Adnan pun minta bekal.
"Mas mau bekal juga?" tanya Sabrina.
"Iya," jawab Adnan sambil mengunyah. Selesai sarapan mereka berangkat satu mobil, Afina pun sekolah tk di Al Inayah. Masih satu wilayah dengan kampus.
******
"Bella, jika kamu tidak ingin berurusan dengan pengadilan, jauhi anakmu," Saran David. "Sekarang kita lebih baik pulang saja," David berusaha bersabar menasehati istri nya. Rupanya sejak kemarin David membujuk Bella mengajak nya kembali ke negara A. Namun Bella belum ingin berpisah dengan Afina.
"Kok kamu itu bukan membela aku sih Dav? Malah berpihak kepada mereka, dan sampai tega memukul aku!" ketus Bella.
"Karena kamu itu sudah keterlaluan Bella! Kamu ogois, padahal kamu yang salah, tapi tidak mau mengakui!" jawab David geram..
"Masa bodoh Dav, pokoknya aku belum mau pulang, kalau kamu mau pulang duluan silahkan saja!" usir Bella.
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello