Menjadi wanita simpanan pria beristri, bukalah pilihan hidup bagi Vivian. namun dia bisa apa? cuma ini jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat, demi kesembuhan sang ibu tercinta.
"Oke, Viv. selama kamu menjadi wanita simpananku, kamu dilarang untuk jatuh cinta apalagi hamil. jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kamu harus pergi tanpa mendapatkan apa-apa dariku, karena cuma istri sahku yang berhak untuk melahirkan calon penerus Davison."
"Oke, aku terima dengan senang hati syarat darimu, tuan." Viv tersenyum merasa syarat yang diberikan cukup mudah.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh dihati mereka. meskipun tidak terucap namun David berusaha untuk terus melindungi Viv, dari niat jahat ibu tirinya yang ingin menguasai harta warisan atas nama Viv.
Bahkan karena kecerobohannya, Viv hamil dan jatuh cinta pada Dav, hingga melanggar kesepakatan.
Bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya? apakah Viv pergi tanpa membawa apa-apa atau sebaliknya?"😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin darimu
"Tuan, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Vivi setelah mereka selesai bercinta.
"Minta apa lagi? Bukankah semuanya sudah tersedia untukmu?" tanya David mengerutkan keningnya.
"A..aku ingin melanjutkan pendidikan, apa tuan mengizinkanku." ucap Vivi memejamkan mata, yakin jika David tidak akan setuju, namun jawaban David diluar dugaannya.
"Silahkan saja, asalkan kamu ada di apartemen ini saat aku butuhkan."
"Benarkah? Terimakasih tuan."
Vivian memeluk David, mengungkapkan betapa bahagianya dia, dari dulu Vivi sangat ingin kuliah agar pintar dan bisa menjadi orang sukses.
"Nanti aku akan meminta Nick, untuk mendaftar kamu kuliah di universitas terbaik."
"Tuan, sebenarnya aku berkeinginan untuk kuliah di universitas Xz. mengambil jurusan Desainer disana." ucap Vivi, David sempat terdiam terlihat berfikir, tidak lama dia lalu menganggukkan kepalanya setuju.
"Terserah, aku mendukung apapun pilihanmu. Asalkan kamu mau belajar lebih giat lagi, terutama dalam hal melayaniku diatas ranjang, mengerti."
"Mengerti, tuan."
"Masih ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"
"Siang ini aku juga ingin kerumah sakit, untuk menjenguk ibuku."
"Pergilah, sekarang aku mau pulang dulu."
Selesai membersihkan tubuhnya, David kembali berpakaian rapi pulang menuju rumah besar yang dia tempati bersama Marina.
Selama perjalanan pulang, David larut dalam pikirannya. Bertanya-tanya kenapa dia begitu baik dan menuruti saja semua perkataan gadis kecil itu, bukankah semula dia menganggap Vivi hanya sebagai pemuasnya saja.
"Meskipun dia wanita ke-dua yang hadir menghiasi hari-hariku, namun setiap detik, menit yang aku lalui bersamanya membuatku nyaman."
"Vivian!" David kembali bergumam sambil mengulum senyum.
Setelah kepergian David, Vivian segera mengganti pakaiannya dengan yang lebih sederhana, bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. begitu sampai di lobby, seorang perempuan tomboi berpenampilan layaknya seorang pria yang datang menghampiri nya.
"Selamat pagi nona Viv." menyapa penuh hormat.
"Pagi, anda siapa?"
"Perkenalkan namaku Grace, mulai hari ini dan seterusnya saya akan bekerja sebagai asisten sekaligus sopir pribadi nona."
"Apa asisten? Maaf mungkin Anda salah orang." ucap Vivi melanjutkan langkahnya.
"Ini perintah, tuan David tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada nona." Grace berjalan lebih dahulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Vivian.
"Ternyata semua ini dari tuan David, Baiklah. tolong antarkan aku kerumah sakit, setelah itu ke universitas X, aku ingin mendaftar kuliah disana."
"Siap, laksanakan nona muda."
Vivi akhirnya mau masuk ke dalam mobil, tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika kehidupan nya sekarang sudah berubah drastis.
Pembawaan Grace yang ceria dan cepat nyambung jika diajak ngobrol, membuat mereka langsung akrab, meskipun begitu Grace tetap membatasi diri pada wanita yang menjadi majikan barunya.
***
David mengusap kasar wajah lelahnya, dia mulai bosan dengan rutinitas pekerjaannya yang hampir menyita seluruh waktunya.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja!" tanya Nick penuh selidik. Setelah memperhatikan tuannya yang terlihat sedang menanggung beban Bathin yang berat.
"Sepertinya tidak, aku ingin menyusul Marina keluar kota. Siapkan tiket penerbangan pertama untukku hari ini." perintah David.
"Baik tuan, apa tuan tidak memberitahu nyonya Marina terlebih dahulu?"
"Tidak perlu, aku ingin memberikan kejutan pada isteriku."
David segera berjalan menuju kamar mandi, dia ingin kembali segar sebelum pergi keluar kota. rencananya untuk beberapa hari kedepan, David akan menghabiskan waktu berdua saja dengan Marina. Sesuatu yang sudah lama tidak mereka lakukan lagi.
David juga ingin meyakinkan perasaanya, apakah masih Marina atau malah sebaliknya Vivian, dimana bayangan gadis itu mulai menarik perhatiannya.
Tok!tok!tok!
"Masuk!"
"Tuan ini tiket penerbangan anda, dan satunya lagi alamat serta password kamar hotel tempat nyonya muda menginap."
"Oke, kamu cepat sekali mendapatkan semua ini. terimakasih Nick."
"Tuan ini sudah tugas saya." ucap Nick merasa sungkan setelah mendapatkan ucapan terimakasih.
"Tolong kamu handle dulu semua pekerjaan, selama aku pergi."
"Tentu."
Hampir Dua jam perjalanan dilalui David, setelah sampai di bandara dia langsung dijemput sopir khusus yang mengantarkannya ke hotel tempat Marina menginap.
"Kenapa perasaanku sekarang biasa-biasa saja, seperti ada yang berbeda." bathin David, meskipun dia masih berusaha untuk menepis dengan meyakinkan dirinya jika Marina masih yang terbaik.
Dirumah sakit Vivi sangat bahagia, karena kondisi ibunya menunjukkan perubahan besar, bahkan wanita paruh baya itu sudah sadar kembali meskipun belum bisa di ajak berbicara terlalu lama.
"Kak, pulanglah biar aku saja yang menjaga mama." ucap Anabela.
"Kakak masih pengen disini dek, bersama kamu menjaga Mama." jawab Vivi karena merasa jika malam ini David tidak akan membutuhkan dirinya.
"Tapi bagaimana dengan majikan kakak, bukankah dia sangat membutuhkan kakak. Bahkan sudah memberikan bayaran termahal." ucap Anabela, karena yang dia tahu kakaknya bekerja sebagai seorang perawat untuk nenek kaya raya.
"Kalau begitu kamu tunggu disini dulu ya, kakak akan mencoba menghubungi nenek itu dulu. Moga saja dia memberikan kakak ijin untuk tidak pulang hari ini."
"Iya kak."
Vivi menyambar ponselnya, yang tergeletak di meja kecil di samping tempat tidur ibunya. Berjalan keluar menuju sebuah kursi taman rumah sakit.
"Astaga, aku tidak mempunyai nomor tuan David. Bagaimana ini....yah sebaiknya aku hubungi Grace saja."
"Halo nona muda, apa ada yang bisa aku bantu?"
"Grace, malam ini aku ingin menjaga ibuku dan nginap di sini. Tapi aku belum izin pada tuan David."
"Silahkan saja nona, berhubungan tuan David sedang diluar kota."
"Benarkah, wah aku senang sekali. Terimakasih Grace." ucap Vivi menutup panggilannya.
"Apa, dia pergi keluar kota. kenapa tidak memberitahuku? Eh sadarlah Vivi, kamu hanya simpanan dan tidak penting juga kamu tahu dan peduli pada pria itu." bathin Vivi.