Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.
Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.
Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?
~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."
- Al Ghifari Patiraja -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9# Belum 24 jam
Selepas Aya membubuhkan tanda tangannya, mendadak suasana jadi kaku dan benar-benar mati. Tak ada lagi perdebatan dan berantem anget seperti tadi, dimana keduanya saling cibir dan hina.
Entah....perasaan keduanya menjadi tak karuan semakin tak enak. Dan bayangan pernikahan yang baru saja terjadi bak pemutaran video dokumenter dengan suasana haru, khidmat nan khusyuk, diiringi rona bahagia di wajah para orangtua.
Huffttt! Aya menghela nafasnya berat, padahal ia sudah bersih-bersih. Justru sekarang, ia tengah mendekap coklat panas dan duduk di pinggiran jendela hotelnya, seperti kebiasaannya yang sering duduk di jendela kamar rumah dan memandangi jalanan di luar rumah dari sana.
Ia bukan gadis cemen yang takut akan ketinggian. Dari lantai 18, ia memandang jalanan kota kembang yang kerlap kerlip lampunya menghiasi kota bak manik-manik.
Tak sedetik pun ia mengalihkan pandangannya dari sana, mengabsen kembali poin-poin penting di dalam perjanjian yang kembali ia ingat beberapanya dan cukup menjadi pertimbangan Aya, ia juga memikirkan ayah dan bunda, papa dan mama jika sampai ia atau Ghi menemukan hati yang lain.
Saking kerasnya ia berpikir dan melamun, Aya sampai tak sadar jika Ghi masuk kembali ke dalam kamar, bersiap untuk tidur.
~Ghi~
Awalnya ia mengernyitkan dahi melihat sosok Aya yang duduk di jendela kamar hotel, ia tau Aya sejenis kancil, menclok sana menclok sini, tapi yang benar saja...memangnya karpet, ranjang, sofa tak cukup tempat untuk ia duduk sampai harus di pinggiran jendela.
Namun kembali, niatannya bertanya atau sekedar mengganggu Aya ia urungkan takut jika gadis itu kepedean. Ghi lebih memilih langsung merebahkan dirinya di tempat bagiannya dan menyelimuti diri dengan selimut tipis hotel, sementara selimut tebal, ia berikan untuk Aya. Tak lupa membatasi kasur dengan koper keduanya.
Sebenarnya ia tak benar-benar tertidur selepas itu, ia masih bisa melihat siluet gadis di jendela seraya mendekap gelas dan hanya memandangi pemandangan di luar sambil terdiam membisu, bukan seperti Aya yang ia kenal, tenang dan damai.
Sesekali terdengar deheman dan helaan nafas lelah Aya disana. Ghi semakin dilanda resah, lantas ia mengubah posisinya menjadi menghadap koper.
***
Melihat cangkir gelas yang sudah terlihat dasarnya Aya merasa cukup untuknya melamunkan segala perkara, "abis."
Ia turun dari sana, waktunya ia untuk menyelami dunia mimpi mengingat waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lewat 15 menit, "eh, bang ikan udah balik. Sejak kapan?" gumamnya lirih terdengar oleh Ghi yang berpura-pura tak mendengar. Ia berusaha mengabaikan Aya.
"Mari kita bobo, biar besok bisa menghadapi kenyataan pahit! Have a nice dream Aya, semoga mimpiin pangeran tampan yang ramah dan baik..." ucapnya terkekeh sendiri tanpa sadar jika ada seseorang yang ikut tersenyum geli disana, meski kembali mengontrol gerak bibirnya.
"Bismillahirrahmanirrahim..." Aya berdo'a lirih persis bocah tk, membuat Ghi membalas do'anya meski tak sampai mengeluarkan suara, aamiin.
****
Ghi sudah masuk ke kamar mandi duluan, aroma parfum menyeruak memenuhi kamar. Tapi gadis itu rupanya masih asik di dunia mimpi. Bahkan posisinya saja sudah tertelungkup dengan selimut yang terangkat dari bagian telapak kaki sampai betisnya.
Aya tau dan cukup sopan ketika tidur dengan memakai piyama panjang hingga tak ada drama kulit mulus yang terpampang di depan Ghi, yang ada...ia justru persis korban kdrt, dimana rambutnya yang semrawut menutupi wajah dan tangan bebas menjuntai ke sisi ranjang, Ghi tertawa.
Tak ada niatan Ghi untuk cepat-cepat jadi imam untuk Aya. Pagi ini, ia benar-benar membentangkan alas untuknya beribadah sendirian. Sungguh, dalam benaknya tak segaris tinta pun khayalan untuk memiliki istri secepat ini, apalagi itu Aya orangnya. Dalam perjalanan karirnya ke depan, sesuai apa yang telah ia prediksi...maka akan ada dinas luar yang akan ia jalankan demi jabatan dan karir cemerlang, lalu jika kini ia telah menikah dengan Aya...apakah itu akan menghambat?
Lancarkan lah hajatku, permudah lah jalanku, ya rabb....begitu kiranya do'a yang terpikirkan saat ini di pikiran Ghi.
Ia menutup pagi ini dengan sarapan di cafetaria hotel sendiri, meninggalkan Aya yang saat ia tinggalkan kamar masih tertidur pulas di atas kasur.
Bukan karena Ghi yang terlalu rajin juga, namun karena suara dengkuran halus Aya dan suara blagh--blugh gadis itu pada koper mengganggu tidur tenangnya. Sepertinya ide menaruh koper diantara mereka merupakan ide yang buruk.
Aya mulai tersadar dari alam bawah sadarnya, saat menyadari jika lehernya terasa kaku dan pegal sebab posisi tidurnya yang tak sehat.
Yang pertama kali ia lihat adalah kondisi pakaiannya.
"Ha? Aman...." ucapnya lega, nyatanya Ghi tak se-brenksek itu. Sepengetahuannya dari kabar yang berhembus kencang oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, kalau serdadu coklat susu itu kebanyakan penjahat wanita.
Aya celingukan mencari keberadaan Ghi, apakah mungkin ia ditinggalkan pria jutek itu di hotel sendirian, biar ilang? Sementara ia pulang sendiri? Celaka! Alamat rumah om Sakti tuh dimana ya?! Namun kekhawatiran itu jadi tak beralasan manakala matanya tertumbuk pada koper Ghi disana.
"Masih disini, kopernya juga masih disitu kok..." ia berujar lega.
Aya buru-buru masuk ke kamar mandi dengan membawa pakaian gantinya sebelum si pria judes itu kembali lagi.
Ghi menyeruput kopi miliknya dengan santai, menikmati serpihan-serpihan kehidupan tenangnya, sebelum nantinya akan selalu dikacaukan dan dipusingkan oleh Umanda Ranaya, sang istri kecil yang dinikahinya secara terpaksa.
Benar saja! Baru ia selesai di seruputan ketiga, sesosok gadis muncul tiba-tiba di pandangan dari balik dasar cangkir putihnya. Ia menghampiri dan duduk di kursi sebrang Ghi.
"Nyarap kok ngga ajak-ajak! Curang, keliatan banget pelitnya." Rutuknya ketus dengan penampilan lebih segar, lebih cantik dari terakhir ia lihat dalam balutan kaos berlapis overall pendek jeansnya itu.
Bibir manyun itu masih mengoceh tak jelas merutuki dan mencibir Ghi yang menurutnya kebangetan.
"Baru beberapa jam jadi istri, kamu udah sukses kacaukan hari saya. Besok-besok kita ngga usah satu kamar, saya ngga bisa tidur sambil dengerin orang ngamuk-ngamuk kesurupan, mana berisik...perempuan kok kaya jantan, pake ngorok segala!"
Aya yang baru saja meminta nasi goreng cumi pada karyawan hotel langsung menaikan alisnya setengah tak percaya, "aku? Ngorok? Masa sih! Sorry ya bang ikan, tidur Aya tuh kaya putri, kalem.." jumawanya membuat Ghi ingin sekali membuka lapisan bumi sampai menyisakan intinya saja saking gemasnya.
"Kamu mana tau. Kamu itu tidur!"
Gadis itu menatap lalu tertawa renyah, "biasa aja kali bang, ngga usah pake esmoni...pagi-pagi ini...barusan sarapan apa sih? Terong dicabein ya?" tuduhnya menunjuk piring kosong bekas sarapan Ghi. Yang benar saja, bahkan sarapannya hanya sup jagung, lantas cabe darimananya?
"Allah..." thesah Ghi, belum 24 jam ia bersama Aya, namun urat-urat di pelipisnya sudah menonjol tegang dan berdenyut.
"Bang." Panggil Aya, tanpa repot-repot menjawab, Ghi hanya melirik Aya saja sebagai respon cepatnya.
"Jatah dari WO berapa malam kita nginep di hotel?"
"2 hari." Seruputnya di bibir cangkir kopi miliknya, Aya lantas mengangguk setengah berpikir, "terus rencananya hari ini kita kemana, ngga mungkin kan seharian di kamar hotel, kaya----" Aya tak melanjutkan ucapannya, ia justru menggantungnya di udara menatap Ghi curiga dan waspada.
"Apa?" tanya Ghi menantang.
.
.
.
.
.
bginilah klo crita yg menarik dan ga bosenin bwaannya sdikit z pdhl outhorny nulis sambil nundutan nhan ngntuk..mksh y ka upny..
keq'y s' Mama masih mikir nih mo bawa Aya²Wae kmn...
soal'y ampe sekarang s' Aya dan Mama gak nongol²...
lanjut
se ngefans itu diriku sama bpk ambarita 😂😂
ngikutt kemana ma.... ahhh digantung kaya jemuran g kering kering minnn.... hujan terus soalnya
apa mau nyusulin abang ikan ma?! /Grin//Grin/
semangat berkarya thor.