~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~
Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.
Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.
Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.
"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.
Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Perampokan
Lea menyandarkan tubuhnya di kamar kos yang ditempatinya semenjak dua tahun lalu. Kos-kosan yang acap disebut kos-kosan elit itu dibayar oleh Mayang. Sejak kos pula lah, Lea punya niat untuk mencurangi Mayang. Terlebih, banyak orang yang menyukai Mayang. Karena sifat dermawan, rendah hati, ramah, dan tidak pernah membeda-bedakan orang. Menambah kadar iri di hati Lea semakin melonjak.
Setahu Lea, Gudang Rasa adalah miliknya—milik keluarganya—karena ibu bapaknya orang yang bekerja di sana sejak Lea kecil. Tetapi belakangan, Lea tahu kalau Rianti adalah pemilik sah tempat itu. Menahan malu karena terlanjur mengatakan kalau Gudang Rasa adalah miliknya, Lea bertekat akan memiliki tempat itu suatu hari nanti.
Dulu, Gudang Rasa tidak seramai saat dipegang Mayang. Bahkan sempat terseok saat Rully mengurusnya. Entah sihir apa yang dipunyai Mayang hingga dia bisa membawa rumah makan itu kembali berjaya.
Lea mengerang, mengacak rambutnya dengan fruatasi. Menyesal tidak membuka ponselnya terlebih dahulu sebelum ke Selera tadi sore. Ferdi telah memperingatinya melalui pesan bahkan juga sempat menelponnya. Tetapi, ia terlalu senang sampai lupa segala-galanya.
Pintu terbuka, menampakkan tubuh atletis Ferdi di ambang pintu. Pria itu begitu terkejut melihat keadaan kamar yang kacau.
"Mbak Mayang sudah tahu semuanya, Mas!" kata Lea seraya menjatuhkan wajahnya di telapak tangan. Dia begitu marah, hasil kerja kerasnya lenyap begitu saja.
"Lagian kamu kemana aja, sih? Udah aku telpon berkali-kali, aku WA juga ngga ada balasan! Lain kali lihat hape, buat apa punya hape kalau hanya dijadikan pemberat tas?" Ferdi masuk, lantas melemparkan tubuhnya ke sofa usai menatap Lea dengan malas.
Lea mendongak cepat ke arah Ferdi. Ucapan pria itu seolah menuduhnya sebagai penyebab kekacauan ini.
"Ini pasti rencana istrimu itu, Mas. Dia sudah tau, dan memang berniat menjebak aku. Sengaja dia tidak datang hari ini, membuatku sibuk, sampai tidak sempat melakukan apa-apa. Makan saja tidak sempat, Mas." Lea membela diri. Dia lelah sekali, dan kini masih disalahkan. Tentu dia tidak terima. Apalagi oleh Ferdi, jika saja Ferdi ini cepat dalam bertindak, tentu Mayang sudah mereka lempar jauh-jauh ke sungai.
Ferdi merebahkan tubuhnya di sandaran sofa, mengusap kepalanya ke belakang. Pikirannya makin kacau, setelah ditambahi laporan Lea. "Mayang tidak mungkin mikir sampai sejauh itu, Le. Ini pasti ulahnya Rully. Kamu tau kan betapa cablak dan pecicilannya wanita itu?"
Lea bangkit dengan marah. Berjalan cepat sampai di depan Ferdi, meluapkan rasa kesal dengan berorasi di hadapan suami Mayang itu.
"Rencana kita sudah kacau sampai seperti ini, dan kamu masih tidak percaya pada keadaan yang aku alami, Mas. Mayang itu wanita gila. Lihat dia menamparku, ini bekas kukunya masih ada di bahuku. Mayang lebih mengerikan daripada Rully. Dan dia sudah menguasai karyawan baru kita, Mas! Kita tidak akan punya kesempatan lagi, apalagi aku tidak lagi jadi tangan kanan Mbak Mayang lagi."
Ferdi melengos seraya membuang napasnya pelan. Mengabaikan ucapan Lea yang rasanya menyakiti telinga.
Lea menekan kepalanya. Berharap Ferdi memberinya masukan, tetapi malah tidak percaya pada ucapannya. Bagaimanapun, Mayang adalah istri Ferdi. Mungkin benih-benih cinta tumbuh diantara mereka kini. Lalu gantian, Ferdi mencuranginya setelah ini. Tentu, tanpa berkomplot dengannya, Ferdi bisa memiliki kekayaan Mayang dengan mudah.
Lea melirik Ferdi, menilai raut pria itu lekat-lekat. "Mas ... kita harus apa sekarang?"
Ferdi kembali menghela napas, menegakkan tubuhnya, dan menatap Lea datar.
"Uang di rekeningmu aman, kan?" Lea mengangguk.
"Kunci rumah makan aman, kan?" Kembali Lea menganggukkan kepala.
"Mayang masih menaruh uang dan surat-surat pentingnya di rumah makan, kan?" Lea mengangguk lalu duduk di sebelah Ferdi. Ia penasaran kenapa Ferdi bertanya demikian.
"Tadi Mayang sedang ketemuan sama pemilik Arumndalu."
Lea menoleh dan memandang Ferdi tak percaya. "Tidak mungkin, Mas. Mbak Mayang tidak tertarik dengan resto itu. Bahkan untuk dirinya sendiri, dia enggan beli, apalagi untuk ibu kamu! Lagian ini salah ibu kamu, Mas ... suka ngomel-ngomel sama Mbak Mayang. Jadinya, dia ngga mau beliin Arumndalu buat ibumu! Kapok kan sekarang, ibumu itu! Arumndalu beneran bakal dijual, ini kata pegawai di sana."
"Makanya, mungkin Mayang baru mikir sekarang-sekarang ini, betapa bernilainya restoran itu. Jadi deh dia beli." Ferdi tak bisa menyembunyikan senyum kesenangannya. Setidaknya pelipur lara jika Selera tidak bisa diuangkan cepat. Ia akan memikirkan lagi cara untuk mengambil alih Selera.
"Ini masih agak tidak mungkin, sih, Mas ... tapi kenapa Mas nanyain tentang rekeningku, uang, dan surat-surat penting Mbak Mayang?" Lea mengabaikan semuanya, lalu kembali menggali rasa penasarannya yang lain.
"Kita ambil uang dan surat-surat itu diam-diam. Lagian tidak ada cctv, kan?" Ferdi tersenyum licik.
Lea tertawa keras sampai menepuk pundak Ferdi berulang-ulang. "Iya, Mas. Benar! Buat apa Mbak Mayang ngusir aku, menurunkan jabatan aku, tapi kekuasaanku secara tak kasat mata masih berlaku? Bodoh memang istrimu itu!"
Lea melanjutkan tawanya, sampai air matanya keluar. "Mayang, aku benar-benar akan merampokmu!" batin Lea.
*
*
*
*
*
Quotes of the day : Jangan lupa periksa ponsel jika tidak ingin berakhir seperti Lea. Terutama yang suka main belakang😄 Ponsel dibeli buat dilihat-lihat, bukan pemberat tas, kek hapenya othor. Kalau kemana-mana, hape hanya jadi pemberat tas😄