Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Sebuah jarum suntik menyucuk tali infusan Rika. Hal itu membuatnya membuka mata karena rasa nyeri dari obat-obatan yang masuk melewati jarum suntik itu. Dokter dan perawat, iya dapati sedang berada di sampingnya.
Mereka terlihat sedang mengecek kondisi dirinya yang baru bangun itu.
"Bagaimana perasaan anda nyonya?"
"Apakah sakit di kepala anda masih terasa?"tanya sang dokter.
"Yah,"jawab Rika dengan suara paraunya.
"Makan buburmu kemudian minum obatnya. Kau pasti akan cepat sembuh."kata dokter lagi.
Rika hanya tersenyum menanggapi orang yang berjasa pada setiap manusia itu. Suaranya masih terasa berat untuk keluar dari kedua kawahnya.
Rika menatap sekelilingnya. Iya baru sadar bahwa ternyata di ruangan itu hanya ada dirinya, dokter dan perawat. Lalu dimana suaminya ataupun ibu mertuanya.
Rika mengerutkan keningnya. Apa mereka sedang mencari makanan di luar sana? Ataukah mereka disuru keluar dulu karena dokter ingin memeriksanya.
Entahlah.
"Mba, apa tadi suami atau ibuku ada di sini?"
Perawat itu tersenyum sembari memberikan jawabannya.
"Maaf Bu, dari semalam, anda hanya sendiri di sini. Suami anda sudah pulang kemarin. Sedangkan ibu anda, dia pergi setelah suami anda pulang."
Perawat itu memang diberi tugas untuk terus bolak-balik memantau keadaan Rika. Tentu saja mereka melihat siapa yang pergi dan siapa yang datang ke ruangan pasiennya.
Rika terkejut kecewa mendengarnya. Ternyata dari semalam iya tidur sendiri. Ibu mertua bahkan suaminya lagi-lagi tak ada di sampingnya. Lalu apa bedanya dengan kemarin waktu iya baru masuk rumah sakit.
Rasanya sama aja. Tega sekali Dion meninggalkan istrinya yang sedang sakit itu. Rika sakit juga bahkan ulahnya. Dion memang sudah mulai berubah. istri sakit tapi iya malah tak menghiraukannya.
Hanya air mata yang bisa menggambarkan betapa sedihnya iya sekarang ini. Kenapa suaminya itu tega sekali padanya? Apakah Dion masih pria yang dulu sangat mencintai Rika itu?
Rika berusaha bangun dari tidurnya. Sekarang iya lapar, iya butuh makanan. Bubur dari perawatan tadi, terletak di atas nakas.
Bagaimana caranya iya bisa mengambilnya. Sementara tali infus serta alat bantu pernapasan masih mengikat tubuhnya.
Inikah kehidupan indah yang selama ini Rika impikan bersama Dion? Dambaan serta harapannya kini telah pupus sudah. Tiada lagi sosok pria penyayang itu yang dulu selalu ada buatnya.
"Ini, apa kau lapar?"tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul. Pria itu lalu meraih semangkuk bubur yang masih hangat-hangatnya itu.
Kini iya duduk di kursi samping ranjang pasien.
Rika terperangah melihat sosok pria itu. Dia adalah Reyhan. Pria yang kemarin menolongnya.
Reyhan menyendokkan bubur itu lalu iya mencoba menyuapi wanita yang masih terpatung di tempat tidur di hadapannya.
Ada apa dengan Rika? Iya terlihat kaget begitu melihat kedatangan Reyhan.
"Hey, ayo buka mulutmu. Kau lapar kan?" Ujar Reyhan menyela lamunan Rika.
Rika segera tersadar. Yah tepat sekali. Sekarang ini memang benar-benar ada seorang pria yang datang dan menolongnya. Tapi sayang, itu bukan Dion suaminya.
Sudahlah, sekarang Rika sedang lapar.
Segera iya membuka kedua bibirnya. Reyhan memasukkan sendok yang berisi bubur hambar tanpa rasa itu.
Perlahan Rika pun mulai melahap makanannya. Meskipun tak enak, iya tetap memakannya. Dokter mana mengizinkannya untuk memakan sesuatu yang lain kecuali makanan yang katanya dapat menyehatkan itu.
"Apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Rika.
Reyhan kembali menyuapinya lalu menjawab pertanyaannya.
"Datang menolong wanita yang akan membantuku dikemudian hari." Jawabnya tanpa ekspresi.
"Aku?"
"Yah kau, bagaimana bisa kau membantuku kalau dirimu saja masih berbaring di sini."
Rika memutar bola matanya. "Hufff ...!! Apa kau sedang membahas tentang pesta itu?" Iya sudah tau maksud dan tujuan Reyhan mengapa iya bisa tiba-tiba muncul.
Kedatangan Reyhan memang untuk menolong Rika tapi ini semua agar Rika juga bisa membantunya di lain hari. Ini sama saja sedang berhutang Budi kan.
"Tepat dan benar sekali."jawab Reyhan terus terang.
"Baiklah, baik. Yasudah cepat suapi aku. Jangan terlalu sedikit, aku lapar. Sayurnya juga, tambahkan sedikit."pinta Rika tanpa malu-malu lagi. Reyhan tersenyum manis melihat tingkah laku Rika.
Entah kenapa iya merasa gemes melihat tingkah konyol wanita itu. Kini keduanya terlibat sudah sangat akrab. Rika juga kini tak merasa sedih lagi. Kedatangan Reyhan membuatnya lupa bahwa tadi iya sempat meneteskan air mata.
****
Kini Dion sedang berjalan menuju bagasi. Iya hendak ke rumah sakit menggunakan mobilnya. Seketika Reta datang dan menghentikan langkahnya.
"Ada apa?"tanya Dion melihat istrinya memegang lengannya.
"Em ... Hari ini aku dan teman-temanku akan mengadakan acara reuni."
"Terus?"
"Mereka akan membawa pasangan masing-masing."
Dion melepas pegangan tangan Reta. Iya seakan mengerti apa yang sedang dimaksudkan istrinya itu.
"Reta, aku harus ke rumah sakit untuk melihat keadaan Rika. Aku tidak bisa datang menemanimu."
Reta memasang tampang memelas. Dirinya pasti akan malu jika datang sendiri. Gayanya dari ujung kepala sampai ujung kaki sudah sempurna. Tapi jika datang tanpa pasangan, semuanya akan sia-sia.
"Mas, kumohon. Mereka akan menertawakan ku jika datang sendiri. Ayolah."
"Rika lagi sakit. Dia butuh aku untuk menjaganya."tolak Dion tak tega.
Amarah Rika saja belum reda dengan masalah kemarin, lalu jika Dion tak datang menjenguknya, entah apalagi yang akan terjadi?
"Mas, di rumah sakit kan ada mamah. Dia akan jaga mba Rika dengan baik. Ayolah Mas, jika aku tak datang, mereka akan berkata buruk tentangku. Hufff!! aku pasti tak punya muka lagi kalau ketemu sama mereka."bujuk Reta.
Bagaimana pun caranya, Dion harus ikut menemaninya. Apa yang bisa dipamerkan nanti, jika Dion tak ikut bersamanya. Jabatan serta kedudukan Dion sekarang ini bisa iya jadikan pameran di sana.
Duo. Menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar. Iya pun pasrah dengan permintaan wanita yang terus memohon di hadapannya itu.
Sudahlah, lagian ini hanya sebentar saja. Ibunya pasti tak akan menolak jika iya diminta untuk menemani dan menjaga Rika yang masih berbaring di rumah sakit.
Dion pun membatalkan niatnya untuk menemani istri pertamanya di rumah sakit. Reta sedang membutuhkannya sekarang. Sudah menjadi tugas suami untuk selalu ada dan menemani istri kemanapun iya mau.
Lalu bagaimana dengan Rika? Iya bahkan lebih membutuhkan sosok suaminya sekarang ini. Jika disuruh memilih, Dion pasti akan bingung dibuatnya. Pilih Rika atau Reta? Rika wanita yang penyayang, baik dan punya cinta yang tulus untuk Dion.
Sedangkan Reta tak memiliki cinta, sayang, ataupun yang lainnya. Iya hanya punya rahim yang nantinya akan memberikan Dion seorang anak. Itulah dua resiko yang harus dirasakan Dion sekarang ini. Iya pasti akan selalu bersikap adil kepada istri-istrinya.
............ happy reading........
terus dukung karya aku yah teman dengan cara like and vote yah komennya jangan lupa. penulis pengen banget nih tau gimana sih pendapat kalianengenai karakter Reyhan, rika, Dion, dan Reta. tukk di komen sertakan vote and like nya juga yah