NovelToon NovelToon
Istri Bayaran Milik Tuan Raja

Istri Bayaran Milik Tuan Raja

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: ICHA Lauren

Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.

Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.

Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Pembantu Istri Pertama

"Hati-hati Nyonya," ucap Bi Imas mengantarkan Cleantha masuk ke dalam mobil.

Cleantha melambaikan tangannya kepada Bi Imas dan Mang Jaya, sebelum mobil mereka melaju meninggalkan vila.

Perjalanan ke Jakarta terasa panjang bagi Cleantha. Di dalam mobil, ia lebih suka melemparkan pandangan ke jendela. Melihat deretan pohon di tepi jalan dan cakrawala yang berwarna biru cerah.

Raja juga melakukan hal yang sama. Ia lebih sering menatap melalui jendela mobil. Namun kacamata hitam yang dipakainya mampu menyembunyikan suasana hatinya saat ini.

Meskipun Raja dan Cleantha duduk berdampingan, namun mereka enggan berbicara satu sama lain. Setelah peristiwa semalam, nampaknya tidak ada bahan perbincangan yang mampu mencairkan rasa canggung di antara mereka.

Raja membuka botol air minum dan menyodorkannya kepada Cleantha.

"Minumlah, dari tadi kamu tidak minum."

"Terima kasih," jawab Cleantha.

Ia meminum air itu hanya setengahnya, lalu menutup kembali botol tersebut.

"Berikan padaku," kata Raja mengambil botol itu dari tangan Cleantha.

"Tuan, jangan diminum. Itu bekas saya," kata Cleantha coba mencegah.

"Apa kamu punya penyakit menular?" balas Raja acuh tak acuh.

"Bukan, Tuan. Maksud saya itu...sudah terkena bibir saya."

"Memangnya kenapa? Bukankah aku sudah pernah merasakan bibirmu," jawab Raja santai sambil menghabiskan sisa air mineral Cleantha.

"Kenapa Tuan Raja mengatakan hal yang pribadi di depan Pak Darma dan supirnya? Mungkin karena ciuman hanyalah hal yang biasa saja untuknya. Sedangkan bagiku kejadian itu adalah pengalaman pertamaku,"

pikir Cleantha malu.

Cleantha kembali menatap ke jalan hingga mereka sampai di tempat tujuan.

Begitu tiba di kediaman Adhiyaksa, Pak Darma turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil bagi Raja dan Cleantha.

Raja membantu Cleantha keluar dari mobil dan menggandengnya masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, mereka berpapasan dengan Zevira.

"Aku baru akan menyambut kepulangan kalian dari berbulan madu."

Zevira mengerutkan keningnya ketika melihat cara berjalan Cleantha yang sedikit pincang.

"Clea, kenapa kakimu?"

"Kaki saya terkilir saat berjalan di hutan, Kak."

Zevira menunjukkan wajah prihatin lalu beralih memandang Raja.

"Aku sudah memperingatkanmu, Raja. Seharusnya kamu tidak mengajaknya menjelajahi hutan. Kemampuan Clea berbeda jauh denganku. Kasihan dia harus mengalami cidera seperti ini."

"Kamu tidak perlu khawatir. Cleantha akan sembuh sebentar lagi," jawab Raja ketus.

"Dimana Ivy?" tanya Raja mencari-cari putrinya.

"Ivy masih sekolah. Hari ini dia pulang pukul satu siang."

"Ayo, Sayang. Kamu berbaring saja di kamar," ajak Raja ingin cepat-cepat menghindar dari Zevira.

Usai berada di kamar, Cleantha melepaskan pegangan tangan Raja. Ia tidak ingin ketergantungannya terhadap pria itu semakin besar.

"Tuan tidak perlu membantu saya lagi."

"Baiklah, aku juga tidak punya banyak waktu. Aku harus berangkat ke kantor," ucap Raja seraya mengambil setelan kantornya.

Raja berlalu ke kamar mandi untuk berganti baju. Sudah jelas bahwa ia tidak mau memperlihatkan tubuhnya di depan Cleantha.

Hanya beberapa menit saja, Raja keluar dengan penampilan yang berbeda. Setelan jas berwarna biru tua terlihat pas dipakai olehnya. Membuatnya lebih menawan sekaligus berwibawa.

"Mulai hari ini tidur saja di ranjang, jangan di sofa. Aku akan pulang malam. Jangan bertindak sembarangan selama aku tidak ada," tutur Raja membetulkan letak dasinya.

"Iya, Tuan, saya mengerti."

Selepas Raja berangkat untuk bekerja, ada rasa kehilangan yang melanda hati Cleantha. Tanpa kehadiran Raja, ia merasa sendirian di rumah besar itu.

Untuk mengusir rasa sepinya, Cleantha berniat untuk menghubungi Keyla. Sayangya di jam seperti ini kakaknya pasti sedang disibukkan oleh pekerjaan.

Daripada mengganggu Keyla, Cleantha memutuskan menelpon Ana, ibu tirinya. Belum sempat menekan nomor ponsel Ana, pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Clea, ini Zevira. Boleh aku masuk?" seru Zevira dari balik pintu.

"Iya, Kak, masuk saja."

Bi Dewi membuka pintu untuk Zevira dan menemani majikannya itu memasuki kamar Raja.

Mata Zevira menyapu keseluruhan kamar suaminya dengan teliti.

Ia menggeser kursi rodanya mendekat pada Cleantha.

"Apa kamu tidak bosan di dalam kamar, Clea?"

Pandangan Zevira tertuju pada ranjang besar yang ditempati Cleantha.

"Sebelum aku lumpuh, dulu aku yang menempati kamar ini bersama Raja. Kami menghabiskan malam-malam yang indah berdua, mesra dan penuh kehangatan. Aku sangat ingin mengulanginya. Tapi...sekarang sudah ada kamu yang menggantikan aku," ucap Zevira berlagak sedih.

"Kalau Kak Vira mau tinggal di kamar ini, saya akan pindah ke kamar yang lain," kata Cleantha merasa bersalah.

"Tidak perlu. Raja tidak akan mengizinkanmu pindah dari kamarnya."

"Clea, semua perabotan dan dekorasi kamar ini, akulah yang memilihkannya untuk Raja. Termasuk seprai yang sekarang terpasang. Seprai ini adalah saksi bisu dari cinta kami," ucap Zevira memancing kecemburuan Cleantha.

Sepotong adegan mesra Raja dan Zevira di atas ranjang, mendadak terlintas begitu saja dalam pikiran Cleantha.

Adegan itu silih berganti dengan kejadian semalam dimana Raja menciumnya penuh gairah. Perbandingan itu membuat dada Cleantha terasa sesak. Tak bisa dipungkiri timbul rasa kecewa di dalam hatinya. Bahkan ia merasa muak berada di atas ranjangnya saat ini.

"Wajar saja mereka dulu bercinta karena mereka pasangan suami istri. Akulah yang bersalah dan tidak sepantasnya bermesraan dengan Tuan Raja,"

batin Cleantha menepis kekecewaannya.

"Raja juga pernah memasak makanan spesial untukku, spaghetti carbonara. Andai saja ada seseorang yang membuatkan makanan yang sama untukku, aku pasti akan mengenang masa indah bersama Raja."

Cleantha memegang tangan Zevira.

"Saya akan membuatkan spaghetti carbonara untuk Kak Vira."

"Benarkah? Aku senang sekali. Tapi...kamu tidak bisa memasak dengan kaki yang bengkak, Clea."

"Kaki saya sudah membaik, Kak. Bengkaknya tinggal sedikit. Saya masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Kak Vira tunggu saja disini."

"Baiklah kalau kamu memaksa. Bi Dewi, antarkan Clea ke dapur untuk memasak."

"Iya, Nyonya."

Tak berselang lama, Cleantha sudah ada di dapur. Meski kakinya belum normal, ia tetap terampil mengolah masakannya.

"Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Cleantha saat Zevira mencicipi spaghetti buatannya.

"Enak sekali, Clea. Kamu memang jago memasak. Masakanmu jauh lebih enak daripada para pelayan disini. Kalau aku bisa menikmati masakanmu setiap hari, kondisi kesehatanku akan cepat pulih."

"Tentu saja, Kak. Mulai besok saya akan memasak untuk Kak Vira. Katakan saja menu apa yang Kak Vira mau," ucap Cleantha dengan raut wajah ceria.

"Oke, terima kasih, Clea."

Zevira melirik jam di tangannya.

"Ini sudah waktunya Ivy pulang sekolah. Aku akan menjemputnya. Apa kamu mau ikut denganku?"

"Iya, saya mau, Kak."

"Bagus, ayo kita berangkat sekarang."

Setelah masuk di dalam mobil, Zevira menyuruh Bi Dewi meninggalkannya.

"Bi, tidak perlu ikut aku ke sekolah. Sudah ada Cleantha yang menemaniku. Dia akan mengurusku dan Ivyna dengan baik. Benar kan, Clea?"

"Iya, Kak," jawab Cleantha setuju.

Bi Dewi mengangguk. Ia sangat paham makna yang tersirat di balik kata-kata Zevira.

...***************...

Cleantha mendorong kursi roda Zevira hingga tiba di gerbang sekolah.

Suara riuh tawa anak-anak yang berlarian memenuhi gedung bercat putih itu.

"Itu guru kelasnya Ivy, Miss Agatha," tunjuk Zevira kepada seorang wanita berambut sebahu dengan blazer hitam.

"Antarkan aku kesana. Ivy pasti sudah menunggu karena kita sedikit terlambat."

Dengan patuh, Cleantha kembali mendorong kursi roda Zevira menuju ke pintu kelas Ivyna.

Di depan kelas, Ivyna berdiri ditemani Miss Agatha dan pengasuhnya, Ningsih.

"Mommy," seru Ivyna memeluk Zevira.

"Selamat siang, Miss, maaf saya terlambat menjemput Ivyna," sapa Zevira pada wali kelas anaknya.

"Tidak apa-apa, Mom. Tumben Anda datang sendiri untuk menjemput Ivy."

"Iya, Miss. Kebetulan hari ini saya tidak ada jadwal terapi. Oh ya, sekalian saya ingin memperkenalkan pengasuh putri saya yang baru. Kedepannya nanti, dia akan bergantian dengan Ningsih mengantar jemput putri saya."

Zevira mendongakkan kepalanya menatap Cleantha.

"Clea, perkenalkan dirimu pada Miss Agatha."

Cleantha tercengang sejenak, tapi detik berikutnya ia mematuhi perintah Zevira.

"Siang, Miss, saya Cleantha."

Miss Agatha membalas uluran tangan Cleantha.

"Siang, Mbak. Besok jika ingin menjemput Ivyna harus memakai kartu tanda pengantar. Mbak bisa meminjam kartu milik Mbak Ningsih."

"Baik, Miss."

"Miss, saya permisi pulang. Ivy, ucapkan salam pada Miss Agatha," kata Zevira mengarahkan putrinya.

"Bye bye, Miss. See you tomorrow," ucap Ivyna melambaikan tangan pada gurunya.

"See you tomorrow, Ivyna."

Ivyna berjalan dengan pengasuhnya, sedangkan Cleantha kembali melayani Zevira masuk ke dalam mobil.

"Clea, tiba-tiba kepalaku pusing. Mungkin karena terkena panas matahari. Bisa tolong pijat kepalaku sebentar."

"Bisa, Kak."

Dengan telaten Cleantha menggerakkan jari jemarinya untuk memijat kepala Zevira.

"Ada bagusnya Raja menikahi gadis ini. Aku jadi punya tambahan satu pelayan yang siap melakukan perintahku,"

gumam Zevira sambil memejamkan matanya, menikmati setiap pijatan lembut Cleantha.

1
Tua Jemima
perempuan murahan pisah sama raja msih mau sma slvian gk tau mlu
Esis Susilawati
sedih..... aku sampai nangis/Cry/
Katherina Ajawaila
pasti ada Raja junior 🤭
Katherina Ajawaila
keren, aku suka bacanya, sukses thour🥰
Katherina Ajawaila
sumpah keren endingnya, walau awal2 bacanya keret2 outhour yg jadi Sutrada🥰🥰🥰
Katherina Ajawaila
semoga Clea Terima demi Al
Katherina Ajawaila
gitu donk Raja, knp ngk dari dulu aja 🤭
Katherina Ajawaila
senyum akhirnya Cleo🤣
Katherina Ajawaila
mantap. opa oma jadi comblang🤭
Katherina Ajawaila
Modus Raja, kasihan
Katherina Ajawaila
keren thour, ada sisi kasian Almero
Katherina Ajawaila
bagus lah biar kembali ingat memori ya thour🤭
Katherina Ajawaila
makanya jd org berpikir positif🤣
Katherina Ajawaila
keren thour, Next
Katherina Ajawaila
sedih amat thour😭
Katherina Ajawaila
outhour, tegak banget, masa meninggal Alvian😭
Katherina Ajawaila
ngk jelas tua2 maruk semua, mati hanya pakai kafan harta ngk di bawa
Katherina Ajawaila
kasihan amat mmg nya org gol bawah kenapa, hina. outhour ceritanya keras ttg realita hidup.
Katherina Ajawaila
kapok lo Raja, cemen. nama boleh Raja tapi mines akhlak, hitung dink di jebak baru 2 minggu hamil udh 5 minggu., kan bego ngk tuh
Katherina Ajawaila
kepo deh kaya ibu2 arisan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!