Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Saya Talak Engkau, Saya Talak Engkau!
Emilio masih mematung di tempat, masih belum mempercayai penglihatannya.
"Astaga! Apa aku belum terbangun dan masih mimpi? Atau lagi berkhayal!" Emilio bahkan menepuk-nepuk kedua pipinya. "Sadar! Sadar!"
"Om, kenapa masih berdiri disitu. Padahal ini sarapan Om udah El siapin loh, nasgor favorit Om. El sendiri yang bikin tadi di dapur," ujar Divya dari arah meja makan.
Emilio menggeleng-gelengkan kepala, "Mimpi yang kayak nyata! Sial! Aku terlalu merindukannya!" kayaknya masih belum percaya si Om ini.
Divya yang sejak tadi mendengar gumaman Emilio, hanya tersenyum tipis. Melalui foto-foto yang ia kirim juga informasi yang sengaja Wina berikan pada Vanny ia sudah yakin persentase kehancuran pernikahan Emilio dan Fayyana hampir 100 persen akan hancur.
Divya sepenuhnya yakin pernikahan mereka sedang berada di ujung tanduk, tinggal ia bermain peran sedikit lagi agar membuat Fayyana menangis darah karena Emilio lebih memilih dirinya dan mencampakkan Fayyana.
Divya mendekati Emilio yang masih tetap bertingkah aneh di ambang pintu, lelaki itu terus bicara sendiri.
"Pagi, Om!"
Cup!
Satu kecupan di pipi Emilio Divya berikan untuk menyadarkan lelaki itu jika itu bukan mimpi.
Sekarang Divya bahkan mencubit pipi Emilio, "Bukan mimpi, Om. Nih kerasa kan sakitnya."
"Aduh sayang, sakit." Emilio menahan tangan Divya yang mencubit pipinya.
"Sayang..." Divya mengangkat sebelah alisnya. "Nggak salah Om panggil aku sayang."
"Terus kamu mau Om panggil apa, Honey bunny sweety?" senyum jahil terpoles di bibir Emilio, apalagi raut wajah si Om jangan ditanya lagi begitu terlihat bahagia.
"Idih! Pede aja sih Om, aku mau disayang-sayang sama Om." Divya mencebik lalu melepaskan tangannya yang masih digenggam Emilio.
"Kok kamu gitu, sayang. Bukannya kamu pulang karena merindukan Om dan udah maafin Om." Emilio kembali berwajah was-was.
Emilio takut ia masih bermimpi karena di malam-malam sebelumnya di dalam mimpinya Divya marah dan jutek padanya seperti sekarang dan Divya malah menjauh. Kecuali mimpi semalam begitu manis dan terasa nyata bahkan saat bangun semvaak nya basah oleh air maniinya. Mimpi semalam begitu nyata!
"El, kapan pulang?" akhirnya lelaki itu penasaran dengan mimpinya yang semalam itu nyata atau tidak, soalnya dia tidur di kamar Divya.
"Tadi subuh, kenapa emangnya Om. Ahh, tadi aku sempat masuk ke kamarku dan ada Om tidur disana. Ngapain Om tidur di kamarku?"
"Jadi emang cuma mimpi ya, padahal semvaakk Om basah loh... kirain beneran Om sama kamu wuenak-enak," Emilio berwajah lesu, ia kira semua mimpi itu nyata.
"Itu mah otak Om aja yang mesuuumm mulu sama aku! Ck!" Divya tersenyum miring meledek.
"Jangan gitu dong sayang, masa Om diledekin. Kan yang salah kamu." Emilio memberengut.
"Kok aku yang salah sih, Om. Aku kan baru pulang, kayaknya nggak bikin masalah sama Om deh."
"Ya salah kamu lah, ngapain kamu kabur tapi setiap malam kamu dateng ke mimpi Om dengan senyuman dan wajah cantikmu itu. Dalam mimpi pun, kamu godain Om. Gini jadinya deh, kecebong Om mubajir kebuang diluar nggak di dalam 'itu' kamu. Padahal kan bisa jadi anak kita itu," ujar Emilio percaya diri seraya nyengir.
Mulut Divya terbuka, matanya melongo mendengar omongan mesumm Emilio juga segala kepedean lelaki itu, emang ya otak si Om udah rusak kali.
"Siapa yang mau punya anak dari Om? Aku masih 18 tahun, OMG!"
"Om yang mau, biar kamu nggak bisa kabur dari Om lagi." Emilio mulai mendekati Divya seperti pemburu mendekati mangsanya.
Divya berjalan mundur karena dipepet Emilio, kakinya terus mundur selangkah demi selangkah sampai akhirnya pinggang bagian belakang nya tertahan di pinggiran meja.
Emilio langsung mengukung tubuh Divya dengan kedua tangan menghalangi tubuh Divya di kiri dan kanan.
"Om mau ngapain? Tante Fay tadi masih tidur, tapi bisa aja dia kesini sebentar lagi." Divya menakut-nakutin.
"Om udah nggak perduli, mau dia melihat kita sedang mengeranggg saat bercinta pun biarin aja. Om maunya kamu, mau kamu pokoknya mau kamu." Emilio mulai menelengkan kepalanya ke samping, tujuannya jelas ingin menyerang leher wanita itu dengan cumbuan nya.
"Stop!" Divya menahan da da si Om dengan tangan. "Om mau bikin aku jadi budak nafsu Om lagi kayak kemarin-kemarin, mau aku marah sama Om terus kabur lagi. Iya?!"
Akhirnya Emilio melepaskan kungkungan nya dari tubuh Divya, wajahnya ketakutan. "Maaf sayang, Om nggak sengaja tadi. Abisnya Om kangen berat sama kamu, jangan marah sama Om ya. Jangan tinggalin Om lagi, Om mohon."
'Ini beneran nggak sih, dia kayaknya udah beneran cinta banget sama aku' Divya sedikit terkejut.
"Om cinta kamu, sungguhan sayang. Bukannya kamu ingin pernikahan kita didasari cinta, sekarang Om udah cinta mati sama kamu loh."
"Bohong, ngapain sih Om ngumbar-ngumbar cinta! Kata Om, hati Om cuma muat untuk satu wanita, dan cinta Om hanya untuk Tante Fay. Sekarang apa ini? Om udah membagi cinta Om, gitu!"
"Nggak gitu sayang, cinta Om utuh buat kamu. Om udah nggak cinta Tante mu lagi, Om nggak bisa jelasin alasannya tapi Om bersumpah. Ellia, Om mencintaimu." Emilio mengelus pipi Divya dengan tatapan lembut.
"Jangan salah artikan antara nafsu dan cinta, Om. Pahami dulu perasaan Om, benarkah itu perasaan cinta bukan nafsu?"
"Om yakin ini cinta, lihat ke bawah. Celana Om menyembul kan, si buyung Om masih tetap bisa berdiri meski kamu berpakaian tertutup seperti ini. Nggak ada yang sexy dari kamu, kalau karena nafsu harusnya Om nggak bergairah liat kamu begini."
Divya memang sedang berpenampilan cupu, dengan kacamata ala cupu bertengger di hidung. Juga rambut yang digulung asal dan terlihat berantakan dengan wajah polos tanpa make up bahkan hoodie tebal menutupi bagian atas tubuhnya dan tak ada celah untuk mengekspos kulitnya selain leher yang terlihat.
Bahkan Divya juga memakai celana training panjang, benar-benar tidak ada menariknya. Apalagi tadi dia masak di dapur, otomatis segala bau bawang dan semacamnya menempel pada bajunya. Namun benar kata si Om, buyung si Om di bawah sana sedang berdiri tegak menyembul besar.
Emilio mencuri kesempatan dari keterkejutan Divya, lelaki itu menggesek-gesekkan buyung besar nya yang udah ingin terbang keluar dari sarangnya ke tubuh Divya.
"Kalian sedang ngapain?! Kenapa tubuh kalian berdua saling nempel gitu?!" Fayyana berjalan mendekati mereka dengan wajah emosi. "Jadi jalllang mu yang sebenarnya itu bukan wanita semalam tapi dia, keponakan ku sendiri, Mas?!"
"Ellia! Teganya kamu pada Tante! Dia itu Pamanmu, suamiku! Arsrgghtt! Mati kau! Keponakan kurang ajar! Tidak tau terima kasih!" Fayyana maju menerjang, tangannya sudah siap menyerang seperti dia menyerang Vanny semalam.
Emilio dengan sigap melindungi tubuh Divya, cakaran, pukulan, terjangan kaki Fayyana akhirnya terkena punggung dan anggota tubuh si Om yang lain.
Fayyana mengamuk kesetanan dengan umpatan kasar bahkan membawa-bawa binatang si kaki empat.
"CUKUP...!!!!" Emilio akhirnya bersuara dan sontak menghentikan amukan Fayyana pada tubuhnya.
Emilio berbalik badan, menatap dingin pada wanita yang bergelar istri selama lima tahun lamanya itu.
"Saya Emilio Enver dengan kesadaran penuh dan tanpa ada paksaan. Saya talak engkau, saya talak engkau Fayyana binti Cahyadi! Aku haramkan kamu menyentuh tubuhku lagi!"
Brukkk!
Tubuh Fayyana merosot ke lantai, tubuh wanita gemetar hebat.
___
Itu jatuhnya talak 2 kan ya, mengucap talak dua kali seperti itu? Maaf aku fakir ilmu agama jadi takut salah 🙏🏻 klo aku salah koreksi ya all 😁
Klo ada yang tanya, kenapa nggak talak tiga aja sekalian? Jawabannya karena Emilio masih ingin membuat neraka untuk Fayyana di rmh itu, kalau nggak salah talak dua masih bisa satu rumah sampai masa iddah selesai. Kalau talak tiga nggak bisa satu rumah lagi, karena nggak ada masa iddah nya. Betul nggak ya? 🙏🏻
lagian buat apa si max, bocah labil gitu, bikin sakit hati😒
aq udah gak respek lg sm dia huh😤
tp mayan jg sih pagi2 dpt vitamin mata😄😄😄😄😄😄😄😄
karma dibayar kontan 😄😄😄😄😄👍👍👍👍👍