"Apa kau ingat? Saat SMA dan kuliah dulu, kau terus membuliku. Jadi sekarang, rasakan balas dendamku, wahai istriku!" Ucap Angkasa pada Leora.
'Angkasa, kau tidak tahu saja, kalau dendammu mengarah pada orang yang salah. Sayang sekali kau tidak akan percaya kalau aku menjelaskannya.' Gumam Leora memandangi Angkasa sambil menahan isakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. Kejutan!
1 bulan telah berlalu, dan saat ini Leora sedang memutar TV di ruang perawatannya.
Layar TV berukuran 32 inci itu sedang memperlihatkan seorang gadis yang sedang menerima penghargaan di panggung penghargaan nasional.
Aurah kebahagiaan terpancar dari wajah Liona sebelum digantikan perpindahan kamera yang kemudian menyorot kedua orang tua Liona dan juga Luna yang ikut menghadiri acara penghargaan tersebut.
Lalu setelah itu terlihat seorang pria yang merupakan mantan kekasih Leora berdiri membawa sebuah bunga dan menyambut seorang perempuan yang baru saja turun dari atas panggung.
Laki-laki itu memberikan bunga pada Liona lalu mereka berdua terlihat bermesraan di depan umum.
'Ck!! Betapa bodohnya aku!' Gumamnya terisak.
"Apa yang kau nonton?" Tanya Dokter Gina yang baru saja tiba dan melihat Leora sedang menangis ke arah TV.
Dia pikir perempuan itu sedang menangisi sebuah film, tapi ia langsung terdiam saat melihat acara apa yang ditonton oleh Leora.
Gina langsung merebut remote dari tangan Leora dan mematikan TV itu. "Acara tidak penting seperti itu tidak perlu diperdulikan." Kata Gina.
"Kenapa dokter datang lagi ke mari?" Tanya Leora.
"Aku ingin memberimu selamat karena besok perban mu sudah boleh dilepas." Ucap Dokter Gina sembari meletakkan beberapa makanan yang ia bawa.
Dia juga mengambil toples di atas meja dan menambahkan beberapa permen coklat ke dalam toples itu.
"Aku membawa barbeque," ucap Gina menata makanan yang ia bawa di atas meja makan.
"Jangan melamun di situ, kemarilah dan makan bersamaku." Panggil Gina.
Leora menghela nafas sebelum turun dari ranjang dan bergabung bersama Dokter Gina.
"Makan yang banyak," kata dokter Gina meletakkan beberapa potong daging di piring leora.
"Perbanku akan di buka?" Tanya Leora.
"Ya, tentu saja. Besok pagi jam 8." Jawab Gina sembari memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.
'Akhirnya, sebentar lagi aku bisa meninggalkan tempat ini. Aku ingin pergi jauh dan menyembunyikan diriku.' Gumam Leora.
Mereka berdua kemudian menikmati makan malamnya sebelum bermain game bersama.
"Kau kalah lagi! Haahha,,," tawa Gina.
Leora sama sekali tidak menjawab dan hanya memandangi dokter yang sedang tertawa keras.
Beberapa saat kemudian, "Dok, Aku ingin bertanya tentang sesuatu." Ucap Leora menghentikan tawa Gina.
"Apa itu?" Tanya Gina.
"Kau bilang, semua penanganan terhadapku diputuskan oleh Angkasa?" Tanyanya.
'Akhirnya dia mau menyebut nama pria itu lagi.' Gumam Gina dengan lega.
"Ya, dia yang berdiskusi dengan dokter dan juga semua biayanya ditanggung olehnya. Dia sengaja mendatangkan dokter terbaik untuk menanganimu." Jawab Gina.
"Ahh, begitu." Lagi kata Leora.
"Sudah, sebaiknya kau tidur sekarang. Besok pagi kau harus bangun cepat, aku akan menemuimu lagi besok." Ucap Gina lalu ia membantu Leora bersiap untuk tidur.
Setelah mematikan lampu, Gina keluar dari kamar itu dan mendapati Anggara sudah menunggunya.
Gina langsung menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Anggara "Akhirnya dia menanyakan Angkasa." Ucapnya sambil tersenyum lega.
"Apa yang dia tanyakan?" Tanya Anggara.
"Bukan sesuatu yang penting, tapi yang penting Leora sudah mulai membuka diri. Oya, bagaimana kabar Angkasa?" Tanya Gina.
"Masih sama seperti sebelumnya. Tapi hari ini, aku rasa kondisinya semakin memburuk." Jawab Anggara mengejutkan Gina.
"Apa maksudmu?" Tanya Gina.
"Dia memutuskan untuk pergi."
"Apa?! Jadi,, dia,,"
"Ya, mulai sekarang dunia hiburan akan ditangani oleh orang bawahannya, dan dia akan mengurus peeusahaan pusat.
Sepertinya dia sudah merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang." Jawab Anggara.
"Astaga,," ucap Gina tak percaya.
"Sudah, aku akan mengantarmu pulang." Kata Anggara lalu keduanya meninggalkan rumah.
Setelah mengantar kekasihnya pulang, Anggara langsung kembali ke perusahaan.
Didapatinya Angkasa masih setia di meja kerjanya, "Ini sudah jam 11." Kata Anggara.
"Sebentar lagi aku akan meninggalkan tempat ini, Jadi aku perlu membereskan banyak hal." Jawab Angkasa.
"Tapi keadaanmu tidak baik. Lihat matamu yang sudah hampir lepas dari tempatnya!" Ucap Anggara.
"Jangan mengajariku!" Bentak Angkasa.
"Hah, baiklah." Jawab Anggara lalu pria itu pergi ke sofa dan membaringkan tubuhnya untuk tidur.
Angkasa masih mengerjakan pekerjaannya sampai semuanya selesai. Setelah itu dia bersandar ke kursinya dan menarik sebuah laci.
Ia mengambil sebuah kota kecil dan membukanya. Cincin pernikahannya dengan Leora. Cincin yang mereka pakai hanya beberapa jam saja.
"Sesuai keinginanmu, aku akan pergi." Ucap Angkasa memandangi kedua cincin itu.
Angkasa kemudian menyimpan cincin itu ke sakunya lalu ia menoleh pada Anggara.
"Kau sudah tidur?" Tanya Angkasa.
"Mm, ada apa?" Tanya Anggara.
"Aku rasa, sebelum pergi, aku akan mengunjunginya." Ucap Angkasa mengejutkan Anggara.
"Oh! Benarkah?!" Anggara langsung bangun dengan semangat.
"Ya, bisakah kau atur pertemuan itu besok pagi?" Tanyanya lagi.
"Tentu! Aku akan melakukannya!" Jawab Anggara bersemangat.
'Akhirnya, aku harap pertemuan ini bisa membuat Angkasa merubah keputusannya.' Gumam Anggara.
...
Pagi hari di rumah sakit pusat ibukota.
Leora duduk disalah satu kursi dengan para dokter ahli mengelilinginya.
"Apa kau sudah siap?" Tanya salah seorang dokter yang sudah menangani Leora selama dirawat di rumah sakit.
"Mmm," jawab Leora dengan jantung berdegup kencang.
"Kalau begitu aku akan membuka perbannya." Ucap dokter lalu mulai membuka satu persatu perban di tubuh Leora.
Perempuan itu terus memejamkan matanya karena tidak mau melihat bekas-bekas luka di tubuhnya.
Para dokter tersenyum melihatnya, "Rileks saja."
"Mm," jawab Leora lagi.
Dokter kembali melanjutkan pekerjaannya hingga semua perban terlepas dari tubuh Leora.
Gina yang berdiri memandangi Leora hanya bisa tertegun di tempatnya. Apa yang mereka lihat berbeda jauh dari harapan mereka.
"Dok, ini,, apa ini? Bagaimana bisa?" Ucap Gina tak percaya.
Leora meneteskan air matanya saat melihat semua Dokter melihatnya dengan terkejut.
Tangannya terkepal kuat seolah tak menerima kenyataan. Ia yakin, saat ini semua orang sedang terkejut melihat seorang gadis yang dulunya cantik berubah menjadi gadis buruk rupa.
"Aku rasa, kita melakukan kesalahan besar, kita harus memperbaikinya." Ucap Dokter yang membuka perban Leora.
"Tidak apa Dok, saya tidak perlu terlihat cantik. Saya tidak membutuhkan itu." Ucap Leora memberikan senyum terpaksa nya.
"Benarkah? Kau tidak mau?" Lagi tanya dokter.
Leora kembali menguatkan kepalan tangannya dan memejamkan matanya, ia berusaha kuat "Ya Dok." Jawabnya.
"Kami benar-benar gagal. Maafkan kami Leora." Semua Dokter membungkuk pada Leora untuk meminta.
Hal itu membuat Leora merasa semakin sesak karena berusaha menahan tangisannya.
'Bohong! Aku berbohong tentang itu, tentu saja aku berharap kalau tubuhku akan baik-baik saja seperti semula." Isak Leora.
Namun Leora terkejut begitu para dokter selesai membungkuk, salah satu dokter mengambil sebuah cermin besar dan meletakkannya di depan Leora.
"Kejutan!!!" Serentak semua dokter itu berbicara pada Leora.
"Ini,," Leora yang sedari tadi mengepalkan tangannya langsung menjadi rileks dan menyentuh wajahnya.
❤️❤️❤️❤️❤️
keras berbagai macam gaya
kau bahagia dengan angkasa bapak mu menghancurkan leluargamu
bapaknya sendiri memasukkan baby sugar di dalam rumahnya.
dan saking pintarnya istrinya percaya aja kalau Luna jalang itu adalah anak angkat Bambang tua bangke.
kurasa hanya Leora yang waras
dan ibunya terlalu polos mau aja di begoin sama suaminya
bagaimana dengan istrinya
anggara yg mnderita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tpi kli like ttp ku tekan.
semngat n sukses selalu
krya2 nya bnr2 bagus.sampe berniat ttus baca tiap judul2 nya