MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

Sudah hampir sebulan Giska dan Deo jarang ketemu. Kalaupun ketemu pasti bicaranya tak lama. Giska di satu sisi merasa senang karena ia tak lagi bisa membohongi papa mertuanya namun di sisi lain ia merasa ada yang hilang. Perhatian Deo padanya tak seperti biasanya. Lelaki itu jarang telepon, kalaupun telepon tak sampai 1 menit langsung buru-buru menutup teleponnya, mengirim pesan pun sangat jarang. Paling pesan Giska dibalas setelah beberapa jam kemudian.

Kini, Giska sudah kembali ke rumah keluarga Almando. Alka sendiri jarang berbincang dengannya karena lelaki itu hampir setiap malam pulang di atas jam 10. Geo Almando juga sering menemani Alka namun 3 hari belakangan ini, lelaki tua itu sedang berada di Singapura untuk pemeriksaan kesehatannya.

"Ini tanggal berapa ya?" Giska melihat kalender yang ada di smartphonenya. Ia terkejut. Hari ini ia berhari ulang tahun ke-20. Ternyata, tak ada seorang pun yang mengingat ulang tahunnya. Seandainya ayahnya masih hidup, tentunya ayahnya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat dan juga Deo.

Tanpa sadar, air mata Giska mengalir. Namun ia buru-buru menghapusnya saat mendengar pintu kamar mandi di buka. Alka keluar hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya. Giska sudah menggantung pakaian Alka di depan lemari yang ada di walk in closet.

"Gis, aku malam ini tak pulang. Setelah meninjau proyek, aku akan langsung ke Singapura. Kedua kakakku ada di sana. Ada sesuatu kayaknya dengan papa."

"Semoga papamu baik-baik saja."

"Kamu mau ikut? Kebetulan aku baru mau pesan tiket."

"Besok aku ada ujian."

"Baiklah." Alka yang sudah selesai berpakaian segera memakai sepatunya.

"Alka, kamu nggak bawa pakaian ke Singapura nanti?" tanya Giska.

"Aku sudah siapkan semalam." sambil menunjukan sebuah koper kecil yang terletak di dekat meja rias. "Kamu semalam sudah tidur nyenyak dan aku tak tega membangunkannya."

"Oh....." hanya itu yang bisa Giska katakan. Alka pun meraih koper itu. "Aku pergi dulu ya?" ujarnya lalu meninggalkan kamar.

Giska merasa sepi. Sepertinya ini adalah ulang tahun tersedih dalam hidupnya. Ia pun segera mandi. Selesai kuliah, Giska berencana untuk pergi ke makam papanya.

*************

Hari ini April tak masuk kuliah. Giska pun tak melihat Deo di tempat nongkrong anak-anak kedokteran.

"Hari ini Deo nggak masuk. Katanya ia kurang enak badan." Kata Merry saat Giska menanyakannya.

"Oh gitu ya? Aku kirim pesan namun Deo nggak balas."

"Ponselnya kemarin bermasalah. Jatuh katanya. Mungkin belum diperbaiki atau diganti dengan yang baru. Tapi Deo ada di apartemennya. Semalam kami ada di sana membuat tugas bersama."

"Terima kasih."

Apartemen Deo tak jauh dari kampus. Jalan kaki pun bisa. Giska sudah beberapa kali ke sana. Sebenarnya itu apartemen milik sepupu Deo yang sudah menikah. Namun karena dia sedang melanjutkan studi S2 nya di Australia maka apartemen itu untuk sementara dia titipkan pada Deo.

Memang Deo jarang ada di apartemen itu. Ia lebih suka pulang ke rumahnya walaupun jaraknya agak jauh dari kampus.

Langkah Giska terasa ringan menunju ke sana. Ia bahkan sempat membeli buah di minimarket yang ada di depan apartemen. Giska melihat ada mobil Deo di halaman parkir yang ada di depan apartemen.

Di depan pintu masuk, Giska menekan nomor unit milik Deo dan memasukan password-nya. Deo memang meminta Giska untuk menghafalnya. Katanya, jika Giska butuh istirahat, ia boleh datang ke apartemen itu. Pintu lobby terbuka. Giska menyapa sang satpam dengan senyumnya. Lalu ia menuju ke lift. Unit Deo ada di lantai 3.

Begitu tiba di depan pintu apartemen itu, Giska sengaja tak menekan bel pintu. Ia langsung memasukan password di pintu dan membukanya. Apartemen itu memang memiliki lorong sebelum memasuki ruang tamu.

Jantung Giska berdetak kencang melihat ada sandal wanita di depan pintu. Tangan Giska perlahan menutup pintu tanpa menimbulkan bunyi dan ia melangkah perlahan.

"Deo....ah.......!" terdengar rintihan suara manja yang membuat Giska merasa kalau lututnya menjadi lemah.

Dan di ruang tamu itu, di atas sofa yang biasa Giska dan Deo duduki sambil menonton film kesayangan mereka di Netflix, Giska melihat seorang perempuan yang duduk di atas seorang lelaki. Tanpa busana. Sedang melakukan gerakan-gerakan layaknya orang bercinta.

"Deo.......!" panggil Giska sambil menahan air matanya. Wanita itu menghentikan gerakannya. Lelaki itu pun mendorong tubuh wanita itu agar segera turun.

"Giska?" Wanita itu yang bernama April dengan cepat meraih pakaiannya dan menutupi tubuhnya.

Deo pun dengan segera mengenakan celananya kembali.

"Terima kasih. Hadiah ulang tahun yang sangat indah." kata Giska lalu segera membalikan badannya dan berlari pergi.

Deo buru-buru menaikan resleting celananya dan mengejar Giska.

"Gis.....Giska.....!" langkahnya yang cepat dengan ukuran kaki yang lebih tinggi dari Giska membuat ia bisa menyusul Giska sebelum gadis itu masuk ke dalam lift.

"Lepaskan.....! Lepaskan.....!" Giska menarik tangannya dengan cepat. Namun Deo tak mau melepaskannya. Giska menjadi semakin emosi. Ia mengeluarkan seluruh tenaganya lalu kakinya diarahkan ke arah inti tubuh Deo membuat lelaki itu jatuh sambil memegang palonya. Giska bergegas masuk ke dalam lift. Ia berusaha tak menangis. Di depan apartemen, ia langsung mendapatkan sebuah taxi. Giska menyebutkan alamat lokasi pekuburan tempat ayahnya dimakamkan.

"Ayah.....ayah.....!" Tangis Giska langsung pecah saat ia berada di depan makam ayahnya. Ia memeluk batu nisan itu dengan erat seolah sedang memeluk ayahnya. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya. Merasa dikhianati oleh sahabat dan lelaki yang dicintainya.

Entah sudah berapa lama Giska menangis di sana, sampai akhirnya ia mendengar bunyi suara ponselnya. Giska terkejut saat melihat nama papa mertuanya. "Hallo.....!" sapa Giska.

"Nak, kamu ada di mana?"

Giska buru-buru mendekati air matanya. "Aku ada di makam ayahku."

"Selamat ulang tahun ya, nak? Semoga di ulang tahun ke-20 ini kamu bertambah sehat, sukacita dan cepat selesai kuliahnya."

"Terima kasih, papa."

"Sekarang, kamu pulang ke rumah, siapkan dokumenmu dan datanglah ke Singapura. Papa ingin kamu merayakan ulang tahunmu di sini."

"Tapi papa, aku sudah menolak ajak Alka tadi karena besok aku ada ujian."

"Papa sudah mengatur sehingga profesor Donald besok tak masuk. Dia adalah salah satu teman baik papa. Papa sengaja tak memberi tahu Alka karena itu merupakan kejutan. Pesawat Alka nanti jam 6 sore. Pesawat mu jam 3 sore. Tak usah membawa baju karena papa sudah siapkan di sini. Ke rumah ganti baju, ambil pasport mu dan ganti pakaian."

Giska merasa terharu. "Papa....terima kasih."

"Sopir sudah menunggumu di depan gerbang."

Giska kini tahu kalau papa mertuanya sudah mengawasi kehidupannya.

*************

Sesaat sebelum naik ke pesawat, Giska menerima pesan dari Deo. Namun Giska tak mau menerimanya. Ia langsung membalas pesan itu tanpa membacanya. "Sesuatu yang tak mungkin lagi"

Setelah pesan itu centang biru, Giska langsung memblokir nomor April dan Deo. Giska merasa hancur, kalah, ditipu dan dikhianati. Mungkin berdiam diri di Singapura akan membuatnya sedikit melupakan sakit hati ini.

********

Apa yang akan terjadi di Singapura ?