Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan di Kala Malam
"By dimana kak? Aku pusing nyariin."
"Nggak tau dari tadi kakak cari juga nggak ada." Jawab Mommy khawatir.
"Atau mungkin ikut Ayah sama Ibu?"
"Nggak mungkin lah. Ibu sama Ayah kan lagi kumpul sama temannya. Mana mau Aya ikut."
"La terus dimana?"
"Nggak tau Vin. Kakak juga bingung."
"Telfon kak Aslan."
"Ga diangkat."
"Kemana sih." Alvin mengacak acak rambutnya frustasi.
"Atau mungkin ke rumah Mamanya?"
"Gimana sih Vin. Tadi kamu kan sama Aya."
"Iya. Aku tinggal sebentar. Katanya dia mau tidur siang."
"Masa di tinggal sebentar bisa ilang gitu."
"Sayang." teriak Mommy melihat kedatangan Aya dan Daddy nya.
"Kamu kemana aja sih?" Mommy memeluk Aya.
"Kamu kemana sih By? Bikin orang khawatir aja." kata Alvin melakukan hal yang sama.
"Aku ikut Daddy bosen di rumah terus."
"Kamu ajak kemana sih kak?"
"Beli Aquarium."
"Kamu juga By. Pergi ga bilang bilang."
"Ya maaf. Aku mau duduk dulu Om. Capek tau berdiri terus."
"Iya iya. Sini Om bantu."
"Darren sama Ano mana Mom?" Tanya Aya setelah duduk di sofa.
"Lagi berenang di belakang."
"Panas panas gini berenang. Aku mau kesana."
"Kamu mau kemana sih By? Baru aja duduk."
"Mau liat mereka."
"Disini aja. Baru juga pulang."
"Enggak ah."
"Ayo Om antar."
"Ih gausah. Aku tau jalan. Dan bisa kesana sendiri. Om duduk manis aja disini." Jawab Aya membuat Mommy dan Daddy menahan senyumnya.
"Om ikut."
"Hm. Ok."
"Enak ya kalian." Kata Aya berdiri di tepi kolam melihat kedua adiknya tengah asyik berenang.
"kakak dari mana aja sih di cariin dari tadi."
"Kakak ikut Daddy."
"Kemana?"
"Beli Aquarium."
"Daddy mau pelihara ikan."
"Iya dong."
"By ngapain di situ panas tau." Tegur Alvin.
"Enggak panas."
"By..."
"Apa sih Om?"
"Kesini atau Om yang kesana."
"Iya iya." Kata Aya menghampiri Om nya di teras. Ia menurut saja daripada harus berdebat.
"Pelan pelan duduknya."
Tutur Alvin sambil membantu Aya.
"Oh iya Om. Om tau nggak Hp aku ada di mana. Aku lupa taro."
"Ada di kamar Om."
"Oh yaudah kirain jatuh."
"Kamu kalo taruh barang hati hati dong By. Iya kalo di rumah kalo di tempat umum gimana?"
"Namanya juga lupa." jawab Aya.
"Om katanya mau nikah. Sampai sekarang kok ga ada persiapan sama sekali? Calonnya juga ga dibawa kesini lagi. Aku kan pengen tau."
"Ya nanti By. Kan Om udah bilang tanggalnya belum di tetapkan."
'Kapan kamu akan sadar tentang perasaan ini By? Aku mengharapkan rasa sayang yang kamu berikan pada Om adalah rasa sayang pada seorang lelaki bukan sebagai keluarga.' batin Alvin.
"Om.."
"Ya." jawab Alvin sedikit terkejut.
"Om ngelamun aja. Om banyak pikiran?"
"Enggak. Ga papa." Jawab Alvin mengelus kepala Aya sambil tersenyum.
"Kita berangkat sekarang ya?" Tanya Alvin pada Aya yang sudah di dalam mobil. Keduanya akan pergi jalan jalan karena Aya merasa bosan.
"Iya Om."
"Kamu maunya ke mana By?"
"Pantai aja."
"Malam malam begini?"
"Iya. Pengen cari angin."
"Yaudah kita kesana."
Sekitar 25 menit perjalanan mereka telah sampai. Alvin menuntun Aya hati hati untuk duduk di salah satu bangku. Ia merangkul pundak Aya membuat gadis itu bersandar di bahunya.
"By..."
"Ya Om."
"Om boleh curhat."
"boleh dong. Aku dengerin baik baik."
"By..."
"Ya..."
"Om suka sama seseorang tapi Om tidak punya keberanian untuk mengungkapkan?"
"Lah Om ini gimana. Om kan udah punya calon Istri. Jadi maksud Om. Om suka sama orang lain begitu?"
"Bukan begitu By. Om suka sama calon Istri Om tapi Calon Istri Om nggak tau karna Om ga pernah mengungkapkan."
"Kok bisa begitu?"
"Sebenarnya Om sama calon Istri Om itu di jodohkan. Calon istri Om belum tau kalo dia akan menikah dengan Om. Kami akan memberitahu kalau sudah tepat waktunya. Om sangat mencintai dia By. Lebih dari apapun." Kata Alvin sambil menatap lurus ke depan.
"Ya Om ungkapkan dong kalau Om cinta sama dia."
"Om takut dia akan menjauh."
"Kalian sudah kenal lama?"
"Sudah. Lama banget malah."
"Tapi kalau Om ga ungkapin. Dia juga ga bakalan tau."
"Kalau menurut kamu. Bayangkan posisi kamu ada di wanita itu. kalau Om nyantai perasaan Om. Apa yang akan kamu lakukan?"
"Mungkin menerima kalau ada rasa. Ih aku nggak tau. Urusan percintaan orang dewasa rumit, bikin pusing."
"Ya memang jadi dewasa nggak mudah." keluh Alvin menghembuskan nafasnya.
" Memang sulit. Banyak dari mereka hampir putus asa. Tuhan sudah menyiapkan, kita yang tinggal menjalankan. Kekuatan hati adalah hal besar. Sedikit saja goyah kita akan salah arah. Om harus ingat ini."
Alvin mengelus kepala Aya. "Akan Om ingat selalu."
"Om kalau suatu saat nanti Aya nggak lagi bersama Om. Om janji ya nggak bakal kaya dulu lagi." Aya mengingat betapa terpuruknya Alvin ketika Ia di culik dulu.
Alvin menegapkan tubuh Aya. Membuat gadis itu untuk menatapnya.
"Jangan katakan itu By. Kamu udah janji ga akan ninggalin Om." Manik mata pria itu tajam lalu berubah sendu.
"Ini kan misal Om. Semuanya bisa terjadi. Yang hidup akan mati yang bertemu akan berpisah juga. Itu sudah menjadi kodrat Om."
Alvin memeluk Aya erat. Mengingat masa pahitnya dulu. Kehilangan gadisnya. Ia begitu frustasi saat itu. Begitu berantakan, kurus dan putus asa. "Jangan katakan itu lagi." lirih Alvin. Kini air matanya sudah tidak dapat terbendung menyusuri pipi, rahang tegasnya dan berakhir pada pundak Aya. Gadis itu sedikit terkejut. Aya melepaskan peluknya. Mengusap Air mata Alvin dengan lembut. "Om jangan nangis."
"Om ga bisa kehilangan kamu By. Masa itu sulit. Jangan sampai terjadi lagi. Berjanjilah kamu nggak akan ninggalin Om."
"Iya. Om jangan nangis lagi."
Alvin memeluk Aya erat. Lebih erat dari sebelumnya. Gadis itu menepuk punggung Omnya pelan untuk memberikan kenyamanan.
"Maaf Om. Firasatku buruk tentang kita. Entah besok, lusa atau hari hari setelahnya ada waktu kita tidak bersama."
Batin Aya dalam pelukan Omnya.